Deretan Masjid Ini Cocok Jadi Lokasi Wisata Religi Saat Ramadan, Bangunannya Unik dan Bersejarah

Deretan Masjid Unik Ini Cocok Jadi Lokasi Wisata Religi Saat Ramadan, Salah Satunya Mirip Taj Mahal

|
Tribunjakarta.com/Afriyani Garnis
Ilustrasi masjid - Deretan masjid unik dan memiliki nilai sejarah di sekitar Jakarta ini cocok jadi destinasi wisata religi saat Ramadan 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Inilah deretan masjid unik di Jakarta yang cocok jadi lokasi wisata religi saat Ramadan.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk mayoritas beragama Islam.

Tidak heran, menemukan lokasi masjid bukan hal yang sulit terutama bila di Jakarta dan sekitarnya.

Kamu tidak perlu menempuh jarak jauh, karena hampir di setiap wilayah terdapat masjid-masjid yang indah.

Nah diantara banyaknya masjid di sekitaran Jakarta, ada juga beberapa yang memiliki nilai sejarah atau bangunan yang unik.

Baca juga: Daftar Kegiatan Masjid Istiqlal Selama Ramadan 1444 Hijriah, Ada Buka Puasa Hingga Sahur Bersama

Masjid-masjid ini tidak hanya sekedar nyaman untuk beribadah, namun juga cocok menjadi lokasi wisata religi jika Kamu berada di sekitar Jakarta.

1. Masjid Istiqlal

Antrean Jemaah Masjid Istiqlal, Sawah Besar, Jakarta Pusat, pada Rabu (22/8/2018) yang masuk harus melewati pemeriksaan melalui metal detector. TRIBUNJAKARTA.COM/SUCI FEBRIASTUTI
Masjid Istiqlal, Sawah Besar, Jakarta Pusat, pada Rabu (22/8/2018). TRIBUNJAKARTA.COM/SUCI FEBRIASTUTI (TRIBUNJAKARTA.COM/SUCI FEBRIASTUTI)

Masjid Istiqlal, berlokasi di Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Masjid ini merupakan masjid megah yang lokasinya tidak jauh dari Monas.

Biasanya, tokoh-tokoh kenegaraan juga melaksanakan salat di sini pada waktu-waktu tertentu.

Misalnya saat momen Idul Fitri. Setiap tahun, salat Idul Fitri di Masjid Istiqlal juga dihadiri oleh tokoh-tokoh penting, termaksud Presiden Republik Indonesia.

Selain itu, masjid ini juga erat kaitannya dengan kemerdekaan Indonesia.

Dalam sejarahnya, ide pembuatan masjid Istiqlal tercetus usai kemerdekaan tahun 1945.

Dimana kala itu, Menteri Agama RI pertama yakni KH Wahid Hasyim mengusulkan pembangunan masjid yang dapat menjadi kebanggaan warga dan juga simbol bagi Indonesia.

Dikutip dari laman resmi Masjid Istiqlal, awalnya dibentuk Yayasan Masjid Istiqlal untuk mewujudkan pembangunan tersebut.

Rencana pembangunan ini pun disambut hangat oleh Presiden pertama RI Soekarno.

Awalnya, pemancangan tiang pertama dilakukan langsung oleh Presiden Soekarno pada momen Maaulid Nabi Muhammad SAW di hadapan ribuan umat Islam 24 Agustus 1961.

Namun masjid ini baru bisa diresmikan penggunaannya pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto pada 22 Februari 1978.

Berdiri megah, masjid ini didesain untuk menjadi kebanggaan dan juga simbol Indonesia.

Bulan bintang yang diletakan di atas kubah besar masjid, memiliki tinggi 17 meter yang melambangkan kemerdekaan Indonesia di tanggal 17 Agustus 1945.

Sementara untuk kubah-kubah kecilnya memiliki garis tengah sepanjang 8 meter yang merupakan simbol dari bulan kemerdekaan Indonesia.

Sedangkan kubah besar di tengahnya memiliki diameter 45 meter yang merupakan lambang dari tahun kemerdekaan Indonesia.

