Pembunuhan Sopir Taksi Online

Kebaikan Sopir Taksi Online di Depok Malah Disalahgunakan, Anggota Densus 88 Panik saat Bunuh Korban

'Bang saya gak punya uang, antarkan saya ke tempat tujuan' kata Bripka HS yang sudah niat rampok sopir taksi online di Depok.

Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Yogi Jakarta
KOMPAS.com/M Chaerul Halim
Ngaku tak punya uang, Bripda HS tiba-tiba masuk ke mobil sopir taksi online lalu minta diantarkan ke suatu tempat. Namun Bripda HS rupanya sudah memiliki niat jahat kepada korban. Di perjalanan, Bripda HS melakukan percobaan perampokan kepada korban. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Kebaikan yang dilakukan seorang sopir taksi online di Depok malah disalahgunakan seorang Anggota Densus 88 Bripda Haris Sitanggang alias Bripda HS.

Sopir taksi online berinisial SRT (59) sudah baik mau mengantarkan Bripda HS yang mengaku tak memiliki uang saat naik ke mobil korban.

Ngaku tak punya uang, Bripda HS tiba-tiba masuk ke mobil korban lalu minta diantarkan ke suatu tempat.

Namun Bripda HS rupanya sudah memiliki niat jahat kepada korban. Di perjalanan, Bripda HS melakukan percobaan perampokan kepada korban.

Aksi percobaan perampokan itu berujung dengan tewasnya korban dengan bersimbah darah.

SRT ditemukan tewas bersimbah darah di dalam mobil di Perumahan Bukit Cengkeh I, Cimanggis, Depok, Senin (23/1/2023) sekira sebelum subuh.

Dikatakan kuasa hukum keluarga korban, Jundri R, Betutu, pelaku diduga sudah merencanakan pembunuhan sejak, Jumat (20/1/2023) atau tiga hari sebelum kejadian.

Baca juga: Paniknya Anggota Densus 88 Bunuh Sopir Taksi Online di Depok: Gagal Merampok dan KTA Tertinggal

"Jadi informasi yang kami peroleh bahwa pelaku ini memang sudah mempersiapkan mulai dari hari Jumat dia sudah mengintai. Kemudian baru lah klien kami ini kemudian sudah ditakdirkan oleh Tuhan sehingga umurnya hanya di situ, begitu," kata Jundri di Polda Metro Jaya, Selasa (7/2/2023).

Motifnya, jelas Jundri, pelaku ingin merampas mobil korban.

"Motifnya yang pasti bahwa berdasarkan informasi penyidik disampaikan motifnya memang niat untuk mencuri kendaraan," ucap dia.

Berdasarkan analisa Jundri, pelaku mulanya memesan taksi online dari kawasan Semanggi, Jakarta Selatan, tanpa menggunakan aplikasi.

"Nah kemudian memang dia tidak mempunyai uang. Si pelaku ini memang sudah menyampaikan 'bang saya tidak punya uang, antarkan saya ke tempat tujuan'. Kira-kira begitu," ungkap dia.

Keluarga sopir taksi online SRT (59) yang menjadi korban pembunuhan anggota Densus 88 Antiteror Polri di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, mendatangi Polda Metro Jaya, Selasa (7/2/2023).
Keluarga sopir taksi online SRT (59) yang menjadi korban pembunuhan anggota Densus 88 Antiteror Polri di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, mendatangi Polda Metro Jaya, Selasa (7/2/2023). (TribunJakarta.com/Annas Furqon Hakim)

Ia menyebut korban dikenal sebagai pribadi yang baik sehingga mau mengantarkan pelaku ke tempat tujuan meski mengaku tak memiliki uang.

"Ya sudah diantar lah begitu. Tapi ternyata itu hanyalah modus untuk menghilangkan jejak dia," ungkap Jundri.

Namun korban rupanya melawan ketika Bripda HS melakukan kejahatan tersebut.

Hal itu yang kemudian membuat Bripda HS panik aksinya bakal terbongkar.

"Jadi karena dia melawan, kemudian si korban ini masih sadarkan diri. Dia berusaha untuk melempar itu si pelaku kemudian barang-barang itu tertinggal,"

"Makanya barang si pelaku itu masih tertinggal di dalam mobil," kata Jundri.

Jundri merincikan, barang-barang pelaku yang tertinggal di mobil korban di antaranya yaitu Kartu Tanda Anggota (KTA) Densus 88, pisau, dan tas ransel.

"Iya termasuk kartunya identitas itu lah semuanya, sama dompetnya. Kemudian pisaunya, kemudian tas ransel, dan tasnya itu juga termasuk bukan tas ransel yang murah dalam keterangan ini ya, memang lumayan lah (harganya), begitu," ungkap dia.

Baca juga: Sopir Taksi Online Tewas di Depok Dibunuh Anggota Densus 88, Keluarga Sebut Pembunuhan Berencana

KTA Bripda HS yang tertinggal di mobil menjadi petunjuk polisi untuk melakukan penyelidikan hingga menangkap pelaku.

Jundri juga mengatakan, pelaku mencoba merampas kendaraan korban. Namun, korban sempat melakukan perlawanan.

"Tetapi si korban ini melawan, jadi kalau TKP yang ditunjukkan kepada kami sesuai dengan lapangan, itu berada di Jalan Nusantara. Nah tetapi kami sudah menelusuri, mayat atau korban itu memang di Jalan Nusantara," kata Jundri.

Namun, duel antara pelaku dan korban di dalam mobil terjadi di Jalan Banjarmasin.

Berdasarkan keterangan sejumlah warga di TKP, jelas Jundri, korban sempat berteriak dan membunyikan klakson.

Namun, warga mengira SRT mengemudikan kendaraannya dalam kondisi mabuk.

TKP pembunuhan sopir taksi online di Perumahan Bukit Cengkeh I, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Senin (23/1/2023).
TKP pembunuhan sopir taksi online di Perumahan Bukit Cengkeh I, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Senin (23/1/2023). (Kolase Foto Tribun Jakarta)

"Korban ini kemudian melawan. Dia teriak-teriak kemudian membunyikan klakson. Karena tidak berhenti, kemudian beberapa warga itu memang keluar, dia mengira ini hanya orang mabuk," ungkap Jundri.

"Tetapi dari Jalan Banjarmasin itu mereka melihat adanya suatu mobil yang sudah mulai bergoyang-goyang," tambahnya.

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved