Sapi di Tangsel Sempat Terdampak Wabah PMK Jelang Iduladha, Wali Kota Benyamin: Aman
Wali kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie mengklaim bahwa wilayahnya relatif aman dari wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Wali kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie mengklaim bahwa wilayahnya relatif aman dari wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak, menjelang Idul Adha 2022.
Hal ini, diungkapkanya dihadapan Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi bersama Menteri BUMN Erick Tohir dalam acara peresmian peningkatan aksesibilitas dan penataan Stasiun Pondok Ranji, hari ini.
"Saya ingin laporkan, penyakit mulut dan kuku yang menerpa sapi di Tangsel relatif sangat aman. Dari 3.500 sapi yang ada di Tangsel itu 14.. yang 2 positif dan sisanya hanya suspec," kata Benyamin, Kamis (16/6/2022).
Benyamin menjabarkan, ada sebanyak 3.500 ekor sapi yang tercatat berada di wilayah Tangerang Selatan.
Dari jumlah tersebut, dikatakan 2 diantaranya sempat positif wabah PMK. Sementara 12 ekor lainnya, hanya suspec.
Baca juga: Ratusan Hewan Ternaknya Terpapar PMK, Kabupaten Tangerang Setop Pengiriman Hewan Kurban
Meski begitu, kata dia 14 hewan ternak yang terdampak itu saat ini sudah mendapat penanganan dari petugas kesehatan hewan.
"Dan sekarang sudah sembuh, sehingga masyarakat Tangsel siap merayakan Idul Adha beberapa waktu yang akan datang," imbuhnya.
Untuk diketahui, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak menjadi sorotan di Indonesia.
Dikutip dari infografis di akun sosial media resmi Kementerian Pertanian Republik Indonesia @kementerianpertanian yang diposting pada 12 Mei 2022 lalu, menyakit mulut dan kuku merupakan jenis penyakit yang sangat menular dan menyerang semua hewan berkuku belah atau genap.
Seperti sapi, kerbau, kambing, babi, domba, termaksud juga hewan liar seperti gajah, rusa, dan sebagainya.
Disebutkan, bahwa virus PMK dapat bertahan lama di lingkungan dan juga bertahan hidup di tulang, kelenjar, susu, serta produk susu dengan masa inkubasi 1-14 hari, dan angka kesakitan yang bisa mencapai 100 persen.
Pada kasus ini, angka kematian disebut cukup tinggi pada hewan muda atau anak.
Selain beresiko menyebabkan kematian mendadak, penyakit ini juga berdampak pada penurunan produksi susu pad hewan ternak, keguguran, infertilitas, juga penurunan berat badan.
Beberapa ciri-ciri atau gejala pada penyakit ini, diantaranya ditemukannya lepuh yang berisi cairan atau luka yang terdapat pada lidah, gusi, hidung, dan teracak/ kuku hewan yang terinfeksi.
Selain itu, gejala lainnya ialah hewan tidak mampu berjalan normal atau pincang, mengalami air liur berlebih, serta hilangnya nafsu makan.
Hewan yang tertular, dijelaskan mengeluarkan virus pada cairan vesikel, air liur, urin, susu, dan kotoran.
Adapun virus dapat di keluarkan 1-2 hari sebelum hewan menunjukan gejala klinis.