Perairan Teluk Bima Berubah Seperti Gurun Pasir: Ikan Sampai Mati, Warga yang Makan Keracunan
Lapisan berwarna cokelat yang cukup tebal itu seperti minyak dan diduga merupakan limbah dari Depo Pertamina yang mencemari air laut.
TRIBUNJAKARTA.COM - Fenomena tidak biasa terjadi di perairan Teluk Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Laut yang berwarna biru mendadak jadi cokelat muda seperti halnya bentangan gurun pasair.
Lapisan berwarna cokelat yang cukup tebal itu seperti minyak dan diduga merupakan limbah dari Depo Pertamina yang mencemari air laut.
Akibatnya, ikan banyak yang mati mengapung sejak kemunculan limbah cokelat yang bentuknya seperti jelly foam itu.
Nelayan yang menangkapi ikan mati itu dan akhirnya dikonsumsi warga membuat bencana lain.
Warga yang memakan ikan terpapar limbah itu tumbang keracunan.
Baca juga: Gudang Limbah di Cikarang Pusat Kebakaran, Asap Tebal Membumbung Tinggi
Tercemar Sejak Minggu
Kondisi air laut Teluk Bima tepatnya di sekitar Pelabuhan Bima, mulai menyedot perhatian masyarakat sejak Selasa (26/4/2022).
Pasalnya air laut terlihat sangat kotor dan berminyak, sekira pukul 17.00 WITA.
Informasi yang diperoleh TribunLombok.com, kondisi air laut di dermaga Pelabuhan Bima sudah terlihat sangat kotor sejak dua hari terakhir atau sejak Minggu (24/4/2022).
hampir pada seluruh permukaan air laut di sekitar dermaga dipenuhi dengan warna coklat.

Selain itu, air laut berbusa dan sedikit berminyak, meskipun tidak terasa adanya bau yang menyengat.
Sementara, pada Rabu (27/4/2022) siang, persebaran limbah cokelat itu semakin meluas hingga sisi lain teluk Bima, yakni pesisir selatan.
Bukan hanya luas, limbah juga semakin tebal di sekitar Pantai Lawata dan di depan Depo Pertamina.
Ikan-ikan terlihat mulai mati terkapar dan kering. Air laut mulai berbau pada siang hari, sehingga semakin memicu keresahan.
Bersama Dinas Pariwisata Kota Bima, TribunLombok.com mengelilingi teluk Bima sebelah selatan, untuk mengetahui pasti bagaimana kondisi di bagian dalam perairan.
Baca juga: Insinerator Jadi Solusi Penanganan Limbah B3 di DKI dan Sekitarnya: Kapasitas 50 Ton Per Hari
Yang terlihat adalah, limbah yang warnanya coklat di pinggir pantai, semakin ke dalam warnanya bercampur hitam.
Bahkan tangan staf Dinas Pariwisata yang merendam tangannya ke air laut, ketika disentuh justru terasa licin seperti terkena minyak.
Akan tetapi, pada permukaan laut tidak terlihat adanya minyak dan hanya sedikit ada bau sedikit.
"Ini agak berbau minyak ketika di dalam sini," ujar seorang staf Dinas Pariwisata Kota Bima, Suhardin.
Yang beredar luas di masyarakat, banyak yang menduga sumber limbah ini dari Depo Pertamina.
Keterangan DLH Kota Bima dan Pertamina
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bima mengambil sampel air laut yang diduga tercemar limbah di depan Depo Pertamina Bima.
Kepala Dinas DLH Kota Bima, Syarif Bustaman yang dikonfirmasi mengaku pihaknya belum bisa menyampaikan apapun soal kondisi air laut di Teluk Bima saat ini.
Syarif mengatakan, pihaknya sudah memantau sebaran material limbah di Teluk Bima.
"Secara kasat mata, ini (limbah) semacam jelly foam. Tapi kandungannya masih harus diuji," ujarnya, saat ditemui TribunLombok.com setelah keluar dari kantor Pertamina.
Untuk hasil sampel air laut dan jelly foam ini, akan dibawa ke Laboratorium di Mataram untuk diteliti.
Syarif juga mengatakan, pihak Pertamina telah mengambil sampel dan akan membawanya ke Denpasar untuk diteliti.
Wartawan juga menanyakan, soal sampel yang diambil oleh pihak DLH dibawa masuk ke kantor Pertamina terlebih dahulu.
"Sampel tidak dibawa masuk, tapi kita sama-sama lakukan pencermatan," tegasnya.
Hal lain yang dikatakan Syarif, sampel yang telah diambil hari ini akan diambil ulang kembali saat berangkat ke Mataram besok pagi.
Pasalnya kondisi sampel berubah, ketika disimpan terlalu lama.
"Tadinya jelly dan buih ini banyak, tapi kemudian semakin berkurang. Jadi besok kami ambil ulang," pungkasnya.
Sementara, Pihak PT Pertamina Bima mengaku, tidak mengetahui asal muasal limbah yang menumpuk di depan deponya tersebut.
Manajer Pertamina Bima, Dieveri Bayu Permana saat menemui warga mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kapolres, Sekda, DLH Kota Bima hingga Dinas Kelautan dan Perikanan.
Dari hasil koordinasi ini, disepakati dilakukan pengujian sampel terhadap limbah tersebut di laboratorium yang berkompeten.
"Terkait kondisi ini, kami belum tahu asal muasalnya," tegasnya.
Pernyataan pihak Pertamina ini keluar, setelah digerudug sejumlah warga yang gerah dengan sikap Pertamina, dianggap tidak berikan penjelasan apapun.
Padahal limbah tersebut, menumpuk di depan wilayah kerja Pertamina.
Warga Keracunan
Karena banyaknya ikan yang mati akibat limbah itu, nelayan tidak bisa melaut.
Akhirnya enelayan dan warga meangkapi ikan mati untuk selanjutnya dikonsumsi.
Namun imbasnya tidak terduga, warga yang memakan ikan mati itu keracunan.
Seorang warga Desa Lewintana Kecamatan Soromandi Kabupaten Bimadi antaranya.

