Rencana Pemisahan Tempat Duduk Pria dan Wanita di Angkot Batal, Pengamat: Pos SAPA Harus Ditambah
Pengamat transportasi mengapresiasi langkah Dishub yang membatalkan penerapan pemisahan tempat duduk penumpang pria dan wanita di angkot.
Penulis: Annas Furqon Hakim | Editor: Wahyu Septiana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Annas Furqon Hakim
TRIBUNJAKARTA.COM, KEBAYORAN BARU - Pengamat transportasi Cecep Handoko mengapresiasi langkah Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta yang membatalkan penerapan pemisahan tempat duduk penumpang pria dan wanita di angkutan kota (angkot).
"Kami mengeapresiasi kebijakan pembatalan pemisahan tempat duduk pria dan wanita di angkot tersebut. Ini penting menjadi catatan," kata Ceko, sapaannya, dalam keterangan yang diterima, Kamis (14/7/2022).
Ia menilai kebijakan untuk memisahkan tempat duduk pria dan wanita di angkot tak efektif mencegah pelecehan seksual.
Menurut Ceko, langkah Dishub DKI dengan memperkuat dan memperketat kebijakan dengan membentuk Pos Sahabat Perempuan dan Anak (Pos SAPA) pada moda transportasi yang dilengkapi dengan nomor aduan 112 bisa menjadi solusi.
"Penguatan kebijakan yang sudah ada diperkuat, sehingga ruang terjadinya pelecehan seksual di ruang publik semakin sempit," ujar dia.
Baca juga: Istri Wagub Ariza Dukung Wacana Angkot Khusus Perempuan, Alasan Desak-desakan
Diketahui, Pemprov DKI telah membentuk fasilitas Pos SAPA di 23 halte Transjakarta, 13 stasiun MRT, dan 6 stasiun LRT.
"Nah ke depannya Pos SAPA harus terus ditambah jumlahnya guna menjangkau layanan angkot, begitu juga harus ada CCTV di angkot yang terintegrasi control room smart city DKI Jakarta," tutur Ceko.

"Kemudian pelatihan Pengemudi Jaklingko khusus angkot dalam melakukan upaya pencegahan dini tindak kejahatan juga perlu diperkuat," tambahnya.
Sebelumnya, Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta membatalkan penerapan pemisahan tempat duduk antara laki-laki dan perempuan di angkot.
Menurut Kepala Dishub DKI Jakarta Syafrin Liputo, kebijakan tersebut untuk saat ini belum bisa dilaksanakan.
"Dengan mempertimbangkan kondisi yang ada di dalam masyarakat, terhadap wacana pemisahan penumpang laki-laki dan perempuan di dalam angkot saat ini belum dapat dilaksanakan," kata Syafrin pada wartawan, Rabu (13/7/2022).
Rencana pemisahan tempat duduk penumpang pria dan wanita di angkot muncul setelah adanya aksi pelecehan seksual yang menimpa seorang wanita muda berinisial AF (21).
Baca juga: Cegah Pelecehan, Wagub DKI Ariza Pertimbangkan Angkot Khusus Perempuan
Korban dilecehkan di dalam angkota yang saat itu melintas di kawasan Rasuna Said, Setiabudi, Jakarta Selatan.
Penyidik Polres Metro Jakarta Selatan telah memeriksa dua orang saksi terkait kasus ini, yaitu korban dan sopir angkot.
Kepada polisi, sopir angkot mengaku melihat korban menangis sambil merekam wajah terduga pelaku dengan ponselnya.
"Hasil pemeriksaan sementara si sopir angkot memang lihat si korban nangis-nangis, kemudian lihat juga ada laki-laki di situ yang divideokan korban," kata Kanit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Metro Jakarta Selatan AKP Mariana, Jumat (8/7/2022).

Sopir angkot tersebut juga sempat bertanya kepada pria yang diduga sebagai pelaku terkait peristiwa yang sebenarnya terjadi.
Namun, pria tersebut mengelak telah melakukan pelecehan seksual dengan meraba dada korban.
Terduga pelaku berdalih hanya mengambil dompet dari dalam jaket.
"Pada saat ditanya sopir angkot, pelaku bilang hanya mengambil dompet yang ada di jaketnya," ujar Mariana.
Peristiwa dugaan pelecehan seksual itu terjadi pada Senin (4/7/2022).
Korban sempat merekam wajah pelaku setelah mengalami pelecehan seksual.
Videonya kemudian viral di media sosial. Salah satunya diunggah akun Instagram @merekamjakarta.
Baca juga: Pemisahan Penumpang Batal, Dishub Kaji Angkot Khusus Perempuan untuk Cegah Pelecehan Seksual
Berdasarkan video itu, korban mulanya duduk bersebelahan dengan terduga pelaku di dalam angkot tersebut.
Setelah menjadi korban pelecehan seksual, korban yang diduga diraba di bagian dadanya berpindah tempat duduk dan merekam wajah terduga pelaku sambil menangis.
Terduga pelaku terlihat mengenakan jaket dan membawa tas ransel yang diletakkan di depannya untuk menutupi tangan.