Polemik Pergantian Nama Jalan di Jakarta
Akhir Hidupnya Pilu Saat Pilkada DKI, Ini Sosok Nenek Hindun yang Diusulkan Giring Jadi Nama Jalan
Akhir hidupnya pilu saat Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 lalu, ini sosok Nenek Hindun yang diusulkan oleh Ketum PSI Giring Ganesha sebagai nama jalan.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Akhir hidupnya pilu saat Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 lalu, ini sosok Nenek Hindun yang diusulkan oleh Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha sebagai nama jalan di ibu kota.
Diketahui, pergantian nama jalan yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menuai polemik.
Total ada 22 nama jalan, lima kampung dan dua gedung di Jakarta yang namanya diganti oleh Anies Baswedan dengan nama tokoh Betawi dan para ulama.
Sejumlah tokoh Betawi yang namanya diabadikan sebagai nama jalan diantaranya Haji Bokir, Mpok Nori, Entong Gendut, Haji Darip hingga KH. Guru Anip.
Giring usul nama Nenek Hindun
Baca juga: Tidak Dikenakan Biaya, Ini Prosedur Ganti KTP dan KK Bagi Warga DKI yang Tinggal di Ruas Jalan Baru
Sementara itu, Ketua Umum PSI Giring Ganesha menilai naama almarhum Nenek Hindun lebih tepat untuk dijadikan nama jalan di Jakarta.
Hal itu dikemukakan Giring di akun Twitternya pada Sabtu (25/6/2022).
Mantan vokalis Band Nidji itu pun memposting foto nama jalan bertulikan JL. Nenek Hindun.

Menurut Giring, nama Nenek Hindun lebih tepat untuk dijadikan nama jalan karena kisah hidupnya yang tragis lantaran korban politik identitas.
"Nama jalan (alm) nenek Hindun ini lebih tepat untuk diperjuangkan menjadi nama jalan baru di Jakarta untuk mengingatkan kita ada seorang warga yang menjadi korban jahatnya Politik Identitas dan Politisasi Agama ...," tulis Giring
Sosok Nenek Hindun
Diketahui, nama Nenek Hindun sempat menjadi sorotan saat ajang Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 lalu yang begitu panas.
Bahkan, akhir kehidupan Nenek Hindun bisa dibilang begitu tragis.
Kematian Nenek Hindun pun menjadi perbincangan kala itu.
Pasalnya, Nenek Hindun adalah warga Karet, Setiabudi, Jakarta Selatan yang jenazahnya dikabarkan tidak disalatkan di Musala Al Mu'minun dekat kediamannya, lantaran memberi dukungan kepada Ahok.
Baca juga: Nama Jalan Rumah Anies Baswedan Tak Ikut Diganti, Politisi PSI: Dia Gamau Ribet, Cuma Bikin Ribet
Nenek Hindun meninggal dunia pada Maret 2017 silam di tengah panasnya suhu politik di Jakarta karena jelang putaran kedua Pilkada DKI.
Jenazah Nenek Hindun tak disalatkan di musala dekat kediamannya karena dia diketahui merupakan pendukung calon petahana kala itu, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat.
Diketahui, saat itu Ahok berstatus tersangka kasus penistaan agama yang membuat adanya keterbelahan di masyarakat Jakarta.
Salah satu anak Nenek Hindun, Sunengsih menuturkan, jenazah ibunya kala itu akhirnya disalatkan di rumahnya.

Hal itu disarankan seorang ustaz karena menurutnya di musala saat itu tidak ada orang.
"Terus Pak Ustaz bilang, enggak usah, Neng, percuma enggak ada orang. Itu aja.
Terus saya bilang. Oh ya udah.
Tetep dia yang menyalatkan dan mengantarkan ke pemakaman," ungkap Sunengsih.
Meski menerima jenazah ibunya disalatkan di rumah, Sunengsih menyimpan penyesalan karena tak bisa memenuhi keinginan ibunya disalatkan di musala.
Terlebih setelah muncul kabar Musala Al Mu'minun memang menolak menyalatkan jenazah pendukung Ahok, terdakwa kasus dugaan penistaan agama.
Dikunjungi Ahok
Baca juga: Tak Setuju Usulan Anies Baswedan, Warga Cikini Ajukan Nama Ini Jadi Nama Jalan: Sosoknya Legend
Saat itu, Ahok sampai mengunjungi rumah almarhumah Hindun binti Raisman (78), di Jalan Karet Karya, Jakarta Selatan, pada Senin (13/3/2017) pagi.
Pertemuan antara Ahok dan pihak keluarga Hindun dilangsungkan secara tertutup.
Dalam kesempatan itu, Ahok mendoakan agar almarhumah diterima di sisi Tuhan dan keluarga diberi kesabaran.
"Saya titip doa supaya dilapangkan jalan kuburnya Bu Hindun," kata Ahok usai bertemu keluarga almarhumah.
Nama jalan yang diganti
Berikut ini nama jalan, kampung dan gedung di Jakarta yang diganti oleh Anies Baswedan dengan nama tokoh Betawi dan ulama.

1. Jalan Entong Gendut (sebelumnya Jalan Budaya)
2. Jalan Haji Darip (sebelumnya Jalan Bekasi Timur Raya)
3. Jalan Mpok Nori (sebelumnya Jalan Raya Bambu Apus)
4. Jalan H. Bokir Bin Dji'un (sebelumnya Jalan Raya Pondok Gede)
5. Jalan Raden Ismail (sebelumnya Jalan Buntu)
Baca juga: Udara DKI Terburuk di Dunia, Anies Baswedan Dikritik: Warga Sesak Nafas, Gubernurnya Sibuk Nyapres
6. Jalan Rama Ratu Jaya (sebelumnya Jalan BKT Sisi Barat)
7. Jalan H. Roim Sa'ih (sebelumnya bernama Bantaran Setu Babakan Barat)
8. Jalan KH. Ahmad Suhaimi (sebelumnya bernama Bantaran Setu Babakan Timur)
9. Jalan Mahbub Djunaidi (sebelumnya Jalan Srikaya)
10. Jalan KH. Guru Anin (sebelumnya Jalan Raya Pasar Minggu sisi Utara)
11. Jalan Hj. Tutty Alawiyah (sebelumnya Jalan Warung Buncit Raya)
12. Jalan A. Hamid Arief (sebelumnya Jalan Tanah Tinggi 1 gang 5)
13. Jalan H. Imam Sapi'ie (sebelumnya Jalan Senen Raya)
14. Jalan Abdullah Ali (sebelumnya Jalan SMP 76)
15. Jalan M. Mashabi (sebelumnya Jalan Kebon Kacang Raya Sisi Utara)
Baca juga: Reaksi Wagub Ariza Tahu Warga Miskin di Menteng Dekat Rumah Wapres Maruf Amin Capai 18 Ribu Jiwa
16. Jalan H. M. Shaleh Ishak (sebelumnya Jalan Kebon Kacang Raya Sisi Selatan)
17. Jalan Tino Sidin (sebelumnya Jalan Cikini VII)
18. Jalan Mualim Teko (sebelumnya Jalan depan Taman Wisata Alam Muara Angke)
19. Jalan Syekh Junaid Al Batawi (sebelumnya Jalan Lingkar Luar Barat)
20. Jalan Guru Ma'mun (sebelumnya Jalan Rawa Buaya)
21. Jalan Kyai Mursalin (sebelumnya Jalan di Pulau Panggang)
22. Jalan Habib Ali Bin Ahmad (sebelumnya Jalan di Pulau Panggang)
23. Jalan Bang Pitung (sebelumnya Jalan Kebayoran Lama)
Baca juga: Warga Miskin di Menteng Dekat Rumah Wapres hingga Dubes Mencapai 18 Ribu Jiwa
Nama Kampung
1. Kampung MH Thamrin (sebelumnya bernama Zona A PBB)
2. Kampung KH. Noer Ali (sebelumnya bernama Zona Pengembangan)
3. Kampung Abdulrahman Saleh (sebelumnya bernama Zona B)
4. Kampung Ismail Marzuki (sebelumnya bernama Zona C)
5. Kampung Zona Embrio (sebelumnya bernama Zona Embrio)
Nama Gedung
1. Gedung Kisam Dji'un (sebelumnya Gedung PPSB Jakarta Timur)
2. Gedung H. Sa'aba Amsir (sebelumnya Gedung PPSB Jakarta Selatan)