Di lantai utama, terdapat 12 pilar yang menopang Masjid Istiqlal. 12 pilar ini adalah simbol dari tanggal lahirnya Nabi Muhammad yakni 12 Rabiul Awal.

Istiqlal memiliki satu menara yang merupakan simbol bahwa tuhan hanyalah satu, Allah, dengan tinggi menara 6.666 meter yang diambil dari jumlah ayat Al quran.

Desain Masjid Istiqlal bergaya arsitektur Islam modern internasional.

Masjid Istiqlal juga dilengkapi dengan 5 lantai yang merupakan simbol dari 5 rukun Islam, 5 waktu salat, dan 5 sila Pancasila.

2. Masjid Babah Akun Desari

Masjid Babah Alun Desari, masjid unik dengan bangunan bernuansa oriental. Arsitekturnya diambil dari akulturasi 3 budaya, yakni budaya Tionghoa, Arab, dan Betawi sebagai simbol keberagaman.
Masjid Babah Alun Desari, masjid unik dengan bangunan bernuansa oriental. Arsitekturnya diambil dari akulturasi 3 budaya, yakni budaya Tionghoa, Arab, dan Betawi sebagai simbol keberagaman. (TRIBUNJAKARTA.COM/PEBBY ADE LIANA)

Masjid Babah Alun adalah satu dari beberapa masjid unik di Jakarta.

Mengapa unik, karena amsjid ini dibangun dengan konsep sentuhan oriental yang berbeda daripada masjid kebanyakan.

Lokasinya ada di Tol Depok-Antasari, tepatnya tak jauh dari Gerbang Tol Cilandak Utama, Jakarta Selatan.

Kalau dilihat sekilas, Masjid Babah Alun Desari mirip seperti kuil atau klenteng.

Hanya saja, bangunan ini memiliki kubah yang menjadi cirikhas dari masjid pada umumnya.

Bernuansa merah, amsjid ini kental dengan budaya Tionghoa.

Walau begitu, Masjid Babah Alun menggambarkan keberagaman di Indonesia.

Masjid ini didirikan oleh pengusaha infrastruktur sukses dari Indonesia berdarah Tionghoa, Jusuf Hamka.

Arsitektur masjid Babah Alun dibuat dengan akulturasi 3 budaya. Diantaranya budaya Tionghoa, budaya Arab dan budaya Betawi.

Baca juga: Nuansa Pilu Tarawih Hari Pertama Korban Kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Khotib Ingatkan Takdir

Budaya islami dituangkan lewat kubah yang dilengkapi kaligrafi Asmaul Husna pada bagian dalam masjid. 

Kaligrafi-kaligrafi Asmaul Husna di bagian kubah juga ditulis dengan terjemahan Bahasa Mandarin untuk menggambarkan keberagaman.

Selain itu, kombinasi kaligrafi dengan tulisan mandarin tersebut sekaligus untuk memudahkan para mualaf keturunan Tionghoa dalam mempelajari Asmaul Husna.

3. Masjid Cut Meutia

Wisata religi di Jakarta, bisa berkunjung ke Masjid Cut Meutia. Masjid ini adalah salah satu masjid bersejarah di Jakarta Pusat.
Wisata religi di Jakarta, bisa berkunjung ke Masjid Cut Meutia. Masjid ini adalah salah satu masjid bersejarah di Jakarta Pusat. (TRIBUNJAKARTA.COM/PEBBY ADHE LIANA)

Konon, bangunan Masjid Cut Meutia dibangun sejak zaman kolonial Belanda.

Masjid ini berlokasi di Jalan Taman Cut Mutia No.1, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.

Dalam sejarahnya, sebenarnya bangunan ini bukan dibangun untuk difungsikan sebagai masjid.

Oleh sebab itu, secara arsitektur bangunan Masjid Cut Meutia unik dan berbeda dengan masjid lainnya.

Memiliki atap tinggi menjulang, menjadi salah satu ciri khas bangunan tua yang sudah dibangun era Belanda.

Sebelum berubah menjadi masjid, dahulu gedung ini adalah kantor biro arsitek NV. De Bouwploeg, yakni perusahaan yang melakukan pembangunan kawasan Nieuw-Gondangdia yang kemudian berubah menjadi Menteng tahun 1879-1955.

Gedung ini dirancang sendiri oleh Direktur perusahaan yang bernama Pieter Adriaan Jacobus Moojen (P.A.J Moojen).

Selain itu, gedung ini juga sempat beberapa kali beralih fungsi.

Di antaranya pernah menjadi kantor pos, kantor Jawatan Kereta Api, hingga dimanfaatkan oleh Dinas Perumahan di tahun 1957 hingga 1964.

Di tahun 1964-1970, sebenarnya gedung ini juga pernah difungsikan sebagai kantor sekretariat DPRD - GR dan MPRS yang diketuai oleh Jendral A.H. Nasution.

Ketika dipindahkan ke Senayan dan menjadi MPR, bangunan ini nyaris dirobohkan.

Namun Jendral Nasution kala itu mengusulkan agar bangunan ini dilestarikan dan difungsikan sebagai tempat ibadah.

Setelah itu, barulah di tahun 1987 bangunan ini resmi menjadi Masjid tingkat Provinsi.

Jika biasanya bangunan masjid tampak mencolok dengan kubahnya, Masjid Cut Meutia tampak seperti bangunan tua bergaya eropa dengan atap yang tinggi menjulang.

Mihrab masjid ini juga tak terletak pada tengah-tengah saf seperti umumnya.

Tetapi, terletak di sisi kiri saf. Sebab, saf salat di masjid ini sedikit miring 15 derajat dari arah bangunan.

Menurut pengurus Masjid, hal ini karena dahulu bangunan ini dibangun bukan didesain untuk dijadikan masjid.

Sehingga ketika difungsikan sebagai masjid, maka arah kiblat menjadi tidak searah dengan arah bangunan.

4. Masjid Ramlie Musofa

Masjid Ramlie Musofa di Sunter, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jum'at (10/5/2019). 
   
Masjid Ramlie Musofa di Sunter, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jum'at (10/5/2019).      (TRIBUNJAKARTA.COM/AFRIYANI GARNIS)

Masjid Ramlie Musofa, berlokasi di Sunter, Jakarta Utara.

Memiliki arsitektur yang megah dan indah, masjid ini juga disebut-sebut sebagai Taj Mahalnya Jakarta.

Masjid Ramlie Musofa dibangun karena terinspirasi dari kisah Taj Mahal yang merupakan lambang cinta dari seorang raja terhadap istrinya.

Masjid ini, dibangun oleh Haji Ramli Rasidin yang merupakan seorang mualaf.

Diharapkan, bisa menjadi sebuah pembuktian cinta sang pemilik kepada Allah, kepada agama Islam, dan juga kepada keluarganya.

Nama Ramlie Musofa juga diambil dari singkatan nama sang pemilik yakni Ramli, istrinya Lie, dan anak-anaknya yaitu Muhammad, Sofian, dan Fabian.

Masjid ini diresmikan pada tahun 2016 dan terletak persis di sebrang waduk Sunter.

Bangunannya berdiri megah. Masjid ini, dilengkapi dengan hiasan berupa kaligrafi ayat-ayat Alquran.

Menariknya, ayat tersebut ditulis dalam 3 bahasa. Bahasa Arab, Mandarin, dan Bahasa Indonesia.

Pada April 2021 lalu, TribunJakarta.com pernah menuliskan penulisan ayat suci Alquran dalam 3 bahasa itu, menjadi simbol toleransi dari Masjid Ramlie Musofa.  

5. Masjid Lautze

Masjid Lautze di kawasan Karang Anyar, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Rabu (15/5/2019).
Masjid Lautze di kawasan Karang Anyar, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Rabu (15/5/2019). (TribunJakarta/Dionisius Arya Bima Suci)

Masjid yang satu ini juga berlokasi di Jakarta Pusat.

Mengapa unik, karena Masjid Lautze berbeda dari masjid pada umumnya.

Bangunan masjid ini tak memiliki kubah, ataupun lambang-lambang islami lainnya.

Kalau dilihat sekilas, bangunannya tampak lebih mirip ruko dengan bangunan khas Chinese.

Hanya saja, ada sebuah papan nama yang menjelaskan bahwa bangunan ini ternyata adalah masjid.

"Masjid Lautze, Haji Karim Oei," tulisannya.

Walau begitu, Masjid Lautze menjadi saksi dari banyaknya non Muslim yang tertarik dengan keindahan agama Islam.

Masjid ini sudah cukup terkenal di kalangan keturunan Tionghoa.

Banyak masyarakat non pribumi yang datang ke Masjid Lautze untuk belajar Islam dan juga mengucap syahadat di sini.

6. Masjid Agung Sunda Kelapa

Jelang Ramadan Masjid Agung Sunda Kelapa di kawasan Menteng, Jakarta Pusat Tampak Mulai berbenah, Minggu (5/5/2019).
Masjid Agung Sunda Kelapa di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (5/5/2019). (TRIBUNJAKARTA.COM/DIONSIUS ARYA BIMA SUCI)

Masjid Agung Sunda Kelapa lokasinya tak jauh dari Taman Suropati. Tepatnya di Jalan Taman Sunda Kelapa No.16, RW.4, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.

Dikutip dari http://jakarta-tourism.go.id, masjid ini didirikan pada tahun 1970-an dan dibangun oleh arsitek Abbas, yaitu seorang arsitek lulusan ITB Bandung. 

Menempati area seluas 9.920 m⊃2;, Masjid Agung Sunda Kelapa mampu menampung sekitar 4.424 jemaah.

Dengan gaya arsitektur dan interior yang unik, masjid ini tampak berbeda dari bentuk masjid pada umumnya.

Pada bagian akses masuk, terdapat gapura besar dengan ukiran-ukiran berwarna emas bertuliskan Masjid Agung Sunda Kelapa.

Melaksanakan salat ashar, setelah itu dilanjut dengan mendengarkan lantunan ayat-ayat suci di dalam masjid. Bisa jadi pilihan kala menunggu waktu berbuka saat Ramadan.

Nah kalau bulan Ramadan, biasanya ada banyak penjual takjil di bagian luarnya.

Ada kolak, es kelapa, aneka gorengan, batagor, dan beragam jenis makanan lainnya. 

Itulah daftar masjid unik di Jakarta untuk wisata religi saat Ramadan.

7. Masjid si Pitung

Masjid Al Alam Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.
Masjid Al Alam Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. (Gerald Leonardo Agustino/TribunJakarta.com)

Masjid Al-Alam atau disebut juga Masjid Si Pitung, merupakan satu di anatara sekian banyak masjid bersejarah di pesisir Jakarta.

Menyimpan sejarah pernyebaran Islam di Jakarta, Masjid Si Pitung menjadi destinasi menarik untuk dikunjungi.

Masjid ini diberi julukan Masjid Si Pitung lantaran lokasinya yang terletak tidak jauh dari rumah legenda Betawi itu sehingga menjadi lokasi wisata sejarah di Jakarta Utara.

TribunJakarta.com pernah menulis, masjid ini merupakan satu di antara masjid tertua di Jakarta.

Hingga kini, ornamen masjid seperti dinding dan bagian mimbar masih dipertahankan seperti aslinya.

Selain itu, Masjid si Pitung ini dibangun pada abad ke-16 oleh para Wali Allah.

Konon pembangunan masjid ini hanya membutuhkan waktu semalam.

Pemerintah juga menetapkan Masjid si Pitung menjadi satu di antara situs bersejarah yang bukan saja menjadi tempat ibadah, tapi juga sebagai tempat belajar, dan berziarah.

Di sebelah barat masjid (diukur dari tempat pengimaman), terdapat beberapa makam. Ada dua makam keramat. Yaitu makam Kiai Jamiin bin Abdullah dan makam Syeikh Abdul Halim bin Hayyi Yahya.

Sedangkan di sebelah Barat Daya adalah rumah pitung. Kira-kira jika ditarik garis lurus hanya sejauh 150 meter.

Ada beberapa versi yang populer di masyarakat terkait sejarah beridirinya Masjid Al-Alam ini.

Versi pertama ada hubungannya dengan penyerangan Fatahillah ke Sunda Kelapa tahun 1527. Versi kedua,masjid Al-Alam dibangun oleh pasukan Mataram pada abad ke-17.

Baca artikel menarik lainnya di Google News

 

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved