Penemuan Mayat Satu Keluarga
Lokasi Ini Sempat Dijadikan Tempat Tinggal Keluarga Tewas di Kalideres, Eks Ketua RT Beri Kesaksian
Sebelum ditemukan tewas dalam satu rumah di Kalideres, satu keluarga itu diketahui sempat tinggal di Gang Lilin 11, Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Septiana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, SAWAH BESAR - Sebelum ditemukan tewas dalam satu rumah di Kalideres, satu keluarga itu diketahui sempat tinggal di Gang Lilin 11, Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Satu keluarga yang terdiri dari Rudyanto, Reny Margaretha, Dian Febbyana dan Budianto Gunawan, tinggal di rumah orang tua Rudyanto, Tan Giok Tjin.
Rumah itu merupakan tempat tinggal masa kecil Rudyanto dan kedua adiknya, Budianto dan Cacang.
Namun semenjak, Tan Giok Tjin dan istri meninggal, Rudyanto bersama istri, anak dan Budianto memutuskan pindah rumah.
Sedangkan Cacang sebelumnya sudah pisah rumah ayahnya sejak menikah.
Muhammad Mundji, yang kala itu masih menjabat sebagai Ketua RT 007 RW 003 Gunung Sahari Utara, menduga mereka pindah karena malu.
Ia meragukan kepindahan Rudyanto dengan keluarganya karena faktor ekonomi.
Baca juga: Sore Ini Polda Metro kembali Olah TKP di Rumah 1 Keluarga Tewas di Kalideres
"Bukan karena faktor ekonomi. Alasan pindah karena dia cuek sama orang tuanya bisa sampai meninggal. Dia (Rudyanto) merasa malu sama tetangga-tetangga lain akhirnya pindah," katanya saat ditemui TribunJakarta.com pada Rabu (16/11/2022).
Rudyanto yang jarang sekali berinteraksi dengan Mundji akhirnya menemuinya.
Ia datang meminta Mundji untuk mengurusi surat perpindahan tempat tinggal.
"Dia minta surat pindah ke saya. Tahun 1997 itu udah lama sebelum kerusuhan. Dia bilang nanti tolong dianterin ke Citra Garden. Saya anter. Kalau enggak salah, satu hari bisa dua kali saya itu anter, dari pagi sampai sore," kenangnya.
Tak hiraukan sang ayah
Mundji menduga Rudyanto pindah karena merasa malu tak pernah mengurusi ayahnya ketika jatuh sakit.
Saat itu, Tan Giok Tjin sempat terjatuh dari kamar mandi rumahnya.
Tan mengeluh kesakitan dan sulit berjalan.
Dia hanya bisa terbaring di kamar tidur.
Namun, cerita Mundji, anak-anaknya hingga mantu tak ada yang mengurusi ayahnya saat sakit.
"Setelah jatuh itu, anak-anaknya pada cuek. Enggak mikirin. Pak Rudy enggak peduli," katanya.
Bahkan, istri Tan sampai minta pertolongan Mundji, yang kala itu masih menjabat Ketua RT untuk mengurusi suaminya.
Mundji kerap diminta belikan obat oleh istri Tan.
Selain itu, ia juga pernah mengantarkan Tan ke rumah sakit naik bajaj oren.
Baca juga: Keluarga Tewas Membusuk di Kalideres Hampir Pasti Bukan Kelaparan, Korban Baru Terima Rp 160 Juta
"Anaknya enggak pernah ngurus. Anak kandung loh itu," tambahnya.
Dalam kesaksiannya, tak pernah anak-anak Tan membawa sang ayah ke rumah sakit atau tempat urut.
Tiba-tiba, Mundji mendapatkan kabar dari istri Tan bahwa Tan sudah meninggal.
Jasadnya terbaring di kasur.
"Betul laporan ke saya. Pas saya dateng udah meninggal, sudah di kasur," ujarnya.
Sebagai ketua RT, Mundji sendiri yang mengurusi semua surat-surat kematian Tan.
Tak berselang Tan meninggal, sekitar seminggu sang istri menyusul.
"Begitu Tan meninggal, istrinya kemudian menyusul. Tapi waktu itu bukan saya yang ngurusin," tambahnya.
Mundji tak tahu penyakit apa yang sesungguhnya diderita Tan Giok Tjin.
Kondisinya memburuk usai kejadian terjatuh dari kamar mandi.
"Sama anak-anaknya enggak dibawa ke dokter sehingga enggak tahu penyakitnya apa," tambahnya.
Tak lama selepas kepergian kedua orangnya, Rudy menjual rumah tersebut dan pindah ke Perumahan Citra Garden Satu Extension, Kalideres, Jakarta Barat pada tahun 1997.
Mereka pun hidup di sana sampai semuanya ditemukan tak bernyawa pada Kamis (10/11/2022).
Kematian mereka sampai saat ini masih misterius.
Polisi masih melakukan penyelidikan terkait tewasnya satu keluarga tersebut.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News
