Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022

'Dia Sudah Ditutup Kain' Pilu Kisah Sahabat 2 Aremania Dipisahkan Maut di Stadion Kanjuruhan Malang

Mukid merasa bersalah lantaran dirinyalah yang menjemput dan membonceng Faiq ketika hendak menonton laga tersebut.

Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Kompas.com/Suci Rahayu
Kerusuhan suporter usai derbi Jawa Timur, Arema FC dan Persebaya Surabaya, pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) selaku operator menghentikan gelaran Liga 1 selama sepekan akibat kerusuhan tersebut. 

"Tapi Faiq bilang kenapa dibatalkan. Akhirnya pesan lagi, tak hanya Faiq yang dapat. Saya belum dapat," imbuhnya.

Meski belum mengantongi tiket, Mukid dan Faiq tetap berangkat. Mereka berangkat Sabtu (1/10/2022) pagi sekitar Pukul 05.00 Wib.

Keduanya bertemu dengan rekan sesama suporter Arema di kawasan Jubung. Lantas suporter mengendarai 14 sepeda motor ke Malang, lewat jalur selatan.

Sore sekitar Pukul 16.00 Wib, puluhan orang suporter dari Jember itu tiba di Stadion Kanjuruhan.

Baca juga: Tragedi Kanjuruhan Sampai ke Korea Selatan, Aktor Lee Min Ho Ucap Belasungkawa: Pray For Indonesia

"Setahu saya dalam rombongan kami, hanya empat orang yang bisa masuk karena punya tiket. Saya tidak bisa masuk karena tidak pegang tiket," imbuhnya.

Mukid kemudian berusaha masuk studion ketika mengetahui ada keributan di dalam.

Mukid akhirnya membeli tiket dari calo seharga Rp 75 ribu.

Kerusuhan usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada pekan ke-11 Liga 1 2022/2023 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. Kepolisian menjelaskan kronologi dan lokasi ditemukannya banyak korban jiwa.
Kerusuhan usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada pekan ke-11 Liga 1 2022/2023 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. Kepolisian menjelaskan kronologi dan lokasi ditemukannya banyak korban jiwa. (Kolase TribunJakarta.com/net)

"Saya dengar sudah panas karena Arema kalah. Saya kontak Faiq dan temannya tapi tidak bisa. Sebisa mungkin saya berusaha masuk, dan akhirnya bisa setelah beli tiket di calo," imbuhnya.

Mukid masuk ke stadion, beberapa menit sebelum pertandingan bubar.
Setelah pertandingan bubar, situasi memanas dan akhirnya ricuh.

Ketika suporter turun ke lapangan, kata Mukid, polisi langsung melemparkan gas air mata.

"Tebal sekali. Mata saya perih, saya juga tidak pakai masker," lanjutnya.

Mukid hanya memikirkan keselamatan Faiq. Dia menerobos kerumunan suporter.

Setelah mencari-cari sahabatnya tersebut, Mukid akhirnya menemukan titik terang setelah mendapatkan telepon dari sesama suporter dari Jember.

Diberitahu, Faiq ada di sebuah gedung yang masih di kawasan stadion.

"Faiq ada di sebuah gedung, masih di kawasan stadion. Dia sudah ditutupi kain, sudah meninggal," katanya lirih.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved