Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022
Sedikitnya 17 Anak Tewas, 7 Luka-luka dalam Tragedi Kanjuruhan Pascalaga Arema Fc Vs Persebaya
Sedikitnya tercatat 17 anak-anak tewas dan 7 luka-luka dalam tragedi Kanjurhan pascalaga Arema FC Vs Persebaya Surabaya.
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Sedikitnya tercatat ada 17 anak-anak tewas dan 7 luka-luka dalam tragedi Kanjurhan pascalaga Arema FC Vs Persebaya Surabaya.
Data yang diterima Tribun Network, sementara jumlah korban meninggal mencapai 130 orang. Namun dalam laporannya BBC menyebut setidaknya 174 orang meninggal.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak atau Kementerian PPPA menyebutkan, tidak menutup kemungkinan jumlah korban tewas dari anak-anak bisa bertambah.
Menurut data Kementerian PPPA menunjukkan, usia anak korban meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan di rentang 12 hingga 17 tahun.
Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian PPPA, Nahar, memastikan pihaknya mencoba menjangkau anak-anak korban tragedi Kanjuruhan.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan Sampai ke Korea Selatan, Aktor Lee Min Ho Ucap Belasungkawa: Pray For Indonesia
"Bersama Dinas PPPA Provinsi dan Kota Malang sedang melacak data anak-anak yang menjadi korban," kata Nahar saat dihubungi di Jakarta melansir Kompas TV pada Minggu (2/9/2022).
Ia membenarkan sedikitnya ada 17 anak yang meninggal dan tujuh anak mengalami luka-luka.
"Data yang masuk,17 anak meninggal dan 7 dirawat, tapi kemungkinan bisa bertambah," ia menambahkan.

Kementerian PPPA masih memastikan jumlah anak yang meninggal serta korban luka-luka yang memerlukan perawatan fisik dan psikis lanjutan.
Pasutri Meninggal
Dari sekian korban tewas adalah pasangan suami istri M Yulianton (40) dan Devi Ratna S (30).
Rencananya, mereka merayakan ulang tahun sang putra, M Alfiansyah (11). Takdir berkata lain, Yulianton dan Devi masuk daftar korban meninggal.
Alfiansyah ikut bersama orangtuanya menonton laga Arema FC dan Persebaya Surabaya yang berakhir 2-3.
Baca juga: Kesaksian Suporter Selamat Tragedi Kanjuruhan: Banyak Ibu-ibu, Anak Kecil Sesak Karena Gas Air Mata
Beruntung, Alfiansyah selamat dalam tragedi Kanjuruhan itu. Insiden yang memakan seratusan lebih korban ini membuat banyak orang berduka.
Yulianton dan Devi tercatat sebagai warga Jalan Bareng Raya 2, RT 14 RW 8, Kota Malang, Jawa Timur.
Keduanya mengajak Alfiansyah menonton secara langsung pertandingan tersebut di Stadion Kanjuruhan.

Doni (43) yang masih kerabat menjelaskan orangtua Alfiansyah terinjak ketika hendak keluar dari stadion.
"Di RT 14 ini ada sebanyak 20 orang warganya menonton langsung pertandingan di stadion. Kami menonton di Tribun 14," ujar Doni kepada Surya.co.id.
Menurut Doni, kericuhan dimulai pukul 22:00 WIB setelah pertandingan selelai. Bermula dari tengah lapangan.
Belakangan kericuhan itu merembet ke tribun penonton. Kericuhan semakin menjadi ketika petugas menembakkan gas air mata ke arah tribun.
"Saat itu, petugas keamanan menembakkan gas air mata ke arah Tribun 12. Namun karena angin, asap dari gas air mata itu mengarah ke Tribun 14," kata dia.
"Asap itu membuat perih mata, dan para penonton yang ada di Tribun 14 langsung berhamburan turun untuk segera keluar stadion," sambung dia.
Melihat situasi tak kondusif, Doni bergegas menggendong anaknya segera keluar dari stadion. Langkahnya tiba-tiba terhenti ketika dihampiri Alfiansyah.
Baca juga: Korban Meninggal 174 Orang, Polisi Sudah Minta Perubahan Jadwal Arema vs Persebaya Tapi Ditolak LIB
"Setelah itu, saya berhenti sebentar di bagian pintu keluar stadion. Tiba-tiba, Muhammad Alfiansyah ini datang menghampiri saya."
"Saya langsung tanya, kemana kedua orang tuamu kok enggak ada. Anak itu menjawab, kalau kedua orang tuanya masih di dalam stadion," bebernya.
Setlah itu, Doni melihat orangtua Alfiansyah tengah ditolong orang lain keluar dari stadion. Dari sana, keduanya dilarikan ke Rumah Sakit Teja Husada, Kabupaten Malang.

Doni menduga kedua korban meninggal dunia karena terinjak-injak oleh suporter lain juga berebut keluar menyelamatkan diri dari stadion.
Sedangkan anak korban, dapat selamat setelah meminta pertolongan ke polisi. "Kemungkinan, saudara saya jatuh dari tangga tribun lalu terinjak-injak suporter lainnya," ucap dia.
"Saat saya lihat, bagian muka jenazah sudah pucat membiru. Kalau anaknya, minta bantuan ke polisi yang sedang jaga di dalam stadion terus selamat," ungkap Doni.
Almarhumah Devi baru pertama kali menyaksikan pertandingan di Stadion Kanjuruhan. Sedangkan Yulianton sudah sering menonton.
Doni mengungkapkan almarhum sudah punya rencana buat merayakan ulang tahun Alfiansyah pada November.
Baca juga: Pertandingan Rival Abadi Persib Vs Persija Ditunda Buntut Tragedi Kanjuruhan Ratusan Nyawa Melayang
Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta saat merilis awal tragedi Kanjuruhan menyebut korban tewas terhitung pada pukul 05.00 WIB sebanyak 127 orang, korban luka-luka 180 orang.
"Dua di antaranya anggota Polri. Yang meninggal di stadion ada 34 (korban) sisanya di rumah sakit saat upaya proses penolongan. Selain itu, 180 orang masih dalam proses perawatan dilakukan upaya penyembuhan,” tuturnya.
Belakangan jumlah korban meninggal bertambah.
Terkait tewasnya banyak korban, Nico menduga salah satu penyebabnya karena kehabisan oksigen akibat berdesakan.
“Supporter keluar di satu titik. Kalau gak salah di pintu 10 atau pintu 12. Di saat proses penumpukan itu terjadi berdesakan sesak napas dan kekurangan oksigen. Tim gabungan sudah melakukan upaya penolongan dan evakuasi ke rumah sakit,” tuturnya.
Di sisi lain, kerusuhan ini juga menyebabkan 13 mobil rusak, dengan rincian 10 mobil dinas Polri dan 3 milik pribadi.