Sudah Dagang Buah Lebih 30 Tahun, Wanita Ini Menangis Niatnya Sempurnakan Ibadah Berujung Penipuan
Sudah berjualan buah sejak merantau ke Jakarta pada tahun 1988 silam, hanya satu keinginan yang ingin sekali dilaksanakan Gasmi (57).
TRIBUNJAKARTA.COM - Sudah berjualan buah sejak merantau ke Jakarta pada tahun 1988 silam, hanya satu keinginan yang ingin sekali dilaksanakan Gasmi (57).
Sebagai seorang muslim, Gasmi berkeinginan kuat untuk bisa menunaikan ibadah haji.
Setiap harinya selama bertahun-tahun dia menyisihkan sebagian keuntungannya berjualan demi impiannya menyempurnakan rukun Islam.
Hingga akhirnya kesempatan yang dinantikannya itu datang pada tahun 2016.
Saat modal dirasa sudah cukup untuk mendaftar, Gasmi kemudian buru-buru menyerahkan uang itu.
Baca juga: Bazar Ramadan Berkah, 30 Pelaku UMKM Dekat Bandara Soekarno-Hatta Dapat Lapak di Terminal 2F
Namun siapa sangka bahwa rupanya pendaftaran haji yang dilakukan Gasmi adalah pendaftaran abal-abal alias penipuan.
Tak sendiri, ada korban lain yang senasib dengannya malah ditipu.
Uang Rp 25 juta hasil tabungannya pun lenyap begitu saja.

Gasmi saat itu langsung lemas seketika.
Segala apa yang telah dikumpulkannyab dengan penuh perjuangan harus hilang begitu saja.
"Kemarin sudah daftar, tapi ditipu di Pondok Gede pada tahun 2016. Banyak orang yang kena tipu dulu," ucapnya dengan nada kecewa saat berbincang dengan Tribunnews di saat jelang waktu berbuka puasa pada Kamis (21/4/2022) .
Kendati demikian, penipuan itu tak menyurutkan semangatnya untuk naik haji.
Ia berniat tahun ini bakal naik haji bila tabungannya cukup.
Baca juga: Kala Demo Jadi Sumber Rezeki Para Pedagang, Tak Selalu Soal Gas Air Mata Hingga Perisai
"Punya niat (naik haji), tetapi mungkin Allah SWT mungkin belum beri kesempatan," ungkapnya.
Gasmi menjual aneka macam buah-buahan, seperti buah naga, alpukat, melon, belimbing, dan kurma.
Lokasinya di Pasar Inpres Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Keluhkan pendapatan di Ramadan tahun ini.
Di Ramadan thun ini, Gasmi lebih banyak mengeluh.
Hal itu bukan tanpa alasan.

Sebab dagangannya hampir tak laku saat Ramadan.
Pernah suatu hari dagangannya busuk lantaran tak ada pembeli.
"Sekarang enggak bisa ngomong. Puasa ini bikin tambah rugi. Dagangan busuk semua dan mahal," katanya.
Gasmi dan suaminya tinggal di sebuah kontrakan di kawasan Pasar Minggu.
Harga kontrakannya Rp 3 juta per bulan.
Sementara anak-anaknya sudah berkeluarga.
Dulunya, suami Gasmi bekerja sebagai tukang gojek.
Baca juga: Ajak Pedagang Pasar Tanah Abang untuk Vaksin, Polisi Doakan Ibu-ibu Bisa Arisan Lagi
"Tadinya (suami Gasmi) tukang ojek. Tapi enggak laku-laku," ujarnya sambil tertawa.
Menjual buah-buahan merupakan pekerjaan sehari-harinya.
Hal itu ia lakukan semenjak merantau ke Jakarta pada tahun 1988.
Setaip hari, dirinya berangkat ke pasar menjual dagangannya pukul 03.WIB.
Pulangnya sekitar pukul 20.00 WIB.
"Habis sahur langsung berangkat. Sangat cape," ungkapnya.
Gasmi mengaku pendapatannya cukup baik sebelum Ramadan.
Namun saat puasa dia hanya bisa mendapat Rp 1 juta per hari.
"Pendapatannya kalau ramai bisa Rp 3,5 juta per hari. Kalau selama puasa ini cuma Rp 1 juta (per hari)," ucapnya sambil meneteskan air mata.
Melihat beberapa pengunjung mendatangi lapaknya, dengan suara yang lembut ia pun menyambut.
"Silakan, mau beli apa?" tanya Gasmi sambil mempersiapkan kantong untuk menaruh buah-buahan.
Setelah melayani pembeli, dia pun melanjutkan kisahnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cerita Gasmi, Pedagang Buah yang Pernah Jadi Korban Penipuan Ibadah Haji hingga Rp 25 Juta