Cerita Kriminal
Terungkap! Ada Tradisi 'Jeres' di Balik Pengeroyokan di SMAN 70 Jakarta
Kak Seto menjelaskan, korban mulanya berjanji kepada kakak kelas SMAN 70 Jakarta bisa mengumpulkan siswa sebanyak 20 orang untuk kegiatan kumpul
Penulis: Annas Furqon Hakim | Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Annas Furqon Hakim
TRIBUNJAKARTA.COM, KEBAYORAN BARU - Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi alias Kak Seto, mengungkap awal mula kasus pengeroyokan yang terjadi di SMAN 70 Jakarta.
Ia mengatakan, terdapat tradisi bullying bernama "jeres" di balik aksi pengeroyokan terhadap korban.
Kak Seto mengetahui tradisi tersebut setelah menemui para tersangka pengeroyokan di Polres Metro Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022).
"Ada tradisi jeres, jadi sesuatu yang tidak ditepati boleh dipukuli," kata Kak Seto saat dihubungi, Sabtu (9/7/2022).
Kak Seto menjelaskan, korban mulanya berjanji kepada kakak kelas SMAN 70 Jakarta bisa mengumpulkan siswa sebanyak 20 orang untuk kegiatan kumpul-kumpul.
Namun, korban tak dapat menepati janji lantaran jumlah siswa yang datang tak sampai 20 orang.
Baca juga: DPO Kasus Pengeroyokan di SMAN 70 Jakarta Ditangkap, Polisi Ungkap Motif Pelaku
"Kalau sampai jumlahnya tidak tercapai, 'oh oke ya sudah Jeres saja', karena sudah komitmen," ungkap Kak Seto.

Menurut Kak Seto, tradisi bullying semacam itu sudah berlangsung selama turun temurun. Ia pun meminta tradisi itu dihentikan.
"Mohon untuk tradisi ini dihentikan. Jadi harus diciptakan sekolah ramah anak, bebas dari bullying, bebas berbagai tindakan termasuk jeres ini," ujar dia.
Polres Metro Jakarta Selatan sebelumnya menangkap dan menetapkan enam orang sebagai tersangka pengeroyokan di SMAN 70 Jakarta pada Mei 2022.
Satu tersangka bernama Damara Altaf Alawdin alias Mantis (18) sempat masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) sebelum akhirnya berhasil ditangkap.
Baca juga: Kesal Tak Diberi Izin Cuti, Sertu MA Kejar dan Tusuk Karumkit TNI AD di UGD hingga Tewas
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Ridwan Soplanit mengatakan, korban pengeroyokan merupakan adik kelas para pelaku di SMAN 70 Jakarta.
"Korban adik kelas mereka," ujar Kasat Reskrim.
Sementara itu, sambung Ridwan, motif pengeroyokan ini diduga karena persoalan senioritas di sekolah tersebut.