Tangisan Lirih Ibu Siswi SD Ini: Menolak Damai Usai Melihat Tampang Satpam Cabul

Pada kesempatan itu mereka diminta untuk menandatangani surat perdamaian atas kelakuan satpam sekolah tersebut

KOMPAS/LAKSONO HARI W
Ilustrasi korban pencabulan 

TRIBUNJAKARTA.COM, BELITUNG - Salah seorang ibu korban berinisial Jn sesenggukan. Sesekali dari ujung matanya mengalir air mata. Dia bersama lima ibu lainnya duduk di dalam Ruang Aula sebuah  SD Negeri di Kelapa Kampit, Belitung Timur.

Di ruang itu mereka seksama mendengar penjelasan dari pihak sekolah terkait kasus pencabulan yang melibatkan 14 korban, termasuk anak Jn.

Hadir Kepala Dinas Pendidikan Belitung Timur, Sarjano, Camat Kelapa Kampit Syahril, Kepala sekolah SD tersebut, Bhabinkamtibmas Desa Mentawak, Bripka Habibi, Kader PPA Desa Mentawak, beberapa guru dan enam dari 14 orang tua korban pencabulan.

Pada kesempatan itu mereka diminta untuk menandatangani surat perdamaian atas kelakuan satpam sekolah tersebut. Beberapa ibu terlihat menandatangani surat pernyataan damai itu, kecuali Jn.

Sebagai seorang ibu dia mengaku marah, sedih dan kecewa karena anaknya dilecehkan seperti itu. Dia mengatakan tidak mau menandatangani surat itu karena masih tidak terima dengan perlakuan pelaku berinisial Rb (65).

Baca juga: Sosok Pelaku Pencabulan Bayi 18 Bulan di Jeneponto Terkuak, Abaikan Jerit Kesakitan Korban di Toilet

"Di mulut saya bisa memberikan maaf, tapi dalam hati masih berat," kata Jn ditemui posbelitung.co seusai pertemuan, Jumat (1/4/2022).

Dia ingin pelaku bisa dihukum seadil-adilnya karena sudah membuat perlakuan asusila terhadap anaknya.

Karena menurut cerita anaknya, Jn bilang perbuatan itu bukan hanya sekali tapi berkali-kali sebelumnya.

Baca juga: Jerit Ibu Korban Pencabulan di Jaksel ke Polisi: Kayaknya Keadilan Indonesia Hanya yang Punya Uang

"Kepolisian semoga bisa memberikan keadilan bagi kami para korban," harap Jn.

Kepala sekolah, didampingi guru Agama Islam sekolah tersebut mengatakan, pertemuan hari ini adalah untuk mengadakan pembinaan dan mengupayakan damai secara kekeluargaan.

Dia menjelaskan, damai di sini bukan untuk memutus masalah asusila ini, namun untuk meringankan hukuman pelaku saat nanti sudah di meja hijau.

Baca juga: Pernah Jadi Korban Pencabulan, Yuda Nekat Culik 2 Bocah Perempuan untuk Dinodai

"Kami tidak memaksa mereka tanda tangan surat perdamaian tersebut. Ini adalah upaya pihak sekolah untuk mencari solusi dari masalah ini. Kami juga tidak akan menghalangi proses hukum yang nanti berjalan," kata guru agama yang diiyakan kepala sekolah.

Dia menjelaskan, kejadian ini diketahui terjadi pada 11 Februari 2022 lalu. Saat itu satpam Rb sedang memeriksa suhu tubuh anak-anak sebelum masuk kelas. Saat itu Rb langsung menjamah payudara salah satu korban.

Korban itu menangis lalu pergi ke guru di sekolah itu. Dari guru itu kemudian menanyakan kepada anak-anak lain apakah dapat perlakuan sama, ternyata banyak yang mengaku mendapat perlakuan itu dari satpam Rb.

"Lalu pihak sekolah sudah sempat melakukan pertemuan dengan menghadirkan sebagian orang tua dengan pelaku pada 14 Februari 2022. Di sana Rb ini mengaku bertindak demikian karena niat becangek (red:bercanda) saja," kata kepala sekolah.

Halaman
12
Sumber: Pos Belitung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved