Gempa di Cianjur
Ahmad Pingsan Tahu Warkop Berisi Tiga Orang Tersayangnya Lenyap Disapu Longsor saat Gempa Cianjur
Ia tak sadarkan diri lantaran menyadari di dalam warkop itu masih ada tiga orang tersayangnya saat longsor terjadi pada Senin siang itu.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, CIANJUR - Ahmad (50) masih tak menyangka warung kopi miliknya rata dengan tanah ketika tebing tinggi longsor menghantam Jalan Raya Cipanas-Puncak, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, sesaat gempa Cianjur magnitudo 5,6 terjadi pada Senin (21/11/2022) lalu.
Bahkan, ia sampai pingsan saat melihat bangunan warkopnya hanya tersisa gundukan tanah sisa longsoran.
Ia tak sadarkan diri lantaran menyadari di dalam warkop itu masih ada tiga orang tersayangnya saat longsor terjadi pada Senin siang itu.
Pada Senin pagi, Ahmad yang masih berada di warung sempat bercengkerama bersama istrinya Karmila (50) sebelum mengantarkan bekal untuk anaknya bungsunya Siti Nur Kholisah (11).
Bapak anak tiga itu ingat betul dirinya dan sang istri masih sempat membikin bekal berisi nasi dan mie goreng untuk sang buah hati.
Tak cuma itu, Karmila juga menitipkan sejumlah uang untuk jajan anaknya yang bersekolah di pesantren itu.
Baca juga: Ahmad Setia Bertahan di Lokasi Longsor Cianjur Demi Cari Istri dan Anaknya yang Belum Ditemukan
"Terakhir saya komunikasi sama istri mau pergi nganterin anak, masak-masak dulu buat anak, nasinya, mie, telor," kata Ahmad kepada TribunJakarta.com, Minggu (27/11/2022).
"Sama istri ngasih uang jajannya, ini buat di pesantren," sambungnya.
Setelah itu, Ahmad langsung pergi mengantarkan bekal dan berlanjut pulang ke rumahnya di Desa Sarampat untuk bertani.
Saat gempa bumi 5,6 M terjadi, Ahmad baru saja selesai bekerja di sawah dekat rumahnya.
Ketika dirinya sedang bersih-bersih, guncangan hebat dirasakan.
Ahmad buru-buru menyelamatkan diri dari sawah.
Saat itu juga, Ahmad memikirkan bagaimana kondisi warungnya yang pada saat kejadian sedang dihuni istrinya Karmila, anak keduanya Siti Sakinah (21), dan ibundanya Nining (70).
Ahmad baru bisa menuju ke warungnya setelah jalanan tertimbun longsor di Jalan Cipanas-Puncak ditangani petugas.
Dirinya lemas hingga pingsan saat melihat warungnya sudah lenyap disapu tanah longsor.
"Warung sama tanah sudah tertimbun tinggi gitu, sampai saya pingsan. Aparat kemudian menolong saya ke pinggir, saya sampai sadar lagi," katanya.

Kini, sudah tujuh hari berturut-turut sejak Senin hingga hari ini bapak anak tiga itu terus berharap pencarian oleh tim SAR terhadap istri dan buah hatinya bisa segera menemui titik terang.
Empat hari setelah menghilang dalam peristiwa tanah longsor Senin lalu, Nining ditemukan tak bernyawa di area pencarian dekat Warung Sate Shinta, Kamis (24/11/2022).
"Ibu saya ketemunya sudah jauh dari titik longsoran warung. Jenazahnya ditemukan di dekat kali," kata Ahmad.
Proses identifikasi jenazah Nining di RSUD Sayang Cianjur tak berlangsung lama karena Ahmad sudah memberitahukan ciri-ciri ibundanya itu kepada dokter.
Setelah teridentifikasi, Nining dimakamkan di kampung halamannya di Desa Sarampat, Kecamatan Cugenang, Cianjur yang terdampak gempa paling parah.
Selesai hari Kamis, Ahmad kembali ke Jalan Raya Cipanas-Puncak untuk mencari anggota keluarganya yang lain.
Pasalnya, dari puluhan jenazah yang sudah dibawa ke RSUD Sayang, belum ada satupun yang menunjukkan ciri-ciri istrinya maupun anaknya.
"Tiap hari saya mondar mandir, saya ke sini (lokasi longsor) terus susul ke rumah sakit. Udah di rumah sakit udah simpen data-datanya istri anak, ibu," ucap Ahmad.
"Alhamdulillah ibu sudah ketemu, tinggal istri dan anak saya," sambung dia.
Baca juga: Warga Terdampak Angin Puting Beliung di Jelambar Diminta Pindah Rumah dan Diberi Uang Kerohiman
Bagi Ahmad, kematian adalah kehendak Yang Maha Kuasa.
Tujuannya bertahan, datang setiap hari ke lokasi longsor Cianjur bukan berarti tidak terima takdir yang ditetapkan Tuhan.
Ia hanya ingin memastikan semua korban sudah ditemukan dari area longsor Cianjur dan istri beserta anaknya bisa segera diidentifikasi.
"Dari hari Senin sudah di sini, setiap hari saya ke sini, kadang kala tidur di tenda. Sudah tujuh hari bertahan di sini," ucapnya.
"Bukannya saya nggak rela diambil sama Allah, karena nyawa itu takdir Allah. Tapi kalo saya nggak ada di sini gimana keluarga," tutupnya.