Sisi Lain metropolitan

Cerita Herman Kabur dari Malaysia Lewat Hutan, Kini Jadi Penjual Nasi Goreng Tersohor di Jaktim

Sejak tahun 2020 lalu, Herman sudah berjualan nasi goreng mangkal di kawasan Bambu Apus, Jakarta Timur.

Nur Indah Farrah Audina/TribunJakarta.com
Suhermanto (37), penjual nasi goreng yang ada di Jalan Mini III, Bambu Apus, Jakarta Timur, Jumat (18/2/2023) malam. (2) 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Pengalaman Suhermanto (37) menyusuri hutan demi kabur dari Malaysia tak dimiliki banyak orang. Ia menceritakannya sebagai pengalaman pahit yang menjadi bagian dari perjalanan hidupnya.

Pria yang merupakan penjual nasi goreng di Jalan Mini III, Bambu Apus, Jakarta Timur itu bekas tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia.

Kepada TribunJakarta.com, ia bercerita sempat mengadu nasib di negeri Jiran itu pada tahun 2004 lalu.

"Iya benar saya pernah ke Malaysia dulu di tahun 2004. Itu baru lulus sekolah langsung ngadu nasib nekat jadi TKI. Saya ikut yang resmi," katanya saat dihubungi TribunJakarta.com, Sabtu (18/2/2023).

Bapak dua anak yang karib disapa Herman ini mengatakan ke Malaysia melalui Kalimantan.

Ia sempat singgah di Kalimantan cukup lama sampai semua persyaratan kerja di luar negeri beres.

Alhasil di akhir tahun 2004 ia berhasil kerja di sebuah pabrik makanan di Malaysia.

"Saya kerja di pabrik bihun. Zamannya UMR masih Rp1,5 juta. Jadi hitungannya masih murah gaji di sana. Gaji saya kerja 8 jam itu sekitar 8 ringgit," lanjutnya.

Baca juga: Penuhi Warung Bakso, Cara TKI Lepas Kerinduan Saat Rayakan Lebaran di Negeri Orang

Kata dia selama bekerja di luar negeri ia tak pernah mengirimi keluarganya uang hasil keringatnya.

Gaji yang dinilainya kecil hanya cukup untuk kehidupannya di sana.

Hingga akhirnya ia nekat kabur bersama teman-temannya.

"Tertekan sih engga tapi ga sebanding sama gaji aja. Saya kabur lewat hutan karena gak kuat gajinya kecil dan ga sesuai sama kerjaan," ungkapnya.

"Saya kabur bareng 10 orang lain lewat hutan. Kami jalan kaki sekitar 5 jam. Jadi di tahun itu hal biasa pekerja kabur. Habis gajian saya langsung kabur lewat hutan," tambahnya.

Suhermanto (37), penjual nasi goreng yang ada di Jalan Mini III, Bambu Apus.
Suhermanto (37), penjual nasi goreng yang ada di Jalan Mini III, Bambu Apus, Jakarta Timur, Jumat (18/2/2023) malam.

Berbekal uang yang dia punya akhirnya ia bisa selamat sampai Jakarta melalui jalur darat.

Begitu tiba di Jakarta ia pun langsung bekerja sebagai karyawan di sebuah warung pecel ayam.

"Alhamdulillah langsung dapat kerja lagi. Apa aja saya lakoni sampai akhirnya bantuin orang jualan pecel ayam sembari belajar usaha mandiri tuh seperti apa," paparnya.

Jualan Nasi Goreng Setelah Kena PHK

Sejak tahun 2020 lalu, Herman sudah berjualan nasi goreng mangkal di kawasan Bambu Apus, Jakarta Timur.

Selepas magrib, ia mulai memasang tenda dan memarkirkan gerobaknya di lokasi ini untuk memulai berjualan.

Dibantu sang istri, ia terlihat cekatan dan cepat membuatkan pesanan para pelanggannya.

Sejumlah pembeli bisa dikatakan sebagai 'pelanggan' lantaran nasi goreng bapak dua anak ini cukup tersohor di kawasan Bambu Apus.

Apalagi dulunya ia memang seorang juru masak di sebuah usaha makanan yang ada di dalam mal.

"Di sini dari pandemi, mau gak mau buka usaha karena saya kerja ikut orang usahanya gulung tikar," katanya kepada TribunJakarta.com, Jumat (17/2/2023).

Suhermanto (37), penjual nasi goreng yang ada di Jalan Mini III, Bambu Apus. (1)
Suhermanto (37), penjual nasi goreng yang ada di Jalan Mini III, Bambu Apus, Jakarta Timur, Jumat (18/2/2023) malam. (1)

Mulanya ia tak pernah menyangka bila usaha yang dimiliki bosnya itu bakal gulung tikar.

Pasalnya ayam bakar madu milik bosnya itu menjadi favorit sejumlah pengunjung mal yang datang.

"Saya kerja itu dari tahun 2009 sampai 2020. Ayam bakar madunya kan terkenal jadi banyak dicari orang. Cuma memang terdampak pandemi aja usahanya. Mal sepi jadi pembelinya juga gak ada," lanjutnya.

Setelah berhenti dari pekerjaannya, ia mengaku sempat kebingungan untuk melanjutkan semuanya.

Dua anak dan satu istrinya perlu dinafkahi sementara pekerjaan tak ada. Kondisi pandemi membuatnya terpaksa memulangkan sang istri dan anak-anaknya ke kampung halaman di Brebes.

"Biaya hidup di kampung lebih murah kan. Jadi buat minimalisir pengeluaran aja selama saya cari kerja lagi," paparnya.

Berbulan-bulan sudah terlewati. Namun kabar baik soal pekerjaan belum jua terdengar.

Suhermanto (37), penjual nasi goreng yang ada di Jalan Mini III, Bambu Apus. (2)
Suhermanto (37), penjual nasi goreng yang ada di Jalan Mini III, Bambu Apus, Jakarta Timur, Jumat (18/2/2023) malam. (2)

"Pusing" menjadi kalimat yang terucap untuk menggambarkan kondisinya saat itu.

"Istri dan anak di kampung juga butuh makan kan. Akhirnya perabotan yang ada di rumah dijualin. Sebisa mungkin istri sama anak tetap bisa makan. Alhamdulillahnya istri ngerti kondisi sayaa saat itu," ungkapnya.

Beruntungnya, saat itu sang mertua memberinya uang modal untuk usaha sebesar Rp 2 juta.

Dengan wajah kegirangan ia langsung berpikir untuk berjualan nasi goreng.

Apalagi ia memang sudah memiliki gerobak yang dulu pernah dibelinya untuk persiapan usaha mandiri.

"Untungnya dulu sempat mikir pengin buka usaha sendiri, jadi mulai nyicil beli barang dan masih kesisa gerobak. Itu saya gunain dan mulai dagang. Alhamdulillah sekarang udah banyak dikenal dan banyak langganan. Jadi istri sama anak bisa tinggal bareng saya lagi di sini," pungkasnya.

Untuk saat ini, Herman menjual satu porsi nasi goreng, kwetiau hingga mi goreng seharga Rp14 ribu.

Dengan harga tersebut, pembelinya sudah bisa menikmati masakan buatannya lengkap dengan toping ati ampela, sosis, bakso dan telur.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved