Food Story
Cerita Pelayan Bakso Jedot Tanah Abang Ngilu Lihat Mbak-mbak Cantik Benjol: Untung Enggak Berdarah
Jangankan pembeli, pemilik warung bakso, Tamin (42) juga terkadang kejedot tangga tersebut. Untungnya, tak sampai benjol.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, TANAH ABANG - Bakso Jedot yang lapaknya ada di bawah tangga depan Pasar Tanah Abang Pintu Timur ramai disambangi pembeli setiap harinya.
Uniknya, pembeli harus menunduk ke bawah tangga, saat ingin menyantap bakso. Sebab, tempat duduk untuk makan bakso tersebut berada tepat di bawah tangga.
Bagi pembeli yang tidak memperhatikan kondisi tempat makan bakso tersebut, automatis kejedot anak tangga yang terbuat dari semen atau beton dan baja.
Jangankan pembeli, pemilik warung bakso, Tamin (42) juga terkadang kejedot tangga tersebut. Untungnya, tak sampai benjol.
Seorang karyawan Tamin mengaku sempat kasihan dan ngilu saat melihat mbak-mbak pembeli jadi korban terjedot tangga tersebut.
"Duh, kasihan lihat mbaknya kejedot. Untung enggak berdarah," tambahnya.
Baca juga: Punya Adonan Berbeda, 3000 Biji Bakwan Pontianak di Kawasan Grand Indonesia Ludes Setiap Hari
Bakso Jedot Kerap Makan Korban

Dalam sehari, ada saja keluhan orang yang kepalanya kejedot, bahkan sampai benjol.
"Ya dalam sehari ada saja yang kena jedot. 3 sampai 4 orang tiap hari. Kebanyakan emak-emak. Ada yang sampai benjol," kata, Pemilik warung bakso Jedot, Tamin (42) kepada TribunJakarta.com di lokasi pada Rabu (1/6/2022).
Bukan saja pembeli, Tamin pun terkadang kejedot.
Meski sebagai penjual ternyata tak membuat Tamin hafal lapaknya dagang yang rendah.
Tahu-tahu, katanya, kepala sudah sakit saja kejedot.
"Kadang-kadang saya aja lupa kejedot juga jadinya," tambahnya.
Warung ini membuka lapak di luar Pasar Tanah Abang, tepatnya di bawah tangga dekat Pintu Timur Blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Pembeli yang datang kerapkali harus menunduk sambil mencari tempat duduk di kolong tangga.
Tempat duduk yang ada terbilang sederhana saja. Hanya dua buah bangku kayu panjang tanpa meja.
Pembeli tinggal duduk menunggu pelayan mengantarkan semangkuk bakso.
Sebenarnya, warung ini menyediakan bangku-bangku lain di luar kolong.
Beruntung bagi yang kedapatan bangku itu. Bila tidak, pembeli siap-siap menunduk dan memerhatikan kepalanya.
Sebab, kadang-kadang pembeli sering lupa memerhatikan rendahnya kolong tangga.
"Banyak yang tidak sengaja kejedot," kata Tamin.
Baca juga: Membuat Sajian Praktis dan Lezat Dengan Tepung Premix, Berikut Resepnya
Bila kedapatan makan di bawah kolong, pembeli mau tak mau melahap bakso sambil ditemani pencahayaan yang minim.
Tamin berjualan bakso Jedot ini sudah hampir 15 tahun.
Ia meneruskan usaha dagang bakso orangtuanya di sana.
Sampai sekarang, pembeli tak pernah sepi.
Sebab, makanan berkuah ini sangat cocok di lidah pembeli sehabis lelah belanja di dalam pasar.
"Pembeli kebanyakan emak-emak. Ya ada uang sisa lah buat mampir ke sini habis belanja," tambah pria asal Karawang itu.
Laku keras
Kendati warung makannya agak 'ribet' tetapi justru itu membawa berkah bagi Tamin dan sejumlah pekerjanya.
Letak warung bakso ini strategis tepat di bawah tangga, tempat kaum emak-emak atau pembeli hilir mudik.
Sehabis keluar menenteng belanjaan, mereka duduk memesan bakso.
Tak ayal, dalam sehari, bakso yang dihargai Rp 15 ribu per porsi itu bisa laku 200 - 300 porsi.
"Kalau sehari saya gunakan hampir 15 kg daging sapi. Kalau tanggal merah ditambah 2 sampai 3 kg lagi," ujarnya.
Baca juga: Hotel Ini Punya 7 Menu Spesial Lamian, Mie Tarik Ala Tionghoa yang Enak dan Unik Pembuatannya
Sejak buka jam 09.00 WIB, warung bakso ini sudah didatangi pembeli.
Warung bakso Jedot biasanya tutup mengikuti jam tutup pasar sekitar jam 17.00 WIB.
Asal Muasal Bakso Jedot
Nama jedot sebenarnya tercetus bukan dari penjualnya.
Nama itu berasal dari usul salah satu pembeli yang pernah merasakan tak enaknya kejedot tangga.
"Lagi ada orang makan, 'bang namain aja ini bakso jedot." Yang ngusulin itu pembeli karena dia sering kejedot," ceritanya.
Akhirnya, Tamin menamakan warung baksonya dengan nama Jedot.
Sebelumnya, nama warung bakso itu tak bernama.
Meski para pekerja sempat mencoret-coret tembok dengan tulisan 'Hati-hati kepala kejedot', tetap saja memakan korban.
Jadi, sebelum mencecap nikmatnya semangkuk bakso, ada baiknya lirik coretan si pekerja itu.
Kalau tidak, bisa-bisa kepala dapat 'oleh-oleh' sehabis makan bakso.