Reaksi Wagub Ariza Tahu Warga Miskin di Menteng Dekat Rumah Wapres Ma'ruf Amin Capai 18 Ribu Jiwa
Riza mengakui dari 18 ribu jiwa warga miskin di Menteng yang tercatat di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), belum seluruhnya dapat bantuan sosi
Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com; Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengakui angka kemiskinan di Jakarta meningkat selama dipimpin Gubernur Anies Baswedan.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), ada 498.290 warga Jakarta yang hidup di bawah garis kemiskinan pada periode September 2021 kemarin.
Bahkan, jumlah warga miskin di Menteng, yang dikenal sebagai kawasan elit Jakarta, termasuk dekat rumah Wakil Presiden Maruf Amin, mencapai 18.000 jiwa.
Angka kemiskinan di Jakarta ini naik 105.160 orang dibandingkan pada periode September 2017 lalu.
Ariza pun menyebut, peningkatan angka kemiskinan ini terjadi tak hanya di Jakarta.
"Kalau peningkatan (angka kemiskinan) di semua wilayah di seluruh Indonesia meningkat karena adanya pandemi," ucapnya di Balai Kota, Senin (20/7/2022).
"Di semua negara di dunia, terjadi peningkatan karena pandemi," sambungnya menjelaskan.
Baca juga: Rumah Warga Miskin di Menteng Nyaris Ambruk, Petugas Kecamatan Ungkap Banyak Senasib dengan Taang
Walau angka kemiskinan naik, Ariza memastikan kondisi perekonomian di ibu kota semakin membaik.
Angka kemiskinan pun diklaim perlahan mulai membaik.
"Angka pertumbuhan ekonomi di Jakarta membaik, ada peningkatan signifikan dan mulai ada penurunan (angka kemiskinan) sejak beberapa bulan terakhir ini," ujarnya.
"Jadi, sudah ada penurunan angka kemiskinan karena meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kita kan kembali normal," sambungnya.
Pertumbuhan ekonomi ini pun dikatakan Ariza, sudah mulai bisa dirasakan oleh masyarakat.Hal ini tidak terlepas dari pelonggaran aktivitas masyarakat yang diterapkan pemerintah selama masa PPKM Level 1.
"Sekarang hidup kita sudah mulai normal, memang tantangannya mulai macet, tapi di sisi lain pertumbuhan ekonomi meningkat," kata Ariza.
"Kebutuhan-kebutuhan pokok mulai dapat dipenuhi mencukupi kebutuhan masyarakat," tambahnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Menteng, yang terkenal sebagai kawasan elit justru mempunyai jumlah warga miskin yang cukup banyak.
Tercatat jumlah warga miskin di Menteng mencapai 18 ribu jiwa.
"Di kelurahan Menteng, warga yang miskin itu data terbaru sebanyak 18 ribu jiwa," kata Kepala Satuan Pelaksana (Kasatpel) Sosial Kecamatan Menteng, Riza kepada TribunJakarta.com di Kantor Kelurahan Menteng, Jakarta Pusat pada Senin (20/6/2022).
Riza mengakui dari 18 ribu jiwa warga miskin di Menteng yang tercatat di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), belum seluruhnya dapat bantuan sosial.
"Sudah terdaftar, tapi belum semua dapat bantuan karena ada kuota, ada keterbatasan anggaran," tambahnya.
Baca juga: Cerita Rumah Warga Miskin Menteng Disambangi DPRD: Tak Diberi Bantuan, Cuma Ditempel Stiker Doang
Riza menjelaskan, kelurahan Menteng berada di urutan kedua sebagai wilayah yang kebanyakan dihuni warga miskin.
Urutan tingkat kemiskinan di wilayah Menteng yakni Kelurahan Pegangsaan, Kelurahan Menteng, Kelurahan Kebon Sirih, Kelurahan Cikini dan Kelurahan Gondangdia.
