Gempa di Cianjur
Kisah Relawan SAR Tertua Gempa Cianjur Masih Berani Terjun ke Lokasi Longsor Demi Kemanusiaan
Mengenakan helm berwarna senada serta sarung tangan putih, Supriyanta sibuk mencatat jumlah korban yang ditemukan dari lokasi longsor.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, CIANJUR - Namanya Supriyanta, usianya sudah 55 tahun.
Warga Bantul, Yogyakarta ini terlihat sibuk memantau jalannya operasi SAR gabungan di area longsor dari Jalan Raya Cipanas-Puncak, Cianjur, Jawa Barat.
Sisa-sisa lumpur tampak di seragam oranye pemberian Badan SAR Nasional yang dikenakannya.
Mengenakan helm berwarna senada serta sarung tangan putih, Supriyanta sibuk mencatat jumlah korban yang ditemukan dari lokasi longsor pada secarik kertas.
Supriyanta ialah satu dari ribuan relawan potensi SAR yang terlibat langsung dalam operasi SAR pencarian korban gempa dan longsor Cianjur.
Ia tergabung dalam relawan SAR Semesta, yang berangkat pada Senin (21/11/2022) malam lalu dari Bantul ke Cianjur.
Baca juga: Kondisi Cuaca hingga Gempa Susulan Jadi Kendala Tim SAR dalam Pencarian Korban di Cianjur
"Saya ke sini berangkat Senin malam dari Jogja, Rabu pagi ikut operasi SAR. Saya berangkat bersama relawan SAR Semesta, kami tujuh orang, empat medis, tiga ikut operasi SAR, termasuk saya," kata Supriyanta, Minggu (27/11/2022).
Dari tujuh orang yang datang ke lokasi gempa Cianjur, Supriyanta menjadi yang tertua sekaligus mentor relawan SAR Semesta.
Supriyanta terjun langsung ke jurang area longsoran pada hari ketiga operasi SAR.
Ia menyaksikan dan membantu langsung pencarian korban yang sudah tertimbun longsoran terutama di titik yang berdekatan dengan Warung Sate Shinta.
"Saya terjun ke bawah, di lokasi itu, karena ini longsoran, tanahnya sangat labil," katanya.

Sudah tahu area longsor membahayakan, Supriyanta tetap berani menantang maut.
Nyatanya, tekad kuat untuk membantu sesama udah tertanam dari dalam dirinya sejak masih anak-anak.
Puluhan tahun silam, Supriyanta pernah ikut sebagai anggota Pramuka, dan sejak 2017 secara resmi dirinya tergabung ke dalam relawan SAR Semesta.
Bahaya di lokasi bencana tidak lagi menghalangi niatnya.
Keyakinan dalam diri Supriyanta, jika ia tulus terjun membantu sesama, Tuhan tidak akan pernah meninggalkannya.
"Saya berangkat dari nilai kemanusiaan. Meskipun kami tidak punya materi, tapi punya tenaga untuk membantu orang lain," tegasnya.
Dari ribuan relawan potensi SAR yang terlibat pencarian korban di lokasi longsor Cianjur, bisa jadi Supriyanta yang tertua.

Namun, meski usianya sudah setengah abad, Supriyanta masih punya tenaga berjalan ke sana ke mari di area longsoran bersama tim SAR gabungan.
"Saya paling tua dari sekian banyak pengikut operasi SAR. Usia sudah 55 tahun," kata dia.
Meski secara naluri ada sedikit rasa takut, Supriyanta tetap menguatkan dirinya untuk terus bergerak membantu sesama.
Rasa takut itu lenyap disapu pengalaman dan keyakinan Supriyanta bahwa apa yang dilakukannya adalah manfaat besar bagi sesama.
"Karena SAR itu langsung ke titik pencarisn dan pertolongan, saya lebih spesifik ke operasi SAR dan secara naluri tetap ada (ketakutan)," ucap dia.
"Tapi ada SOP yang kita ikuti, APD, cara masuk ke lokasi, cara kita beraktivitas, dan lain-lain. Jadi kita yakin dan berserah kepada Tuhan," tegasnya.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News