Hepatitis Akut di Jabodetabek
Pemerintah Kota Tangerang Mulai Waspadai Serangan Hepatitis Akut
Dinas Kesehatan Kota Tangerang mulai memikirkan adanya bahaya Hepatitis akut. Ini penjelasan Kadinkes Kota Tangerang.
Penulis: Ega Alfreda | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda
TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG - Dinas Kesehatan Kota Tangerang mulai memikirkan adanya bahaya hepatitis akut
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Dini Anggraeni, mengatakan pihaknya sudah melakukan sosialisasi soal bahayanya hepatitis akut ke setiap rumah sakit dan puskesmas.
Sebab, sampai saat ini belum diketahui penyebabnya.
"Sudah sejak sepekan lalu, atau akhir April 2022. Kita sudah edarkan atau sosialisasikan ke rumah sakit dan puskesmas," ujar Dini saat dihubungi, Rabu (4/5/2022).
Kendati demikian, dia meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik.
Baca juga: Tiga Anak di Jakarta Diduga Meninggal karena Hepatitis Akut, Pakar Kesehatan Sarankan Ini
Lantaran, selain Kemenkes tengah menginvestigasi penyebabnya di DKI Jakarta.
Kata Dini, dugaan kasus serupa juga belum ditemukan di Kota Tangerang.
"Sampai saat ini tidak ada laporan. Tapi kami tetap waspada, agar terlokalisir sumber awalnya," tutur Dini.

Terpenting, yang harus dilakukan di rumah adalah tetap menjaga protokol kesehatan.
Apa yang sudah diterapkan pada saat menghadapi Pandemi Covid-19, jangan kendor diterapkan untuk mencegah virus yang menyerang liver tersebut.
Baca juga: Hepatitis Akut yang Serang Anak-anak Diduga Long Covid-19, Epidemiolog Sarankan Lakukan Hal ini
"Pastikan tetap pakai masker, mencuci tangan dengan bersih, masak dan makan makanan yang matang dan dipastikan kebersihannya," papar Dini.
Serta, mendeteksi secara dini dan membawa ke fasilitas kesehatan segera setelah ditemukan gejala-gejala seperti penurunan kesadaran, demam.
Lalu warna urin seperti teh, BAB berwarna pucat, kulit kuning, gatal, mual, muntah, nyeri sendi.
Pakar Kesehatan Sarankan Ini

Pakar Kesehatan dari FKUI sekaligus Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, perlu ada pembuktian laboratorium terperinci terkait tiga kasus kematian anak di Jakarta yang diduga karena Hepapatis akut.
"Jadi akan baik kalau ada penjelasan lebih rinci tentang perbedaan fatalitas ini, 1 meninggal dari 170 kasus di dunia dan semua 3 meninggal dari 3 kasus kita," kata dia dalam keterangannya, Rabu (4/5/2022).
Sehari sebelum Lebaran, Kementerian Kesehatan mengeluarkan pemberitahuan agar masyarakat waspada pasca meninggalnya 3 pasien anak dengan hepatitis akut di Jakarta.
Baca juga: Waspada! Hepatitis Misterius Rengut Nyawa 3 Anak di Jakarta
Ini tentu dihubungkan dengan kejadian hepatitis Aakut berat di berbagai negara, sebagaimana diumumkan oleh WHO.
Karena ini pengumuman pertama maka tentu diharapkan ada penjelasan selanjutnya di hari-hari mendatang, setidaknya tentang tiga hal.
Pertama, Ia menuturkan, dalam rilis Kementerian Kesehatan belum disebutkan bagaimana hasil laboratorium Hepatitis A,B,C dan E pada ketiga kasus ini.
Data dunia pun menyebutkan bahwa pada kejadian Hepatitis yang banyak dibahas ini maka hasil Lab Hepatitis A sampai E nya negatif.
Selain itu juga tidak ada hasil Adenovirus 41 yang kini banyak diduga sebagai penyebab Hepatitis di lintas benua ini.
"Kita tentu amat berduka karena ketiga kasus di Jakarta ini semuanya wafat. Kalau data dunia, dari lebih dari 170 kasus maka yang meninggal adalah satu anak," imbuh direktur pasca sarjana RS Yarsi ini.
Ia mengatakan, dengan adanya penjelasan tentang hasil Laboratorium Hepatitis A-E dan juga Adenovirus di Indonesia maka baiknya juga disampaikan ke publik tentang ada hasil pemeriksaan virus-virus lainnya.
WHO merekomendasikan pemeriksaan darah, serum, urine, faeses, sampel saluran napas dan bila mungkin biopsi hati.
"Semuanya untuk pemeriksaan karakteristik virus secara mendalam, termasuk sequencing," pesannya.
Hepatitis 'Misterius' Rengut Nyawa 3 Anak di Jakarta
Sebanyak tiga anak di DKI Jakarta dilaporkan meninggal dunia setelah diduga mengalami hepatitis akut.
Ketiga anak ini meninggal meninggal hanya dalam kurun waktu dua minggu terakhir hingga 30 April 2022.
Sebelum meninggal dunia, ketiganya sempat menjalani perawatan intensif di RSCM setelah mendapat rujukan dari rumah sakit di Jakarta Timur dan Jakarta Barat.
Adapun gejala yang ditemukan pada ketiga anak ini ialah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang, dan penurun kesadaran.
Lantaran belum diketahui pasti penyebab pasti penyakit ini, Kementerian Kesehatan memutuskan meningkatkan kewaspadaannya.
Baca juga: Kenali Penyakit Hepatitis B dan Antisipasi Cara Penularannya
Terlebih, badan kesehatan dunia (WHO) juga telah menyatakan kejadian luar biasa (KLB) pada kasus Hepatitis Akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika, dan Asia yang belum diketahui penyebabnya sejak 15 April 2022 lalu.
Kemenkes pun kini tengah melakukan investigasi penyebab kasus hepatitis akut ini melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta pun disebut-sebut tengah melakukan penyelidikan epidemiologi terkait hal ini.
"Selama masa investigasi, kami mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang," ucap Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, dalam pernyataan persnya, Senin (2/5/2022).
Ia pun meminta masyarakat melakukan upaya pencegahan dengan menjalankan protokol kesehatan, seperti rajin mencuci tangan, tidak bergantian memakai alat makan, dan menghindari kontak dengan orang sakit.
"Juga memastikan makanan dalam keadaan matan dan bersih," ujarnya.
Bila anak memiliki gejala kuning, sakit perut, muntah-muntah, diare mendadak, air seni berwarna teh tua, kejang, penurunan kesadaran, dan buang air besar berwarna pucat, Nadia mengingatkan orang tua untuk segera membawa anak mereka ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.
Sebagai informasi, WHO melaporkan ditemukan 170 kasus hepatitis akut yang sudah ditemui di 12 negara.
Penyakit ini menyerang anak usia 1 sampai 16 tahun dan 17 anak di antaranya memerlukan transplantasi hari dan satu kasus dilaporkan meninggal.
Laporan ini pertama kali diterima WHO pada 5 April 2022 lalu di wilayah Inggris Raya.
Saat itu dilaporkan ada 10 kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown aetiology ) pada anak usia 5 bulan sampai 5 tahun.
Puluhan kasus iti ditemukan hanya dalam periode waktu Januari sampai Maret 2022 di Skotlandia Tengah.
Adapun gejala klinis yang teridentifikasi ialah peningkatan enzim hati, sindrom jaundice (Penyakit Kuning) akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah).
Namun, sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam.
Lantaran penyebab pastinya belum diketahui pasti, pemeriksaan laboratorium terus dilakukan.
Dari hasil pemeriksaan sementara, virus hepatitis A, B, C, D, dan E bukan menjadi penyebab penyakit ini.
Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus di luar negeri yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41.
SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.
Pada 27 April 2022 lalu, Kemenkes melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022.
Surat edaran itu berisi tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology).