Ramadan 2022

Makam Mbah Datuk Banjir di Lubang Buaya Mulai Ramai Didatangi Peziarah Didominasi Majelis Pengajian

Namanya yang tersohor sebagai kian membuat makamnya banyak didatangi para peziarah.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Acos Abdul Qodir
TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Makam Datuk Banjir Pangeran Syarif Hidayatullah di Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur, Minggu (27/3/2022). 

"Menurut cerita kakek benek saya, sebelum sampai kemari melakukan perjalanan melalui rute Kali Sunter. Mengendarai kendaraan dari bambu, disebut getek kalau enggak salah," kata Yanto.

Dalam perjalanannya itu, getek yang digunakan Mbah Datuk Banjir Pangeran Syarif Hidayatullah seolah tersedot ke lubang hingga menyentuh bagian dasar Kali Sunter.

Namun, Mbah Datuk Banjir tidak sampai terseret ke lubang, dia berhasil tiba di daratan.

"Memang di Kali Sunter itu ada penguasanya zaman dulu. Ya selain buaya-buaya biasa ada penguasa gaib yang disebut siluman buaya putih," ujarnya.

Merujuk keterangan leluhurnya, buaya putih penguasa Kali Sunter tersebut dikisahkan bernama Pangeran Gagak Jakalumayung yang memiliki anak berjuluk Mpok Nok.

Mpok Nok berwujud buaya tanpa ekor atau disebut warga buaya buntung.

Mbah Datuk Banjir Pangeran Syarif Hidayatullah pun lalu berkelahi dengan keduanya.

"Mbah Datuk Banjir kan datang kemari sebagai pendatang. Masuk di kampung ini berhadapan dengan halangan-halangan daripada jin, penguasa Kali Sunter. Akhirnya bisa ditaklukkan dan akhirnya bisa dijadikan, bahasa kasarnya santrinya lah," tuturnya.

Setelah menaklukkan 'penguasa' Kali Sunter, Mbah Datuk Banjir mencetuskan nama Lubang Buaya, kala itu nama tersebut mengacu pada kampung.

Dalam menyebarkan agama Islam, Mbah Datuk Banjir disambut baik warga setempat yang kala itu bertani padi sebagai profesi utamanya.

Baca juga: Hore! Pemerintah Pastikan Puasa Tahun Ini Boleh Salat Tarawih di Masjid hingga Mudik Lebaran

Warga Lubang Buaya diajarkan ilmu bela diri untuk melawan penjajah Belanda yang datang menaklukkan Jakarta.

"Mbah Datuk Banjir secara enggak langsung melindungi Kampung Lubang Buaya ini dengan bentuk kesakitan dan karmahnya. Sehingga kampung ini terlihat seperti laut, tidak bisa diinjak penjajah Belanda, enggak bisa masuk," lanjut Yanto.

Dikisahkan, Mbah Datuk Banjir memiliki sejumlah senjata pusaka yang digunakan untuk berperang.

Dua di antaranya Golok Si Bule dan Keris Bengkok. Kedua benda pusaka ini kini tersimpan di area pemakaman Mbah Datuk Banjir Pangeran Syarif Hidayatullah.

"Meninggalnya bukan saat berperang, kalau bahasa spiritualnya memang sudah harus pindah," sambung Yanto.

Hingga saat ini, peziarah banyak mendatangi makam Mbah Datuk Banjir untuk mendoakan dan mengingat jasa-jasanya dalam penyebaran Islam.

 
 

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved