Enggan Lebaran di Tenda, Warga Gusuran JIS Minta Tempati Kampung Susun Bayam Sebelum Idulfitri
Warga korban gusuran megaproyek JIS meminta segera diberikan kesempatan menempati Kampung Susun Bayam sebelum Idulfitri.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, TANJUNG PRIOK - Warga korban gusuran megaproyek Jakarta International Stadium (JIS) meminta segera diberikan kesempatan menempati Kampung Susun Bayam sebelum Idulfitri.
Mereka enggan merayakan Hari Raya Lebaran di dalam tenda kumuh yang kini masih menjadi tempat tinggal sekitar 5 KK eks warga Kampung Bayam.
Astuti (38) mendesak Pemprov DKI Jakarta dan PT Jakarta Propertindo (JakPro) untuk segera memastikan kapan warga bisa menempati Kampung Susun Bayam.
Apalagi, dua bulan lagi mereka akan memperingati Idulfitri 1443 H.
"Harapan kami bisa segera masuk (Kampung Susun Bayam) sebelum lebaran Idulfitri," kata Astuti di lokasi, Selasa (21/2/2023).
Baca juga: 4 Bulan Bertahan di Tenda Demi Huni Kampung Susun Bayam, Warga Gusuran JIS Sering Sakit-sakitan
"Masa kita mau tidur di jalan, lebaran di tenda begini?," ucapnya lagi.
Terkini, warga gusuran JIS masih terus menagih janji pemerintah yang akan menempatkan mereka di hunian rusun megah itu.
Warga, kata Astuti, merasa diberikan harapan palsu karena jadwal penempatan hunian itu terus-terusan diulur.
Padahal, warga sudah diberikan nomor unit dan blok tempat mereka tinggal nantinya.
"Semua janji-jani yang diberikan nggak ada yang benar. Kita di-PHP-in terus ini, nggak ada kejelasan," katanya.
Sakit-sakitan Tinggal di Tenda

Astuti juga mengatakan bahwa warga sering sakit-sakitan ketika hampir empat bulan belakangan bertahan hidup dalam tenda alakadarnya.
Kondisi tenda yang sempit dan kumuh tak pelak membuat kesehatan warga yang tinggal di dalamnya tidak terjamin.
"Ini aja saya lagi masuk angin. Sakit rakyat miskin kan begini, masuk angin sama berak-berak," kata Astuti.
Menurut Astuti, kesehatan warga di dalam tenda sangat tidak terjamin lantaran setiap hari selalu terpapar polusi udara.
Belum lagi di tengah musim hujan, di mana kebocoran tenda sering terjadi sehingga membuat bagian dalamnya kotor.
"Karena polusi udaranya kan parah di sini, becek juga jadinya tenda kita kan," ucap Astuti.
Astuti juga menyinggung sulitnya menjaga kebersihan diri selama tinggal di tenda sejak November 2022.
Bahkan, dirinya dan beberapa warga lain sering tidak mandi karena keberadaan kamar mandi terbatas.
"Ya jadi sering nggak mandi. Ini sudah dua hari saya belum mandi. Kita kalo mau bersih-bersih kan ngambil air dari sumur PJKA, itu juga airnya kumuh, nggak bening," ucapnya.
Adapun tenda biru nan lusuh yang masih ditempati warga bekas gusuran Kampung Bayam itu berada di sisi utara Jakarta International Stadium, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Letaknya tepat di depan gerbang masuk Kampung Susun Bayam, hanya sekitar 100 meter dari bangunan rumah susun yang berdiri megah di samping JIS itu.
Sebagai gambaran, posisi gerbang Kampung Susun Bayam tempat didirikannya tenda itu hanya sepelemparan batu dari rel kereta.

Otomatis, warga yang bertahan di tenda seringkali tidak bisa tidur nyenyak lantaran dihantui hingar bingar suara kereta dan kendaraan lain yang melintas.
Selasa (21/2/2023) siang menjelang sore, tampak beberapa warga, orang dewasa maupun anak-anak berkumpul di bawah tenda tersebut.
Mereka bersyukur masih bisa berteduh dari teriknya matahari, meski tak bisa lepas dari terjangan debu-debu jalan.
Bau tidak sedap yang tercium dari dalam tenda juga tak lagi dihiraukan.
Kondisi kumuh nan memprihatinkan ini sudah menjadi makanan sehari-hari warga yang bertahan di tenda itu.
Informasi terbaru, tersisa 5 KK dengan total sekitar 20 jiwa yang masih bertahan di tenda.
Ratusan warga eks gusuran Kampung Bayam lainnya yang tidak kuat bertahan hidup di tenda memilih tinggal di kontrakan.
Total ada 123 KK yang terdata sebagai penghuni Kampung Susun Bayam dan semuanya menagih janji JakPro untuk bisa menempati unit hunian mereka masing-masing.
Sembari menunggu kepastian, sebagian besar yang sempat tinggal di tenda akhirnya beranjak mencari kontrakan.
Baca juga: Warga Kampung Bayam Korban Gusuran JIS Kembali Demo di Balai Kota Sampaikan Empat Tuntutan
Sisanya, 5 KK tadi, harus terus bertahan di tenda karena tak punya rejeki lebih untuk tidur di kontrakan.
Salah satunya Suhandi (66), warga Kampung Bayam yang terdampak gusuran megaproyek JIS.
Sejak November 2022 hingga hari ini, Suhandi bertahan di tenda sebagai bentuk penagihan janji kepada JakPro.
"Sudah tiga bulan setengah bertahan di sini. Alasan bertahan di tenda kan karena kita nggak dikasih pindah ke sana (Kampung Susun Bayam," tutur Suhandi kepada wartawan.
Suhandi kebingungan.
Meski surat keputusan penempatan unit sudah digenggam, begitupun nomor dan blok rusun, tapi hingga kini warga sama sekali belum diberikan kesempatan menempati hunian yang dijanjikan kepada mereka.
Ia pun mengungkapkan bahwa polemik penentuan tarif sewa membuat jadwal penempatan Kampung Susun Bayam diulur lagi.
"Kalo buat kita tarif semampu kita. Dia (JakPro) minta kan awal Rp 1,5 juta biaya sewa, terus turun Rp 750 ribu. Lansia khusus di lantai 2, ternyata lansia yang biaya sewanya paling besar," kata Suhandi.
"Kita maunya ya disamain kayak rusun lainnya aja, kayak Kampung Susun Akuarium, paling mahal ya Rp 300 ribu lah," sambungnya.
Selama hampir empat bulan tinggal di dalam tenda alakadarnya, kehidupan Suhandi dan warga lainnya pun terbilang miris.
Mereka harus tidur himpit-himpitan, merasakan panas serta hujan, hingga bisingnya jalanan.
Karenanya, Suhandi berharap pemerintah membuka mata dan memperhatikan warga kecil yang terzolimi.
Ia meminta warga bekas gusuran proyek JIS bisa segera menempati unit hunian mereka masing-masing di Kampung Susun Bayam.
"Untuk pemerintah kalau bisa bijaksana tolong lah sama rakyatnya yang kecil, kasihan lah sama kita-kita orang kita tidur di jalanan begini, kehujanan, keanginan kebocoran," kata Suhandi.
"Jangan sampai yang gede aja yang banyak duitnya dikasihani, disayangi, yang kecil yang harus disayangi," tutupnya.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.