Sisi Lain Metropolitan
Cerita Rumah Antik Berusia diAtas 100 Tahun di Senen: Dihuni 5 Keluarga Sekaligus
Herni (64), salah satu penghuni rumah, menyilakan TribunJakarta.com masuk ke dalam rumah klasik yang ditinggalinya.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, SENEN - Rumah yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-19 di Jalan Abdul Rahman Saleh, Senen, Jakarta Pusat masih berdiri meski sudah terlihat renta.
Herni (64), salah satu penghuni rumah, menyilakan TribunJakarta.com masuk ke dalam rumah klasik yang ditinggalinya.
Ia bercerita rumah tua ini terbagi ke dalam lima petak yang dihuni oleh lima keluarga. Dulunya, Keluarga Honneman menempati rumah itu.
Herni, yang mengaku masih satu keluarga dengan Honneman, menempati bangunan itu sejak tahun 1978.
Saat datang, rumah berlantai satu itu sudah ditempati beberapa keluarga.
Baca juga: Menyusuri Rumah Tua Abad ke-19 di Senen Jakarta Puasat: Antik Tapi Begini Nasibnya
Herni mendapatkan bagian di lantai dasar ruangan seluas 93 meter persegi.
Di ruangan seluas 93 meter itu, ia membuat bangunan baru di depan rumahnya.
"Saya bikin tiga kamar lagi untuk anak saya," kata perempuan dua anak itu kepada TribunJakarta.com pada Kamis (9/6/2022).
Sementara di lantai atas, ruangan itu ditinggali oleh Kartini (52).
Kartini punya cerita versi lain terkait rumah itu.

Menurutnya selain Honneman, rumah ini juga sempat ditinggali oleh Opa Simon, orang Belanda.
Sejak lahir Kartini sudah tinggal di lantai satu rumah klasik itu.
"Saya ditinggali surat-surat peralihan izin tinggal dari Opa Simon ke ayah saya," tambahnya.
Kartini membuka dua kamar kosan di lantai satu rumah itu.
Ia juga menyewakan bagian bawah rumahnya untuk berjualan warung nasi. Dulunya, tempat itu merupakan teras bawah bagian depan rumah.

Ia membuka warung nasi dan dua kamar kos sebagai sumber pemasukan dan biaya perawatan rumah yang sudah kian menua ini.
"Buat biaya perawatan rumah karena ada aja (yang mesti dibetulkan)," lanjutnya.
Masih Diteliti
Sementara itu, Tim Ahli Cagar Budaya Pemprov DKI Jakarta, sempat menyambangi rumah klasik itu.
Arkeolog senior dan salah satu Tim Ahli Cagar Budaya Pemprov DKI Jakarta, Chandrian Attahiyat menduga rumah itu berasal dari abad ke-19.
"Dari segi arsitekturnya diduga dari abad 19 akhir. Tapi dugaan ini sementara bukan atas dasar arsip tapi dari data penglihatan gaya arsitektural," katanya saat dihubungi TribunJakarta.com.
Timnya masih melakukan survey dan pengumpulan data-data terkait sejarah rumah itu.

Chandrian masih belum mengetahui pemilik dari rumah klasik tersebut.
"Ini belum tahu persis karena data-datanya masih belum terkumpul. Pemiliknya kita belum tahu juga karena masing-masing petak (5 petak) itu punya cerita masing-masing sesuai versi mereka," tambahnya.
Chandrian berharap pengumpulan data terkait sejarah rumah itu bisa segera rampung.

Namun, lanjutnya, terlepas dari siapa pemiliknya, ia berharap rumah itu bisa segera ditetapkan sebagai cagar budaya.
"Bagi kami yang penting bangunan itu tetap eksis dan lestari," pungkasnya.