Ajudan Jenderal Ferdy Sambo Ditembak

Terungkap Karakter Ferdy Sambo Kini Diperiksa Lie Detector, Mantan Kabareskrim Ungkap Fakta Lain

Terungkap karakter Ferdy Sambo tersangka pembunuhan Brigadir J yang bakal jalani pemeriksaan lie detector. Mantan Kabareskrim ungkap fakta lain.

Kolase Foto Tribun Jakarta
Kolase Foto Mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo. Terungkap karakter Ferdy Sambo tersangka pembunuhan Brigadir J yang bakal jalani pemeriksaan lie detector. Mantan Kabareskrim ungkap fakta lain, Kamis (8/9/2022). 

TRIBUNJAKARTA.COM - Terungkap karakter Ferdy Sambo tersangka pembunuhan Brigadir J yang bakal jalani pemeriksaan lie detector. Mantan Kabareskrim ungkap fakta lain.

Sebelum Ferdy Sambo, dua anak buahnya di Propam Polri dan satu sopirnya, yakni Bharada E, Bripka RR dan Kuat Maruf lebih dulu jalani lie detector. Hasilnya, mereka jujur.

Penggunaan lie detector dilakukan oleh penyidik sebagai suatu upaya agar hasil pemeriksaan saksi-saksi ini bisa diuji kebenarannya. Namun, akurasinya hanya 60-70 persen.

Orang berhak menolak diperiksa menggunakan lie detector atau alat pendeteksi kebohongan karena diatur di dalam undang-undang. Tapi, penggunaan lie detector ada dasar hukumnya, yakni Sprin Kapolri.

Tempo hari, karakter Ferdy Sambo pernah dikupas oleh ahli melalui tulisan tangannya. Plus minus mantan Kadiv Propam Polri itu diteliti begitu mendetail.

Baca juga: Polri Klaim Akurasi Lie Detector Ferdy Sambo Cs Nyaris Sempurna, Nyatanya Dibantah Eks Kabareskrim

Baca juga: Polri Klaim Akurasi Lie Detector Ferdy Sambo Cs Nyaris Sempurna, Nyatanya Dibantah Eks Kabareskrim

Adalah grafolog atau ahli membaca tulisan tangan Tessa Sugito yang mengulik kehidupan suami Putri Candrawathi itu berdasarkan tulisan tangannya.

Tessa Sugito mengungkapkan akurasi grafologi atas karakter dan sifat seseorang mencapai 85 persen.

Melihat tulisan tangan Ferdy Sambo, Tessa menganalisa jenderal bintang dua itu menyimpan trauma masa lalu.

Hal itu terlihat dari margin suratnya yang tersebar di media sosial dan dibacakan saat menjalani sidang etik.

Tessa mengatakan ada jarak yang jauh dari sisi kiri.

"Ini ciri-ciri Beliau memiliki trauma atau ketakutan akan masa lalunya, dan mencoba menutupi atau lari dari kejadian masa lalu itu," kata Tessa Sugito.

Sosok Temperamental

Beredar surat permintaan maaf yang ditulis Irjen Ferdy Sambo. Pakar mikro ekspresi, Kirdi Putra memberikan pandangannya.
Beredar surat permintaan maaf yang ditulis Irjen Ferdy Sambo. Pakar mikro ekspresi, Kirdi Putra memberikan pandangannya. (Kolase Tribun Jakarta)

Tessa juga melihat atasan Brigadir J itu sebagai sosok temperamental, lekas tersinggung dan mudah marah.

Namun sisi positifnya, Ferdy Sambo memiliki kepribadian tipikal pemikir komperehensif, sensitif, dan cerdas sehingga kurang bisa mendengar masukan orang lain.

Ferdy Sambo juga dinilai sebagai orang yang memiliki kepercayaan diri tinggi.

Baca juga: Ferdy Sambo Tak Ada Takutnya, Di Depan Kapolri Saja Masih Berani Bohong Bahkan Sampai Bersumpah

"Kecerdasan itu kita bisa melihat dari bentuk huruf M atau N dari penulisnya, bahwa tulisan beliau ini huruf M atau N nya bisa dibilang tajam-tajam," kata Tessa Sugito.

