Ajudan Jenderal Ferdy Sambo Ditembak

Masuk Patsus, Jejak Kombes Budhi di Kasus Brigadir J: Bersihkan TKP & Ikut Skenario Ferdy Sambo

Masuk tempat khusus (Patsus), inilah jejak mantan Kapolres Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi Susianto dalam kasus Brigadir J.

Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
Kolase Tribun Jakarta
Masuk tempat khusus (Patsus), inilah jejak mantan Kapolres Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi Susianto dalam kasus Brigadir J. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Masuk tempat khusus (Patsus), inilah jejak mantan Kapolres Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi Susianto dalam kasus Brigadir J.

Kombes Budhi Herdi disebutkan sebagai orang yang diduga membersihkan TKP pembunuhan Brigadir J.

Dia pun menjadi salah satu polisi yang ikut terseret dalam skenario Ferdy Sambo dalam kematian Brigadir J.

Kabar Kombes Budhi Herdi yang berada di patsus dibenarkan oleh Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo.

"Ya betul," kata Dedi saat dikonfirmasi, Senin (22/8/2022).

Baca juga: Fadil Imran Disebut Mahfud MD Ikut Kena Prank Ferdy Sambo: Seperti Kompolnas, Komnas HAM dan LPSK

Kabarnya, eks Kapolres Jakarta Selatan itu dipatsuskan di Mako Brimob, Depok, Jawa Barat.

"Nanti saya tanyakan lagi (lokasinya)," kata Dedi.

Diduga Sampaikan Rekayasa Kasus Brigadir J

Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Budhi Herdi Susianto menceritakan detik-detik saat Brigadir J melakukan pelecehan ke istri Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo, Putri.
Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Budhi Herdi Susianto saat menceritakan detik-detik saat Brigadir J melakukan pelecehan ke istri Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi. (YouTube Kompas TV)

Salah satu yang jadi sorotan terhadap Kombes Budhi Herdi di kasus Brigadir J yakni saat dia membeberkan rilis awal kematian ajudan Ferdy Sambo itu.

Saat merilis kasus ini pada Selasa (12/7/2022), Kombes Budhi menyebut Brigadir J tewas ditembak Bharada E karena diduga melakukan pelecehan seksual kepada Putri Candrawathi selaku istri Ferdy Sambo.

"Setelah berada di kamar, sambil menunggu karena lelah mungkin pulang dari luar kota, ibu (istri Ferdy Sambo) sempat tertidur," ujar Budhi, Selasa (12/7/2022).

Secara tiba-tiba, jelas Budhi, Brigadir J masuk ke kamar istri Ferdy Sambo dan melakukan pelecehan seksual.

"Tiba-tiba Brigadir J masuk dan kemudian melakukan pelecehan terhadap ibu," terang Kapolres.

Budhi menuturkan, istri Ferdy Sambo terkejut dengan pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir J.

Baca juga: Hati Goyah Terbujuk Skenario Ferdy Sambo, Kini Kombes Budhi Ditahan di Patsus: Ada di Tempat Ini?

Istri Ferdy Sambo lalu berteriak meminta tolong. Teriakan itu membuat Brigadir J panik.

"Saudara J membalas 'diam kamu!' sambil mengeluarkan senjata yang ada di pinggang dan menodongkan senjata ke kepala ibu Kadiv," ucap Budhi.

Bharada E dan seorang saksi berinisial K yang sedang berada di lantai 2 bergegas turun tangga mendengar teriakan meminta tolong.

"Baru separuh tangga, kemudian melihat saudara J keluar dari kamar tersebut. Saudara RE menanyakan ada apa, bukan dijawab tapi dilakukan dengan penembakan," kata Budhi.

Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Budhi Herdi Susianto saat memberikan keterangan terkait peristiwa baku tembak di rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo yang menewaskan seorang ajudannya, Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat, Selasa (12/7/2022).
Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Budhi Herdi Susianto saat memberikan keterangan terkait peristiwa baku tembak di rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo yang menewaskan seorang ajudannya, Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat, Selasa (12/7/2022). (Annas Furqon Hakim/TribunJakarta.com)

Setelahnya, baku tembak antara Bharada E dan Brigadir J tak terelakkan.

Dalam baku tembak di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo, Bharada E menggunakan senjata jenis Glock yang berisi 17 butir peluru.

"Kami menemukan di TKP bahwa barang bukti yang kami temukan tersisa dalam magasin tersebut 12 peluru. Artinya ada 5 peluru yang dimuntahkan atau ditembakan," ungkap Budhi.

Sementara itu, Brigadir J menggunakan senjata jenis HS berisi 16 butir peluru.

Ia disebutkan melepaskan 7 tembakan ke arah Bharada E.

Namun, dari 7 tembakan yang ditembakan, tak ada satu peluru pun yang mengenai Bharada E.

Baca juga: Pak, Sudah. Saya Akui Semua, Pak. Saya Yang Merekayasa, Saya Otaknya, Kata Ferdy Sambo

Sebaliknya, Brigadir J menderita 7 luka tembak dari 5 tembakan yang dilepaskan Bharada E.

Satu tembakan di antaranya bersarang di dada Brigadir J.

"Dari 5 tembakan yang dikeluarkan Bharada RE tadi, disampaikan ada 7 luka tembak masuk. Satu proyektil bersarang di dada," ujar Budhi.

Disebut Bersihkan TKP

Rumah dinas Irjen Ferdy Sambo di Komplek Polri Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan terpantau sepi pada Selasa (19/7/2022) sore.
Rumah dinas Irjen Ferdy Sambo di Komplek Polri Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan terpantau sepi pada Selasa (19/7/2022) sore. (Annas Furqon Hakim/TribunJakarta.com)

Sementara itu, Kepala Pusat Kajian Keamanan Nasional Univesitas Bhayangkara Hermawan Sulistyo, mengatakan Kombes Pol Budhi Herdi Susianto dinonaktifkan karena telah membersihkan tempat kejadian peristiwa (TKP) tewasnya Brigadir J.

Hermawan Sulistyo menegaskan TKP tewasnya Brigadir J tidak boleh dibersihkan berdasarkan aturan.

“Bukti-bukti fisiknya itu pada enggak ada gitu, pada hilang, karena TKPnya dibersihkan.”

“Itu makanya Kapolresnya dicopot karena TKP kok dibersihkan, TKP kan enggak boleh dibersihkan,” kata Hermawan dilansir Kompas TV, Rabu (4/8/2022).

Akibat dari bukti fisik yang tidak ada dan TKP yang dibersihkan, Hermawan menuturkan, kini Polri tidak cukup kuat untuk berargumen soal dugaan keterlibatan Irjen Ferdy Sambo dalam tewasnya Brigadir J.

Meskipun memang ada banyak pelanggaran kode etik yang menurutnya telah dilakukan Propam Polri di TKP tewasnya Brigadir J.

Ditambah lagi, handphone milik Brigadir J tidak ditemukan.

Baca juga: Blak-blakan Ferdy Sambo Saat Diperiksa Komnas HAM, Sang Jenderal Akui Tembak Brigadir J?

Selain itu, hampir saksi-saksi yang dimintai keterangan melakukan gerakan tutup mulut.

“Kalau untuk pembuktian lebih dari itu, saya kita harus nunggu bukti. Ini enggak ada HP (Brigadir J), HP yang disita, HP baru semua, terus saksi-saksi kan enggak mau ngomong selama ini, saksinya GTM semua, gerakan tutup mulut,” kata Hermawan Sulistyo.

“Apakah karena ini pressure, intervensi, obstruction of Justice atau apa, kita belum tahu, karena belum dibuka semuanya.”

Hermawan Sulityo pun memahami jika publik akhirnya menganggap kepolisian menutupi kasus Brigadir J.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved