Dokter di Tangerang Ungkap Usia Penderita Stroke Kini Lebih Muda, Gaya Hidup Jadi Penyebab
Dokter spesialis bedah saraf di Tangerang sebut usia pasien penderita penyakit stroke di Indonesia semakin muda.
Penulis: Ega Alfreda | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda
TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG - Dokter spesialis bedah saraf di Tangerang sebut usia pasien penderita penyakit stroke di Indonesia semakin muda.
Bisa disebut, kaum milenial sekarang dihantui dengan penyakit stroke bukan hanya warga yang sudah berusia.
Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Pelita Harapan (UPH), Profesor Eka J Wahjoepramono mengatakan, penyakit stroke kini tidak kenal usia karena gaya hidup atau lifestyle.
"Iya makin muda, artinya karena lifestyle banyak anak muda obesitas, darah tinggi, enggak pernah kontrol, gula darah, kolesterol itu semua memicu stroke," ujar Eka yang juga berprofesi sebagai Dokter Spesialis Bedah Saraf, Selasa (11/10/2022).
Pola hidup yang gemar merokok, mengonsumi minuman beralkohol, dan narkoba juga menjadi pemicu rusaknya jaringan saraf yang berujung stroke.
Baca juga: Hari Stroke Dunia, Ratusan Mahasiswa Kedokteran Tangerang dan Profesor Tonton Operasi Otak Secara 3D
Tuntutan kehidupan yang memang semakin tinggi sehingga memicu stres juga faktor timbulnya stres di kaum milenial.
Bahkan, lanjut Prof Eka, jumlah pasien stroke di Indonesia ini terus bertambah banyak setiap tahunnya.
"Sudah pasti meningkat terus, kembali lagi karena lifestyle berubah dan sekarang alat diagnostik makin banyak jadi makin banyak meningkat jumlahnya," kata dia.
Menurut data yang dikumpulnya, stroke ini merupakan penyumbang angka kematian terbanyak kedua setelah jantung.
"Nah lebih seramnya lagi, yang membuat cacat nomor satu di dunia itu stroke. Jadi sayang sekali kalau kita semua jadi korban," sambung Prof Eka.

Untuk memperingati hari Stroke Dunia, perkumpulan dokter spesialis bidang bedah saraf (neurosurgeon) mengadakan nonton bareng (nobar) film tiga dimensi bertemakan kehebatan otak manusia, stroke dan bedah saraf, Selasa (11/10/2022).
Hal itu juga untuk memberikan edukasi kepada mahasiswa kedokteran juga masyarakat tentang bahaya stroke dan pencegahannya.
Acara yang diikuti mahasiswa kedokteran dan dokter bedah saraf itu diadakan di Cinepolis Maxxbox, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang.
Dalam kesempatan edukasi tersebut, Eka J Wahjoepramono membagi ilmunya selama sekira 60 menit.
Paparan yang ditampilkan secara tiga dimensi tersebut dihadiri juga oleh Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin.
Serta seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran UPH dan perwakilan dari IDI serta Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia (Perspebsi).
Melalui film dokumenter berdurasi 60 menit tersebut, Prof Eka ingin mengedukasi langsung bahaya penyakit tumor otak dan stroke.
Serta mengharuskan hidup sehat sejak dini, sebab, beberapa tahun terakhir, stroke tak hanya mengintai usia lanjut atau lansia, melainkan juga usia muda.
"Ini cara kami mengedukasi, kalau orang hanya diberitahui begitu akan sulit percaya. Tapi ini kami coba hadirkan dalam bentuk cinema 3D, melalui film tadi, orang bisa lihat sendiri pasien-pasiennya, suasana ICU seperti apa, operasi otak seperti apa," ungkap Eka.
"Sehingga mereka bisa sadar betapa penting hidup sehat dan rajin check-up kesehatan otak," sambungnya.
Dalam film tersebut, para penonton di dalam studio Max diperlihatkan fungsi otak, ribuan jaringan neuron beserta fungsinya.
Hingga diperlihatkan proses bedah otak dengan berbagai kasus penyakit mulai dari tumor kecil dan besar, pemasangan chip, hingga memperlihatkan suasana ICU pasca-penanganan operasi.
"Jadi hari stroke sedunia ini, kami semua punya misi, sebab dari pengalaman kami, bedah otak stroke itu sangat berat. Kalau sudah kena, tingkat kesembuhannya di bawah lima persen," tutut Eka.
Sebab, berdasarkan data dunia, stroke menjadi penyakit mematikan nomor dua di dunia.
Juga nomor satu penyebab kecacatan di dunia.
Makanya, dia menginginkan edukasi menyelamatkan diri dari stroke.
Sebab, stroke bisa dihindari dengan berbagai pola hidup dan asupan yang sehat.
"Misi kami, ada penurunan penderita stroke di Indonesia. Mulai sekarang, perhatikan pola hidup sehat, lakukan check up otak dan medical cek up," katanya.
Dia pun mengajak seluruh mahasiswa kedokterannya di UPH, untuk ikut terjun langsung mengkampanyekan kesehatan syaraf dan otak ke daerah-daerah di Indonesia.
Sebab, mahasiswa inilah yang menjadi corong kampanye kesehatan otak di daerah terutama yang terpencil.