Nasib Joni Bocah Pemanjat Tiang Bendera di NTT: Uang Bantuan Dipakai Berobat Ayah & Kini Telah Tiada

Joni mengatakan, total bantuan uang yang diterimanya saat itu Rp 75 juta. Rp 50 juta di antaranya merupakan pemberian dari pengacara kondang, Hotman

Editor: Acos Abdul Qodir
ist
Aksi Joni, bocah SMP bertubuh kecil pemanjat tiang bendera saat upacara HUT ke-73 RI di Pantai Motaain, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, NTT, pada 2018, mengundang perhatian publik hingga diundang Presiden Jokowi ke Istana Negara di Jakarta.  

Hal ini karena ia harus menempuh 20 kilometer menggunakan sepeda motor menuju ke sekolah dari rumahnya.

Dengan tinggal di asraman TNI, jarak tempuh Joni ke sekolah menjadi hanya sekitar 500 meter.

"Sekarang kalau mau ke sekolah hanya jalan kaki karena dekat," kata Joni .

Joni mengaku, untuk biaya makan dan minum setiap bulan hanya diberi Rp 150.000 oleh sang ibu.

Uang itu cukup untuk keperluan selama satu bulan.

Baca juga: Aksi Heroik 2 Polisi Selamatkan Pemuda 15 Tahun yang Hendak Lompat dari JPO Koja

Selain jarak, alasan Joni tinggal di asrama agar bisa menjaga dan melatih fisiknya. Semua itu semata-mata dilakukannya agar bisa mewujudkan cita-citanya menjadi anggota TNI.

"Alasan saya mau jadi anggota TNI, agar bisa menjaga perbatasan Motaain (Perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste)," ujar Joni. Joni pun berharap, cita-citanya bisa didukung oleh semua pihak, mulai dari keluarga hingga pemerintah.

"Semoga pemerintah kawal selalu saya untuk menggapai cita-cita saya," kata Joni berharap.

Saat ini Joni fokus latihan fisik agar bisa mewujudkan cita-citanya menjadi anggota TNI

    

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Joni, Pemanjat Tiang Bendera di NTT, Tinggal di Asrama TNI supaya Dekat Sekolah"

  

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved