Food Story
Lakunya Martabak Jablay di Gang Sempit Jakbar: Rela Pelanggan Jauh-jauh demi Mencicip si Lembut
Martabak Jablay di Gang Kancil, Taman Sari, Jakarta Barat, kerap jadi incaran para pelanggan terutama menjelang sore.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Indra, berkisah usaha martabak ini awalnya tak bernama.
Kedua orang tuanya, Sugandi dan Sumaryati lah yang memulai usaha martabak.

Mereka mulai menyiapkan martabak itu sejak dini hari sekitar pukul 00.00 WIB hingga jam 06.00 pagi.
Martabak itu lalu dititipkan ke warung-warung dan pedagang yang mampir di awal tahun 90-an.
"Awalnya digoreng terus dititipin ke warung sekitar sini. Lama kelamaan jadi banyak yang tahu, pembeli langsung beli ke sini. Akhirnya kita mangkal di sini," kata Indra.
Karena dulu bukanya sampai subuh, banyak orang yang beraktivitas di malam hari mampir beli martabak.

Tak terkecuali para perempuan malam yang mengais rezeki di diskotik-diskotik di kawasan Mangga Besar.
Kala itu, daerah tersebut memang dikenal banyak berdiri diskotik-diskotik.
"Banyak perempuan malam yang dulunya beli. Sekitar jam 2 sampai jam 3 an mereka pulang lapar dari diskotik akhirnya makan di sini," cerita Indra.
Kemudian karena jam bukanya pagi buta dan berbarengan dengan jam makan perempuan malam akhirnya disebut Martabak Jablay.
Kebetulan saat itu juga lagi populer lagu film Mendadak Dangdut berjudul Jablai.
Maka tercetus lah nama itu dari mulut orang-orang.
Barangkali kata Indra, perempuan malam dan pelanggannya mampir juga ke warungnya.
"Dari situ sama warga sekitar dan pembeli nyebutnya ini Martabak Jablay. Tadinya mah enggak ada namanya," tambahnya.