"Paradigma orang menyebut Menteng itu mentereng, tapi banyak banget warga yang miskin di Menteng. Banyak," tambahnya.
Kendati demikian, pihaknya terus mengupayakan agar banyak warga miskin yang mendapatkan bantuan.
Secuil Kisah Warga Miskin di Menteng

Taang Baharudin (69) hidup di senja kala usia. Tubuh rentanya tak lagi mampu beraktivitas seperti biasanya.
Semenjak kaki kanannya membengkak akibat terbentur meja, Ta'ang lebih banyak duduk dan beristirahat di rumahnya yang tak layak huni.
Kakek itu sehari-hari tak memiliki penghasilan buat hidupnya. Pekerjaan fisik sudah jelas, tubuhnya tak lagi mampu.
Di rumah reyotnya di RT 001 RW 009 Menteng, Jakarta Pusat, itu, Ta'ang hidup bersama kedua adiknya dan satu keponakannya bernama Muslim (63), Jamaludin (52) dan Bagas (23).
Baca juga: Harga Cabai Rawit Merah di Pasar Jangkrik Tembus Rp120 Ribu Per Kg, Penjual dan Pembeli Pusing
Muslim kini lebih banyak duduk selonjoran beralaskan tikar di bawah lantai semen. Ia sudah tak bisa berjalan. Terlihat ada luka di kaki kirinya yang menganga dan masih basah.
Katanya, luka itu tak kunjung sembuh dan malah makin memburuk.
Karena tak bisa berjalan, Muslim makan dan minum lesehan sambil menonton tv cembung.
Disediakan sebuah wadah untuk Muslim buang air kecil. Bila penuh isinya dibuang oleh penghuni lain.
Jamaludin, juga tak bekerja. Pria berambut gondrong itu dalam kesehariannya hanya menemani kedua kakaknya saja di rumah.
Sementara Bagas, keponakan satu-satunya, sudah lama menganggur. Barangkali hidup anak muda itu terpengaruh oleh lingkungan yang miskin di sekitarnya itu. Sayang memang.
Menanti Bantuan Pemerintah
Uluran tangan pemerintah sangat diharapkan untuk membantu kondisi hidup keluarga Ta'ang yang memprihatinkan.
Ta'ang merasa bersyukur sekali semenjak berita yang mengulas dirinya terbit, pihak Kementerian Sosial RI menanggapi cepat.
Mereka datang untuk meninjau kondisi rumah dan hidup Ta'ang.
"Setelah berita itu beredar, kami turun langsung mendata atas nama bapak Baharudin," kata pendamping PKH Menteng, Uke saat ditemui TribunJakarta.com di rumah Ta'ang.
Tim Kemensos mewawancarai Ta'ang serta mendokumentasikan kondisi rumahnya.
Hasil dari peninjauan mereka, keluarga Ta'ang masuk kategori layak untuk dibantu.
"Hasil peninjauan kami, kalau melihat keadaannya layak untuk dibantu," katanya.
Baca juga: Udara Jakarta Terburuk di Dunia, PSI Sebut Anies Baswedan Lupa Masalah Utama Jakarta
Bahkan sehari sebelum Uke datang, petugas sosial menggunakan ambulans membawa Muslim dan Ta'ang ke rumah sakit Budi Asih pada Rabu (15/6/2022) malam.
Di sana, kaki Ta'ang yang terluka diobati dan diperban sedangkan Muslim harus mendapatkan perawatan inap.
Muslim diduga mengalami penyakit gula dengan luka di kaki yang tak kunjung sembuh.
Selain itu, Uke mengatakan Ta'ang belum mendapatkan bantuan sosial yang berkelanjutan dari pemerintah.
"Mungkin dari bahasanya, Menteng itu mentereng tapi ternyata masih ada yang layak dibantu. Mudah-mudahan ada kabar baik untuk keluarga pak Ta'ang Baharudin," pungkasnya.