Berdasarkan data empiris, Tessa mengungkapkan Mantan Kadiv Propam itu merupakan tipe pemikir yang dapat melihat secara general.

"Dalam arti gambaran besar ia juga cepat mengambil keputusan. Dia juga bisa membicarakan mungkin hal-hal yang kontroversial tapi tanpa menyinggung lawan bicaranya," tutur Tessa Sugito.

Kecerdasan Ferdy Sambo terlihat dari kariernya melesat tajam karena prestasinya yang baik.

"Pola pikir yang cerdas juga bisa terlihat dalam guratan tulisannya yang tegas, jadi memang tidak heran kalau sebelum kasus ini Beliau memiliki karir yang cemerlang," ujar Tessa Sugito.

Kolase Foto Grafolog Tessa Sugito, tulisan Ferdy Sambo dan Irjen Ferdy Sambo.
Kolase Foto Grafolog Tessa Sugito, tulisan Ferdy Sambo dan Irjen Ferdy Sambo. (Kolase Foto Tribun Jakarta)

Tessa juga mengatakan huruf E yang terlihat jelas tulisannya cenderung sempit serta tidak terlihat ada look-nya.

Biasanya, lanjut Tessa, penulis yang seperti ini, punya kecenderungan tidak bisa mendengarkan masukan atau saran dari lain.

"Cuma mungkin kita bisa memaklumi, karena pola pikir beliau yang cerdas itu kan jadi ya mungkin, dia merasa sudah tahu nih caranya seperti ini," kata Tessa Sugito.

Baca juga: Hotman Paris Ungkap Alasan Tolak Jadi Pengacara Brigadir J & Bharada E, Justru Tertarik Bela Sambo

Ferdy Sambo pun memiliki kecenderungan lebih sulit menerima masukan dari orang lain.

Ferdy Sambo juga dinilai sensitif terhadap kritik dan saran.

Cenderung sulit menerima saran dari orang lain, terlihat dari huruf d atau huruf t dari tulisannya.

"Biasanya huruf d-nya itu memang besar-besar tangkainya jadi seperti balon ya, jadi look-nya semakin besar, dan ciri ini biasanya penulisnya mudah tersinggung," kata Tessa Sugito.

Ada juga tekanan atau penebalan di tulisan huruf yang ada tangkainya, bisa di huruf T atau bisa di huruf P.

Ini kalau dilihat ya, bentuk huruf itu seperti pentungan.

"Dalam grafologi indikasi seperti ini bisa mengarah bahwa penulisnya memang memiliki kecenderungan untuk melakukan kekerasan fisik, atau kekejaman juga bisa dihasilkan seperti itu," katanya.

Karakter determinan dan percaya diri bisa terlihat saat Ferdy Sambo membriefing Kuat Maruf, Bripka RR dan Bharada E untuk menghabisi Brigadir J di ruma pribadinya di Jalan Saguling III, Kompleks Pertambangan, Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Tersangka Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi saat menjalani rekonstruksi kasus pembunuhan Brigadir J
Tersangka Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi saat menjalani rekonstruksi kasus pembunuhan Brigadir J (Kolase Foto Kompas.com)

Sensitifitas Ferdy Sambo muncul setelah mendapat informasi dari Putri Candrawathi pulang dari Magelang.

Seketika emosinya meledak dan agresif merencanakan pembunuhan Brigadir J.

Selain itu, Tessa mengungkapkan hasil analisa grafologi tulisan tangan memungkinkan dipakai untuk penyidikan.

Analisa itu sebagai opini ahli dalam menilai karakter seseorang.

"Apakah bisa dipakai sebagai bukti atau pendukung, saya tidak tahu bagaimana hukum di Indonesia melihat hal ini. Jadi saya kembali menyerahkannya ke polisi atau penegak hukum," kata dia.

Terkait isi tulisan surat, kata Tessa Sugito, sebenarnya seorang grafolog biasanya menghindari isi atau cerita di dalam surat agar tidak bias dalam penilaian.

"Namun isi konten itu, bisa dipakai sebagai pendukung dari analisis guratan, bentuk dan penebalan tulisan penulisnya, sebelumnya," kata dia.

Pembawaan Tenang Bisa Lolos

Kabareskrim Komjen Pol (Purn) Ito Sumardi.
Kabareskrim Komjen Pol (Purn) Ito Sumardi.

Sementara itu, Mantan Kabareskrim Komjen (Purn) Ito Sumardi mengatakan lie detector biasa dipakai penyidik untuk mendapatkan hasil maksimal dari keterangan terperiksa.

Namun, Jenderal Bintang Tiga itu menyebutkan akurasi alat uji kebohongan itu diragukan.

Pasalnya, kata Ito, akurasi dari alat itu sangat tergantung pada kondisi terperiksa.

Termasuk jika seseorang dalam kondisi nervous atau grogi, lelah, atau sakit, maka akan sangat memengaruhi hasilnya.

Ito mengungkapkan lie detector biasanya dipakai karena penyidik menduga ada hal yang disembunyikan.

“Demikian pula ada orang-orang yang sudah terbiasa, biasanya residivis, dia mampu menghandel pertanyaan yang menjebak,” kata Ito dalam dialog Kompas Malam, Kompas TV, Selasa (6/9/2022).

“Sehingga hasilnya menampilkan pola yang tidak menunjukkan bahwa orang tersebut berbohong.”

Ito menuturkan penggunaan lie detector biasanya
dilakukan oleh penyidik sebagai suatu upaya agar hasil pemeriksaan saksi-saksi ini bisa diuji kebenarannya.

“Tetapi ini tidak menjamin, bahwa yang dilakukan oleh lie detector itu tidak 100 persen benar, akurasinya 60 sampai 70 persen.”

Ia menegaskan, akurasi yang tidak tepat bukan hanya dapat terjadi pada residivis saja, tetapi pada orang lain yang memang pembawaannya sangat tenang.

“Sangat gugup juga bukan berarti dia bohong, tapi dia nervous, stres, lelah, itu bisa memengaruhi bahwa seolah-olah dia bohong. Padahal yang disampaikan adalah benar.”

“Sehingga di negara-negara maju juga lie detector ini juga tidak terlalu dijadikan alat untuk mengecek apakah orang itu menyampaikan keterangan secara benar atau tidak?” lanjutnya.

Dalam dialog itu, Ito juga menjelaskan, jika mengacu pada Pasal 184 ayat 1 KUHAP, alat bukti yang sah dalam perkara adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat petunjuk, dan keterangan terdakwa.

Sedangkan hasil dari pemeriksaan menggunakan alat pendeteksi kebohongan biasanya tidak bisa dijadikan alat bukti.

“Hasil dari lie detector biasanya tidak diakui sebagai alat bukti,” kata dia.

“Kecuali apabila hasil lie detector itu dibacakan oleh ahlinya, seorang psikolog di depan pengadilan, ini bisa dijadikan alat bukti.”

Ito menyebut, orang berhak menolak pemeriksaan menggunakan alat pendeteksi kebohongan. Sebab itu diatur dalam undang-undang.

Namun, penggunaan lie detector juga ada dasar hukumnya, yakni Sprin Kapolri.

“Jadi, saya kira penggunaannya juga ada dasar hukumnya. Digunakan di pengadilan juga bisa menjadi alat bukti kalau hasil analisanya dibacakan oleh ahlinya.”

Sementara Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengungkapkan lie detector atau alat polygraph milik Polri merupakan alat canggih lantaran impor dari Amerika Serikat. Bahkan, tingkat akurasinya mencapai di atas 90 persen.

"Kalau di bawah 90 persen itu tidak masuk dalam ranah pro justitia. Kalau masuk dalam ranah pro justitia berarti hasilnya penyidik yang berhak mengungkapkan ke teman-teman. Termasuk nanti penyidik juga mengungkapkan ke persidangan," jelasnya.

Sebelumnya, Polri melakukan pemeriksaan dengan alat lie detector atau pedeteksi kebohongan kepada lima tersangka dan satu saksi dalam kasus pembunuhan Brigadir J.

Polri memeriksa istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi dan asisten rumah tangganya Susi menggunakan alat pendeteksi kebohongan atau lie detector, Selasa (6/9/2022).

Bharada E, Brigadir RR, Kuat Maruf sudah lebih dulu diperiksa pakai lie detector hasilnya mereka bicara jujur.

Tes tersebut dilaksanakan di Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat. (KompasTV/Tribunnews.com)

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved