Ajudan Jenderal Ferdy Sambo Ditembak

Yang Tidak Dikatakan Polisi Soal Kasus Ajudan Kadiv Propam: Decoder CCTV dan Gaduh Letusan Tembakan

Sejumlah fakta tidak dikatakan polisi terkait kasus baku tembak ajudan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.

TribunJakarta.com/Annas Furqon Hakim
Kolase Foto Rumah Dinas Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo di Duren Tiga, Jakarta Selatan dan Ketua RT 05/RW 01 Komplek Polri Duren Tiga, Seno Sukarto. Sejumlah fakta tidak diungkapkan oleh polisi terkait kasus baku tembak ajudan Kadiv Propam. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Kasus baku tembak sesama ajudan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo di Komplek Polri Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022), masih menimbulkan tanya.

Belum lagi terkait dugaan pelecehan yang dialami istri Ferdy, oleh salah satu ajudan, sebagai pemicu adu tembakan tersebut.

Sejumlah kejanggalan muncul ke permukaan, dari mulai tidak adanya bukti rekaman CCTV hingga suasana lingkungan kompleks tempat kejadian perkara.

Ketua RT 05/RW 01 Komplek Polri Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, Seno Sukarto (84), mengungkapkan sejumlah hal yang tidak dikatakan polisi terkait kasus tersebut.

Seno sebagai kepala lingkungan tempat kejadian perkara, memperhatikan hal penting dari peristiwa yang menyedot perhatian publik nasional itu.

Baca juga: Ketua RT Ungkap Sosok Irjen Ferdy Sambo, Ketika Muda Kerap Nongkrong di Pos Satpam Komplek Polri

Kronologi Versi Polisi

Dua ajudan kadiv Propam yang saling baku tembak itu adalah Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J dengan Bharada E.

Brigadir J penuh luka tembakan karena peluru yang menembus tubuhnya.

Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Budhi Herdi Susianto, mengungkapkan,

Baku tembak di rumah dinas Kadiv Propam dipicu pelecehan seksual yang dilakukan oleh Brigadir J terhadap istri Ferdy Sambo.

Ketika itu disebutkan bahwa istri Ferdy Sambo baru saja pulang dari perjalanan luar kota dan sedang menjalani isolasi mandiri sambil menunggu hasil tes PCR.

Rumah dinas Kadiv Propam Polri di Kompleks Polri Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan diduga menjadi lokasi penembakan yang menewaskan Brigadir Polisi Nopryansah Yosua Hutabarat, Senin (11/7/2022).
Rumah dinas Kadiv Propam Polri di Kompleks Polri Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan diduga menjadi lokasi penembakan yang menewaskan Brigadir Polisi Nopryansah Yosua Hutabarat, Senin (11/7/2022). (Annas Furqon Hakim/TribunJakarta.com)

Istri Kadiv Propam itu kemudian beristirahat di kamar pribadinya yang berada di lantai dasar.

"Setelah berada di kamar, sambil menunggu karena lelah mungkin pulang dari luar kota, ibu (istri Ferdy Sambo) sempat tertidur," ujar Budhi.

Secara tiba-tiba, jelas Budhi, Brigadir J masuk ke kamar istri Ferdy Sambo dan melakukan pelecehan seksual.

"Tiba-tiba Brigadir J masuk dan kemudian melakukan pelecehan terhadap ibu. ," terang Kapolres.

Budhi menuturkan, istri Ferdy Sambo terkejut dengan pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir J. Istri Ferdy Sambo lalu berteriak meminta tolong. Teriakan itu membuat Brigadir J panik.

"Saudara J membalas 'diam kamu!' sambil mengeluarkan senjata yang ada di pinggang dan menodongkan kd ibu Kadiv," ucap Budhi.

Bharada E dan seorang saksi berinisial K yang sedang berada di lantai 2 bergegas turun tangga mendengar teriakan meminta tolong.

"Baru separuh tangga, kemudian melihat saudara J keluar dari kamar tersebut. Saudara RE menanyakan ada apa, bukan dijawab tapi dilakukan dengan penembakan," kata Budhi.