Ia dilarikan ke Puskesmas Soromandi karena berdasarkan Informasi yang diperoleh media, warga bernama Habibah perempuan usia 50 tahun tersebut keracunan setelah mengonsumsi ikan laut yang diambil saat limbah memenuhi perairan Teluk Bima pada Rabu (27/4/2022).
"Iya benar, ada satu orang," jawab Kepala Desa (Kades) Lewintana Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima, Hidayat, saat dikonfirmasi via ponsel.
Hidayat berharap, sebagai perwakilan pemerintah di tingkat desa meminta pihak yang berwenang dan terkait dengan persoalan limbah di Teluk Bima, segera memastikan apa sebenarnya.
Jangan sampai ada simpang siur yang lama, sehingga masyarakat tidak diedukasi.
"Untuk sementara ini, saya sudah himbau warga saya untuk tidak konsumsi ikan yang diambil tadi siang," tandasnya.
Akademisi Minta Laboratorium Kredibel
DLH Kota Bima akan mengirim sampel limbah ke laboratorium untuk memastikan kandungannya hari ini, Kamis (28/4/2022).
Kalangan akademisi mengingatkan pemerintah agar tidak main-main dengan pemeriksaan ini.
Sebab persoalan tersebut berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.
"Kita sebagai institusi pendidikan, telah bentuk tim advokasi jika ada indikasi atau ditemukan kejanggalan dalam penanganan kasus limbah ini," ujar Rektor Universitas Muhammadiyah Bima, Ridwan, Kamis (28/4/2022).
Kepada TribunLombok.com, Ridwan menyampaikan, sejumlah catatan yang harus diperhatikan otoritas terkait.
Pertama, harus memastikan lembaga atau laboratorium kredibel dan dapat dipercaya.

Kedua, pihak PT Pertamina Bima harus mengeluarkan pernyataan, mengecek fasilitas yang dimiliki tidak ada yang bocor.
"Ini juga menjadi saran bagi Pertamina, agar dipercaya publik dan tidak tergiring opini seperti sekarang," tegasnya.
Ketiga, pihaknya meminta ada lembaga lain yang bersifat independen sebagai pendamping atau penengah, yang juga lakukan uji sampel.
Ini menjadi penting, untuk menjaga rasa percaya publik atas pengujian sampel oleh pemerintah dan Pertamina.
Ridwan menyampaikan poin keempat, meminta kepada otoritas terkait segera mengambil langkah cepat.
Persoalan ini harus disikapi secara serius, karena berkaitan dengan kehidupan orang banyak, apalagi warga Bima rata-rata konsumen ikan laut.
Baca berita seputar Perairan Teluk Lombok yang tercemar di TribunLombok.com