Food Story
Menyicip Ramen Dengan Suasana Ala Gang Sempit dan Pasar Ikan Jepang di Tangerang
Pengelola restoran sepertinya berhasil, membawa suasana Yatai atau warung makan kaki lima dengan meja dan bangku terbuat dari kayu.
Penulis: Ega Alfreda | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Ada juga timbangangan, jaring, ikan yang digantung, dan berbagai ornamen menarik lainnya.
Bahkan, pegawai atau pelayan restorannya pun mengenakan pakaian mirip seperti penjual ikan.
Mengenakan kaos putih, celana hitam, celemek, tutup kepala dari handuk tipis putih 'goodmorning', hingga mengenakan sepatu booth sebagai alas kaki.
Bukan hanya ingin membangun suasana khas Jepang, pengelola Roji Ramen pun menginginkan membawa cita rasa mi yang sangat bercita rasa Jepang.
Bahkan, koki yang dihadirkan pun berasal dari Hakata Jepang.
"Sebenernya mereka sudah lama menetap di sini, jadi background memang kita ingim cari sesuatu yang beda," sambung Hernando.
Makanya, dari menu pun ramen yang dihadirkan memiliki cita rasa berbeda-beda.
Pengunjung penyuka pedas, bisa memilih menu Dotonbori atau Hotto Ramen.
Mi-nya sendiri pun ada variasi pedas berwarna merah, karena saat diadon menggunakan bubuk cabe khas Jepang.
Penyuka gurih tersedia banyak pilihan, mulai dari Kare, Mazesoba, Shoyu, Shukemen, Kuro, atau mau yang original ramen bisa mencicipi Roji Ramen.

Ada juga rasa yang unik yakni menu Kyoto Ramen.
"Sebenarnya semua menu ramen kami menggunakan kuah kaldu ayam, asli dari rebusan ayam. Lalu untuk yang murni kuah kaldu ayam bisa coba Roji Ramen," tutur Hernando.
"Untuk yang ingin mencoba sensasi kuah mathca, bisa coba Kyoto Ramen," sambungnya.
Untuk menu ramen di restoran tersebut tergolong berkuah kental dipadu dengan tekstur mi yang masih bertekstur lembut namun tidak mudah putus.
Apalagi saat mencoba sensasi kuah Kare, rasa gurih dan manis dari biji wijen, sangat terasa di lidah.