Benarkah Stroke Lebih Rentan Terjadi Pada Laki-Laki Ketimbang Wanita? Begini Penjelasan Dokter
Stroke merupakan kondisi terganggunya aliran darah ke otak yang disebabkan oleh penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah.
Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Stroke lebih rentan menyerang laki-laki ketimbang wanita, benarkah demikian?
Stroke merupakan kondisi terganggunya aliran darah ke otak yang disebabkan oleh penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah.
Medical Executive PT Kalbe Farma Tbk, dr Martinova Sari Panggabean, AIFO-K, atau yang akrab disapa Dokter Nova menjelaskan stroke bisa menyerang siapa saja.
Walau sering terjadi pada usia di atas 55 tahun, namun penyakit ini juga bisa menyerang usia muda. Seperti pada rentang usia 20-40 tahun.
“Kalau kita seandainya melihat keluarga, teman, tetangga, atau siapa pun mengalami gejala atau tanda yang mengarah ke stroke, maka harus segera ditangani. Karena jika stroke semakin cepat ditangani, maka semakin tinggi tingkat keberhasilan sembuhnya. Oleh karena itu, segeralah ke rumah sakit,” kata dia dalam keterangan resmi Kalbe Farma yang dikutip TribunJakarta.com, Rabu (9/11/2022).
Baca juga: Sering Muncul Tiba-Tiba, Kenali Gejala Stroke Yang Bisa Menyerang Milenial
Secara umum, ada beberapa faktor risiko stroke yang tidak dapat diubah meskipun sudah menjalani gaya hidup yang sehat.
Seperti misalnya faktor usia, jenis kelamin, ras atau etnis, dan juga faktor genetik.
Dikatakan, selain usia di atas 55 tahun memang pria juga lebih berisiko terkena stroke dibandingkan perempuan yang belum menopause.
Akan tetapi setelah menopause, keduanya mempunyai risiko yang sama.
Selain itu kata dr Nova, ras atau etnis berkulit hitam juga cenderung lebih berisiko mengalami stroke.
Sedangkan faktor genetik, meliputi adanya riwayat stroke dalam keluarga.

Seperti misalnya pada ayah, ibu, atau saudara kandung.
Untuk mengetahui adanya tanda-tanda penyakit stroke, dr Nova menjelaskan ada beberapa gejala yang bisa dikenali secara umum.
Meskipun gejala stroke yang dialami tiap orang seringkali berbeda, akan tetapi gejala tersebut biasanya meliputi senyum tidak simetris atau miring sebelah, tersedak, sulit menelan air minum secara tiba-tiba, juga gerak separuh anggota tubuh melemah secara tiba-tiba.
Selain itu, gejala lainnya ialah tiba-tiba tidak dapat bicara atau tidak jelas berbicara tiba-tiba, kebas atau kesemutan separuh tubuh, rabun atau gangguan penglihatan, sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya, gemetar, sempoyongan, pingsan, bahkan hilang kesadaran.
Tak jarang, menurut dr Nova pasien stroke juga mengalami penurunan status gizi lantaran kesulitan menelan makanan.
Padahal, nutrisi penting untuk mengoptimalkan fungsi obat maupun vitamin yang dikonsumsi oleh pasien stroke.
Untuk mencegah hal ini, penderita stroke bisa mengkonsumsi produk nutrisi tambahan yang bisa membantu memenuhi kebutuhan pasien.
Salah satu yang dianjurkan, kata dia ialah produk Peptibren.
Peptibren, disebut tinggi akan protein yang bisa membantu regenerasi sel-sel otak yang rusak akibat stroke.
"Komposisinya, vitamin B kompleks yang tinggi, yang bersifat sebagai neurotransmitter dan dilengkapi dengan CPU (Choline, Phosphatidilserine, Uridine monofosfat) sebagai neuroprotector yang melindungi sel-sel saraf, dan neurorepair alias memperbaiki sel-sel saraf,” tambah Product Management Medikal Nutrience Kalbe, Airin Levina, S. Gz.Namun perlu diingat, penting bagi setiap pasien untuk tetap berkonsultasi ke dokter sebelum mengonsumsi Peptibren.
Hal ini, untuk mengetahui rekomendasi atau takaran sesuai kebutuhan yang diperlukan oleh masing-masing pasien stroke.
Di sisi lain, pasien stroke juga diimbau untuk menjaga pola makan seperti menghindari konsumsi makanan tinggi lemak jenuh atau kolesterol.
Selain itu, penderita stroke juga dianjurkan untuk mengonsumsi banyak sayuran dan makanan tinggi protein.