Penemuan Mayat Satu Keluarga
Fakta Baru Satu Keluarga Tewas di Kalideres, Dian Ternyata Kerap Kirim Pesan ke Pamanya Budiyanto
Muncul fakta baru dalam kasus kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat. Hengki Haryadi menjelaskan terekam percakapan intens dari dua ponsel
TRIBUNJAKARTA.COM - Muncul fakta baru dalam kasus kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat.
Hal tersebut diungkapkan oleh Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi, pada Jumat (25/11/2022).
Hengki Haryadi menjelaskan terekam percakapan intens dari dua ponsel sesama penghuni rumah tersebut.
Ada komunikasi satu arah antara pemilik ponsel satu ke pemilik ponsel lainnya.
Diduga, anak keluarga tersebut, mendiang Dian Febbyana beberapa kali mengirim pesan ke pamannya, Budiyanto Gunawan namun tidak dibalas.
Chat tersebut berisi luapan emosi negatif yang disampaikan dengan tutur kata tersusun rapi.
Baca juga: Update Keluarga Membusuk di Kalideres: Saat Rahasia Terbongkar, Paman Mohon Tak Dilaporkan ke Polisi
"Di rumah itu hanya ada 2 Hp, tetapi ada komunikasi yang intens antara Hp ini ke Hp ini," beber Hengki dikutip kanal YouTube KOMPASTV, Jumat (25/11/2022).
"Ini intens dan satu arah, jadi tidak dibalas. Dan isinya adalah emosi negatif."
Isi perpesanan tersebut, menurut Hengki, akan menjadi dasar penyelidikan polisi untuk mendapatkan latar belakang korban secara psikologi.
Namun sementara ini, pihak kepolisian dapat menyimpulkan bahwa dari kata-katanya terlihat bahwa korban tersebut berpendidikan.
"Jadi secara psikologis juga akan diteliti kira-kira apa latar belakang dari pada korban ataupun jenazah yang ada di TKP."
"Tapi yang jelas sebagaimana yang kami sampaikan kemarin bahwa dari kata-katanya terlihat ini sangat berpendidikan, diselingi dengan bahasa Inggris."
Tak hanya berisi pesan negatif, polisi juga berhasil melacak kegiatan penjualan barang-barang di rumah yang dilakukan Budiyanto Gunawan.
Baca juga: Temuan Baru 2 Mayat di Jakbar Bikin Geger, Kondisi Membusuk Dikerubungi Belatung, Mirip di Kalideres
Bahkan, pihak kepolisian menemukan bahwa penjualan tersebut dilakukan dengan cara janggal agar pembeli tak perlu masuk ke rumah.
"Dari sini kita ketemu lagi yang lain, dia menghubungi penjual barang," beber Hengki.