Cerita Pahit Eks TKW di Kuwait: Dianiaya Sudah Biasa, Lapor Nyaris Dirudapaksa Malah Tak Dipercaya
Maksud hati merantau ke negeri orang untuk membahagiakan orangtua, apa daya seorang TKW asal Cianjur justru mengalami masa-masa penuh derita.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Maksud hati merantau ke negeri orang untuk membahagiakan orangtua, apa daya seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Cianjur, Jawa Barat justru mengalami masa-masa penuh derita.
Momen memilukan itu dialami Hani, mantan TKW asal Cianjur yang menceritakan pengalaman pahitnya di Youtube pribadinya Smile For Life.
Dilansir TribunJakarta.com dari curhatan di Youtubenya, Hani menuturkan pengalaman pahitnya itu dirasakan di awal tahun 2000-an.
Kala itu, dirinya yang baru berusia 16 tahun dan baru lulus SMP, nekat mendaftar menjadi TKW.
"Di kampung di Cianjur ramai yang kerja di Arab.
Baca juga: Dedi Mulyadi Mendunia Gegara Youtube: Punya Fans Berat Asal Italia yang Kebelet Datang ke Purwakarta
Saya tertarik juga ke sana. Lagian ngapain juga di kampung, sekolah juga enggak," cerita Hani yang dilansir TribunJakarta.com di akun Youtube Smile For Life miliknya, Senin (10/1/2022).
Awalnya, ada tiga orang dari desanya yang mendaftar ke salah satu agen TKW di Jakarta.
Namun dari ketiganya, hanya Hani yang sampai benar menjadi TKW.

"Ada 3 orang barengan saya, saya yang paling kecil, yang dua lainnya udah nikah.
Tapi pas medical di Jakarta cuma dua yangg lolos.
Yang satu ga lolos karena penyakit.
Tapi setelahnya, yang satu lagi juga gajadi karena kangen keluarga," tutur Hani mengenang pengalaman masa lalunya.
Sebelum resmi dikirim ke negara orang, Hani menjalani tiga bulan hidupnya di sebuah penampungan TKW di Jakarta.
Di sana, dia mengenal sejumlah orang dari berbagai daerah yang memiliki mimpi sama sepertinya, bekerja di luar negeri demi mengangkat drajat keluarga.
Baca juga: Berkat Keberanian TKW Merekam, Ketahuan Penghasilan Tukang Parkir di Wisma Atlet Mencapai Rp 3 Juta
Selama di penampungan itu, Hani juga dilatih berbahasa asing dan keterampilan.
Hingga akhirnya waktu yang dinantikannya tiba.
Masa Pahit di Kuwait
Saat itu Hani dikirim oleh agen penyaluran TKW tempatnya bernaung ke Kuwait.

Namun semua bayangan bahwa akan merasakan manisnya berkarir di negeri orang seketika juga lenyap di hari pertamanya kerja di Kuwait.
Alih-alih menyenangkan, Hani justru merasakan hidup pahit di Kuwait.
Hal itu sudah dirasakan sejak dia bekerja di hari pertama.
Hani yang bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) di pasangan keluarga asal Kuwait dan Iran kerap mendapat kekerasan hingga pelecehan.
Selain menjadi ART, Hani juga ditugaskan merawat anak bontot majikannya yang masih balita.
"Waktu itu belum bisa sama sekali apalagi bahasanya," curhat Hani.
Baca juga: Pesona Sopir Bus Wanita Cantik: Awal Sungkan Kerja Bareng Pria, Kini Nyaman Tidur di Kandang Macan
Di awal-awal masa bekerjanya, Hani harus terbiasa beradaptasi dengan bedanya kebudayaan antara di Kuwait dengan di Indonesia.
Misalnya soal standar kebersihan yang berlaku di negara sana.
Bila di Indonesia, standar kebersihan hanya meliputi menyapu dan mengepel serta beberes perabotan, maka di Kuwait semuanya berbeda.
"Bersih-bersih disana itu detil banget," tuturnya.

Selain itu, masalah lain juga dihadapi karena dia tak diberikan arahan tentang tata cara merawat bayi sang majikan.
Kesabaran Hani semakin diuji, ketiga ketiga anak majikan yang sudah remaja kerap berulah yang berujung pada dimarahinya dia oleh sang majikan.
"Anak-anak majikan juga kayak gasuka sama aku, mereka ketawa kalau aku dimarahin.
Di dapur sering terjadi kejadian yang ga disangka kayak misalkan ada gula di dalam minyak goreng.
Dan selalu aku yang disalahin, aku selalu dituduh," tutur Hani menceritakan keperihannya di masa lalu.
Puncak kepahitan hidup Hani di Kuwait ialah saat dia nyaris dirudapaksa oleh adik majikannya yang memang ikut tinggal di rumah itu.
"Adiknya majikan itu Army (tentara) kasih 10 dinar Kuwait, tapi ngajak begituan.
Waktu itu ngelihat tubuhnya aja takut.
Itu bukan sekali dua kali, ngajakin aku tidur bareng," kata Hani.
Namun alih-alih mendapat perlindungan dari sang majikan, Hani justru dibilang mengarang cerita.
"Aku bilang sama majikan aku dia malah ga percaya dan malah aku dipukul, ditampar.
Aku dibilang fitnah," papar Hani.
Baca juga: Wonder Woman Bus AKAP: Tiap Hari Nyupir Bus Bolak Balik Jakarta Wonogiri Demi Besarkan 3 Buah Hati
Perjuangan Keluar dari Penderitaan
Hampir selama lima bulan menahan kepahitan bekerja dengan majikan yang temperamen, Hani memutuskan untuk kabur.
Namun upaya pertamanya gagal ketika dia dipergoki oleh sang anak majikan.
Alih-alih bisa keluar, Hani justru dikurung dan dianiaya sampai mukanya lebam.
"Saya ditampar sampai terasa kunang-kunang saking kerasnya.
Kemudian dikunci di kamar sama adik majikan buat disiksa.

Saya terusnya dikurung karena saya ada bekas luka," papar Hani.
Hani akhirnya bisa melarikan diri saat di bulan Ramadan.
Dia beralasan hendak membuang sampah kemudian memanfaatkan untuk melarikan diri tanpa membawa barang-barang yang dibiarkan tertinggal di rumah majikan.
Hani kemudian mendatangi agen yang menyalurkan dirinya bekerja di Kuwait dengan bantuan sopir taksi.
"Saya waktu itu ari sekira 20 menitan dari rumah majikan dan saya lihat taksi kumpul.
Saya bilang ga punya uang, minta dianterin ke agensi akhirnya ada yang baik dan mau anterin saya," papar Hani.
Setibanya di agensi, Hani menceritakan pengalaman pahitnya bekerja di rumah majikan yang kejam.
Saat itu Hani ditawari apakah mau pulang ke Indonesia atau mencari pekerjaan di tempat lain.
"Saya gamau pulang karena belum setahun dan harus kuat karena waktu itu saya yang ngotot jadi TKW meski ga diizinin orangtua," kata Hani.
Hani akhirnya tinggal sementara di kantor agensi TKW di Kuwait.
Sampai suatu ketika dirinya ditawari bekerja di sana yang membuat hidupnya berubah.
"Seminggu di agensi belum ada kerjaan akhirnya ditawarin kerja di agensi soalmya sekretaris dia mau pulang kampung.
Baca juga: Terkuak Aksi 2 Satpam Nodai Janda Saat Tangan Terborgol di Kebun Sawit, Polisi: Mereka Tergiur
Akhirnya diajarin bikin teh untuk karyawan dan bos, bebersih, angkat telepon.
Kesininya saya bisa ngurus TKW yang baru datang dari Indonesia dan ngurus-ngurus TKW yang kabur-kaburan atau yang ada masalah," papar Hani.
"Akhirnya sampai bisa kerja 3 tahun di sana dan barulah pulang ke Indonesia dan balik lagi kesana," lanjut dia.
Hani menuturkan bahwa tak ada satu pun keluarganya di Cianjur yang mengetahui cerita pilunya ini.
"Saya gamau mereka kepikiran," ucap Hani.