Baca juga: LPSK Tawarkan Perlindungan ke Istri Irjen Ferdy Sambo yang Diduga jadi Korban Pelecehan

Setelahnya, baku tembak antara Bharada E dan Brigadir J tak terelakkan.

Dalam baku tembak di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo, Bharada E menggunakan senjata jenis Glock yang berisi 17 butir peluru.

"Kami menemukan di TKP bahwa barang bukti yang kami temukan tersisa dalam magasin tersebut 12 peluru. Artinya ada 5 peluru yang dimuntahkan atau ditembakan," ungkap Budhi.

Sementara itu, Brigadir J menggunakan senjata jenis HS berisi 16 butir peluru. Ia disebutkan melepaskan 7 tembakan ke arah Bharada E.

Namun, dari 7 tembakan yang ditembakan, tak ada satu peluru pun yang mengenai Bharada E.

Sebaliknya, Brigadir J menderita 7 luka tembak dari 5 tembakan yang dilepaskan Bharada E. Satu tembakan di antaranya bersarang di dada Brigadir J.

"Dari 5 tembakan yang dikeluarkan Bharada RE tadi, disampaikan ada 7 luka tembak masuk. Satu proyektil bersarang di dada," ujar Budhi.

Belakangan diketahui bahwa Bharada E masuk dalam tim penembak nomor satu di Resimen Pelopor.

"Sebagai gambaran informasi, kami juga melakukan interogasi terhadap komandan Bharada RE bahwa Bharada RE ini sebagai pelatih vertical rescue, dan di Resimen Pelopor dia sebagai tim penembak nomor satu kelas satu di Resimen Pelopor," ungkap Budhi.

Polisi menyatakan belum menemukan alat bukti untuk meningkatkan status Bharada E menjadi tersangka.

Kolase foto Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo dan Brigpol Nopryansah Josua Hutabarat alias Brigadir J
Kolase foto Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo dan Brigpol Nopryansah Josua Hutabarat alias Brigadir J (Istimewa)

Kombes Budhi mengatakan, hingga kini Bharada E masih berstatus sebagai saksi.

"Perlu kami sampaikan bahwa yang bersangkutan sebagai saksi," kata Budhi.

Budhi menjelaskan, penyidik belum menemukan alat bukti untuk meningkatkan status Bharada E menjadi tersangka.

"Sampai saat ini kami belum menemukan satu alat bukti pun yang mendukung untuk meningkatkan statusnya sebagai tersangka," ujar dia.

Budhi mengatakan, CCTV di rumah dinas Ferdy Sambo rusak sejak 2 pekan terakhir.

Hal itu membuat kejadian pelecehan ataupun baku tembak tidak terekam.

"Kami juga mendapatkan bahwa di rumah tersebut memang kebetulan CCTV-nya rusak sejak dua minggu lalu sehingga tidak dapat kami dapatkan," kata Budhi.

Namun demikian, lanjut Budhi, pihaknya akan terus mencari alat bukt lain termasuk CCTV di sekitar rumah dinas Ferdy Sambo.

"Tentunya kami mencari juga alat bukti pendukung yakni CCTV dari sekitar rumah tersebut yang bisa membuktikan petunjuk adanya proses atau orang-orang yang mungkin berada di rumah tersebut," ujar dia. 

Yang Tidak Dikatakan Polisi

Sementara, Ketua RT setempat, Seno Sukarto, mengatakan, ada pihak kepolisian yang membawa decoder CCTV Komplek Polri tersebut.

Pria yang merupakan purnawirawan jenderal polisi bintang dua itu mengatakan, di kompleks tersebut terpasang sejumlah CCTV di beberapa sudut.

Namun sehari setelah kejadian penembakan, decoder CCTV di kompleks itu diganti oleh polisi.

 "Maksudnya (yang diganti) itu bukan CCTV di rumah Pak Sambo, (tapi) CCTV alatnya yang di pos. Iya (diganti polisi)," kata Seno kepada wartawan, Rabu (13/7/2022).

Ketua RT 05/RW 01 Komplek Polri Duren Tiga, Seno Sukarto, saat diwawancarai terkait peristiwa penembakan di rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo, Rabu (13/7/2022).
Ketua RT 05/RW 01 Komplek Polri Duren Tiga, Seno Sukarto, saat diwawancarai terkait peristiwa penembakan di rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo, Rabu (13/7/2022). (TRIBUNJAKARTA.COM/ANNAS FURQON HAKIM)

Seno mengaku baru mengetahui sabotase CCTV itu pada Senin (11/7/2022). Dia mendapat informasi dari petugas keamanan kompleks.

Akibat decoder CCTV komplek diganti, maka sebagai ketua RT ia tak bisa memutar ulang rekaman beberapa jam setelah kejadian.

Itu sebabnya, dia juga tak mengetahui jenazah korban diangkut menggunakan mobil ambulance atau mobil pribadi.

”Saya tanya ke Satpam, ya dia aja enggak tahu diganti yang baru alatnya ininya itu, ya mungkin karena semua CCTV sini kan pusatnya di pos keamanan," terangnya.

Di sisi lain, ia menyebut decoder CCTV di sekitar rumah dinas Ferdy Sambo tidak mengalami kerusakan sebelum dan saat terjadi baku tembak.

"Kalau (CCTV) yang di luar masih aktif. Yang di dalam saya enggak tahu, yang punya rumah. Kecuali CCTV yang punya rumah mati, kita yang perbaiki," ujarnya.

Kolase Foto Ketua RT Seno Sukarto (84) dan rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo.
Kolase Foto Ketua RT Seno Sukarto (84) dan rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo. (TribunJakarta.com/Annas Furqon Hakim)

Seno mengaku geram karena tidak ada yang melapor saat kejadian baku tembak terjadi.

”Sampai sekarang saya ketemu aja nggak, terus terang saya juga ya kesal. Saya ini dianggap apa sih, maaf saja saya ini Jenderal loh, meskipun RT," kata Seno.

Mantan Kapolda Sumatera Utara dan Kapolda Aceh itu juga tersinggung atas sikap polisi yang tidak memandang dirinya sebagai ketua lingkungan.

Seno menambahkan, pihak kepolisian juga kerap memerintah sekuriti tanpa koordinasi terlebih dahulu dengan pengurus RT termasuk Ketua RT.

"Jadi saya memang tersinggung juga dalam hal ini. Sama sekali nggak ada laporan, nggak ada ini, merintahkan satpam seenaknya saja. Kenapa tidak memberi tahu saya sebagai ketua RT," ujar dia.

Selain soal CCTV dan decoder, yang tidak dikatakan polisi adalah suasana lingkungan pada saat baku tembak terjadi.

Seno, mengatakan, suara tembakan mirip dengan suara petasan karena sedang takbiran iduladha.

"Kalau saya ditanya suara letusan itu, itu suaranya seperti petasan. Sedangkan pada saat itu kan menjelang Idul Adha dan di sini biasanya menjelang Idul Adha, tahun baru, itu biasanya membunyikan kembang api," kata Seno di kediamannya, Rabu (13/7/2022).

Selain itu, Seno juga menuturkan sekuriti di pos jaga melihat orang-orang yang diduga anggota polisi mulai mendatangi rumah dinas Kadiv Propam Polri.

Pengamatan TribunJakarta.com, rumah dinas Ferdy Sambo dan kediaman Seno berjarak sekitar 300 meter.

Selain dirinya, Seno mengaku warga sekitar juga mengira gaduh letusan tersebut merupakan suara petasan.

Seno pun akhirnya bertanya kepada sekuriti yang berjaga pada saat insiden baku tembak tang menewaskan Brigadir J itu terjadi.

"Waktu itu saya tanya sama satpam yang jaga di sana, 'kamu mendengar?'. 'Mendengar Pak, tapi ya saya kira petasan juga'. Itu lah yang masalah letusan," ucap Seno.

Satpam tersebut kemudian bertanya tentang peristiwa yang sebenarnya terjadi.

Namun, kata Seno, orang-orang yang ada di rumah dinas Ferdy Sambo mengatakan tidak terjadi apa-apa.

"Satpam mulai bertanya-tanya kok yang datang itu makin lama makin banyak ke rumah itu. Ditanya lah sama satpam, 'ada apa? Nggak ada apa-apa'," ucap Seno.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved