Ajudan Jenderal Ferdy Sambo Ditembak
Mulanya Tak Saling Tatap Mata, Ferdy Sambo Lalu Mesra ke Putri Candrawathi saat Rekonstruksi
Setelah memeluk istrinya, mantan Kadiv Propam ini kemudian mengeluarkan handy talky (HT) guna memanggil para ajudan dan sopirnya.
Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Yogi Jakarta
20 menit menegangkan
Sebelum membunuh Brigadir J, Ferdy Sambo mengadakan rapat kilat di rumah pribadinya tersebut.
Hal itu diungkapkan pengacara Bharada E, Ronny Talapessy.

Kala itu Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Bripka RR, dan Bharada E membahas skenario untuk menghabisi Brigadir J.
"Jadi memang, ada proses waktu di lantai 3, ketika klien saya dipanggil ke dalam suatu ruangan meeting, ruangan rapat, bahwa ternyata memang sudah ada Ibu PC ini membicarakan mengenai tentang almarhum Yosua," ucap Ronny Talapessy dikutip TribunJakarta dari YouTube TV One.
"Memang waktunya sangat pendek. Karena klien saya ini menerima perintah itu kemudian sampai ke TKP kurang dari 20 menit. Tetapi memang Bharada E menyampaikan di TKP atau rumah sebelumnya rumah Saguling ada ibu PC," imbuhnya.
Dalam rapat kilat itu, menurut Rony Talapessy, Bharada E sosok yang dipanggil untuk bergabung paling terakhir.
"Yang terakhir dipanggil adalah Bharada E ini. Yang panggil itu saudara RR," kata Ronny.
Saat Bharada E masuk, di dalam ruangan tersebut ternyata sudah ada Ferdy Sambo, Bripka RR, dan Putri Candrawathi.
"Tetapi sewaktu masuk ruangan dia tidak melihat ibu PC. Tetapi pas ketika duduk di sofa, dia melihat ibu PC ternyata ada di dalam," kata Ronny.
Baca juga: Wownya Walk In Closet Putri Candrawathi Terkuak saat Rekonstruksi, Barang Branded Terpampang Nyata
"Jadi memang prosesnya terlalu cepat. sampai di rumah TKP ada ibu PC," imbuhnya.
Ronny lalu mengatakan ada momen menarik di tengah rapat yang menentukan nasib Brigadir J tersebut, yakni Putri Candrawathi terlihat menangis.
"Klien saya menyampaikan bahwa waktu kejadian itu Ibu PC dalam keadaan menangis," kata Ronny.

"Kemudian Bapak FS ini dalam keadaan marah. Nanti detailnya, ini kan nanti menjadi pembelaan di pengadilan," imbuhnya.
Lalu apakah Putri Candrawathi menangis karena mengetahui Brigadir J akan dibunuh?
Ronny enggan mengurai hal tersebut lebih mendalam.
"Saya tidak berbicara seperti itu, tapi biarkan berporses ini. Sabar," kata Ronny.