Jenderal Dudung Dengarkan Curhat Calon Bintara, Nangis Hidup di Jakarta karena Menguras Isi Kantong
Susahnya hidup di Jakarta dialami oleh perantau yang masih berstatus Calon Bintara Reguler (Cabareg). Jenderal TNI Dudung mengungkap kesusahannya.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Septiana
Menurutnya, kosan Rp 1,5 juta itu pun seadanya saja.
Baca juga: Kasad Jenderal TNI Dudung Abdurachman: Jangan Sampai Baliho Itu Masih Bergelimpangan!
Pengeluaran biaya mengontrak itu diluar dari biaya makan.
"Kosan Rp 1,5 juta di sini cuma bedeng aja. Hanya ngontrak belum untuk makan," tambahnya.
Maka dari itu, Dudung telah memberikan perintah kepada Pangdam Jaya, Mayjen Untung Budiharto agar memulangkan orang-orang dari daerah.
Ia meminta kepada para calon tentara yang pindah dari daerah lain agar tak perlu bertugas di Kodam Jaya.
"Makanya saya sudah perintahkan para Pangdam untuk orang-orang yang pindah dari Ambon, Sulawesi dan Papua balikin lagi deh ke sana," ujarnya.
Sehingga mereka bisa dekat dan kumpul bersama keluarga.

Jenderal Dudung Jamin Anak Yatim Piatu Bakal Lulus Penerimaan TNI
Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Dudung Abdurachman menjamin anak-anak yatim piatu bakal lulus ketika mengikuti penerimaan personel TNI AD (Werving).
Mantan Pangdam Jaya itu punya alasannya.
Ia bahkan meminta bawahannya untuk mencari atau jemput bola anak-anak yatim piatu, para santri atau anak-anak kurang mampu seperti anak tukang ojek sampai anak tukang sapu.
"Cari anak-anak yatim piatu, termasuk rekrutmen dari santri. Kalau sudah anak yatim pasti lulus. Apalagi yatim piatu pasti," kata Dudung saat menyambangi Kodam Jaya, Cawang, Jakarta Timur pada Senin (14/3/2022).
Dudung meyakini mereka yang sudah tak memiliki orangtua sejak kecil terlatih hidup menderita.
Baca juga: Kasad Jenderal TNI Dudung Abdurachman: Jangan Sampai Baliho Itu Masih Bergelimpangan!
Sehingga, mereka bisa dilatih menjadi tentara yang baik.
"Orang-orang enggak mampu itu pasti jadi tentara bener. Berangkat dari kepedihan, susah. Saya dulu jadi tukang koran, tukang klepon. Akhirnya jadi tentara pun takut melanggar," katanya.