Sisi Lain Metropolitan

Pilu Keluarga Miskin di Jakarta Barat, Cuma Makan Nasi dan Garam Demi Bertahan Hidup

Kabar memilukan datang dari sebuah keluarga miskin di Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Mereka cuma makan nasi dan garam demi bertahan hidup.

TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas
Pasangan suami istri Suheri dan Susana hidup miskin di permukiman padat penduduk di kawasan Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Jumat (16/9/2022). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, GROGOL PETAMBURAN - Kabar memilukan datang dari sebuah keluarga miskin di Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat.

Suheri (40) dan Susana (38) hidup melarat dengan penghasilan yang pas-pasan.

Suheri yang sehari-hari memulung itu berpenghasilan hanya Rp 40 ribu sehari.

Padahal, ia harus membiayai keempat anaknya yang masih kecil.

Maka tak heran, mereka terpaksa makan seadanya saja.

Suheri mengaku seringnya mereka hanya menyantap nasi dengan lauk taburan garam.

Baca juga: 2 Anaknya Putus Sekolah, Derita Warga Miskin Tomang Hidup Melarat di Jakarta Barat

"Kesulitan makan sudah biasa. Sampai anak-anak cuma makan nasi dan garam saja. Tambah kecap," katanya kepada TribunJakarta.com pada Jumat (16/9/2022).

Bahkan, Suheri juga terkadang tak makan seharian agar anak-anaknya bisa makan.

Ayam dan daging jarang dirasakan oleh lidah mereka.

Pasangan suami istri Suheri dan Susana hidup miskin di permukiman padat penduduk di kawasan Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Jumat (16/9/2022).
Pasangan suami istri Suheri dan Susana hidup miskin di permukiman padat penduduk di kawasan Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Jumat (16/9/2022). (TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas)

Ia pernah menerima sembako tapi hanya sesekali dari pemerintah.

Sementara program Bantuan Langsung Tunai (BLT) tak pernah mampir.

"Tapi yang mau gimana lagi," katanya pasrah.

Perasaan ngenes begitu terasa ketika menengok rumah semi permanen yang dikontrak mereka.

Semua barang ditumpuk seabrek-abrek di dalamnya.

Baca juga: Ratusan Warga Disabilitas Miskin di Kota Tangerang Dapat Bantuan Pangan Imbas Kenaikan Harga BBM

Baju terlihat berserakan, tempat tidur yang belum dirapikan, hingga dapur seadanya di dalam kamar itu.

Di dalam tempat tinggal sempit itu, mereka berenam tidur berdempetan di sana.

Suasana kamarnya pun terasa sumuk meski satu kipas angin butut memutar kencang.

Pasangan suami istri Suheri dan Susana hidup miskin di permukiman padat penduduk di kawasan Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Jumat (16/9/2022).
Pasangan suami istri Suheri dan Susana hidup miskin di permukiman padat penduduk di kawasan Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Jumat (16/9/2022). (TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas)

Suheri bercerita ia sudah bermukim di RT 005 RW 013 Tomang, Jakarta Barat sejak tahun 1973.

Sehari-harinya ia bekerja sebagai pemulung dan terkadang kerja serabutan.

Namun, Suheri mengaku selama hidup di dalam jurang kemiskinan, bantuan sesekali mampir ke rumahnya.

Meski, seringnya ia tidak mendapatkannya.

Baca juga: Temui Warga Miskin Menteng, Mensos Risma Titip Uang Rp 31 Juta untuk Renovasi Rumah

"Pemerintah juga belum pernah mendata ke rumah saya. Mungkin ada tetangga yang udah, tapi saya belum. Dari tahun 73 sampai sekarang saya belum pernah merasakan bantuan langsung tunai (blt)," cerita pria berambut gondrong itu kepada TribunJakarta.com pada Jumat (16/9/2022).

Ia mengakui memang pemerintah bukannya 100 persen tak mengulurkan bantuannya.

Salah satu anaknya menerima Kartu Jakarta Pintar (KJP).

Kendati demikian, dua anaknya terpaksa putus sekolah.

"Anak pertama usia 16 tahun dan anak kedua 14 tahun putus sekolah," katanya.

Suheri terpaksa meminta mereka tidak melanjutkan sekolah karena alasan penghasilan yang sangat kecil.

"Ya memang sekolah gratis, tapi kan kayak biaya transport atau biaya buku-buku harus ada. Otomatis saya nyerah aja, penghasilan cuma Rp 40 ribu sehari," tambahnya.

Suheri sangat menaruh harapan kepada pemerintah untuk memberikan bantuan secara berkelanjutan kepada keluarganya.

Terlebih, kebijakan pengalihan subsidi BBM untuk membantu warga miskin betul-betul tepat sasaran.

"Saya minta tolong, tinjau lah warga-warga yang sangat membutuhkan seperti saya dan teman-teman saya," katanya.

Belum Dapat BLT BBM

Pasangan suami istri Suheri dan Susana hidup miskin di permukiman padat penduduk di kawasan Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Jumat (16/9/2022).
Pasangan suami istri Suheri dan Susana hidup miskin di permukiman padat penduduk di kawasan Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Jumat (16/9/2022). (TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas)

Juru bicara Koalisi Warga Jakarta Mencari Keadilan, Marlo Sitompul mengatakan masih banyak warga miskin yang belum dapat bantuan langsung tunai dari BBM di Jakarta.

Termasuk Suheri dan Susana di Tomang.

"Seharusnya mereka mendapatkan bantuan tersebut karena bekerja di sektor informal, seperti pak Suheri yang bekerja sebagai pemulung belum dapat," katanya saat ditanya TribunJakarta.com.

Marlo pun kemudian mendata warga miskin di Tomang yang belum terdaftar di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

Setelah didata, ia akan menyerahkan kepada kementerian sosial untuk ditindaklanjuti.

"Yang kita sedang data ini pasti yang belum terdata jadi yang bertanggung jawab terhadap pendistribusian ini ialah Kementerian Sosial," pungkasnya.


 
 

 
 
 

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved