SETARA Institute Siap Hadapi Wali Kota Idris Bahas Hasil Survei Depok Kota Intoleran

SETARA Institute terbuka bilamana Pemerintah Kota Depok hendak berdialog untuk membahas hasil risetnya.

Dwi Putra Kesuma/TribunJakarta.com
Wali Kota Depok Mohammad Idris dijumpai wartawan usai tarawih keliling di Masjid Ash Shiyaam, Curug, Bojongsari, Kota Depok, Senin (27/3/2023). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dwi Putra Kesuma

TRIBUNJAKARTA.COM, PANCORAN MAS - SETARA Institute terbuka bilamana Pemerintah Kota Depok hendak berdialog untuk membahas hasil risetnya yang menyatakan bahwa kota berjargon "Friendly City" masuk dalam kategori intoleran.

"Kita terbuka kalau Pemkot Depok dan Walkot mau mengajak bertemu untuk pembahasan," ujar Peneliti Senior SETARA Institute, Bonar Tigor Naipospos,

Menurutnya, riset tersebut tidak bertendensi apapun.

"Untuk pemkot Depok, riset ini tidak bertendesi apa-apa hanya memberikan titik pandang tertentu," tutur Bonar.

"Dan berusaha obyektif dengan menggunakan indikator dan metodologi yang bisa dipertanggungjawabkan," timpalnya.

Sebelumnya juga diberitakan, Bonar mengatakan ini bukan kali pertama Kota Depok masuk dalam kategori tersebut, dan respon dari pemerintahnya tetap sama.

"Ini bukan kali pertama Depok masuk dalam kategori kota dengan skor indeks toleransi yang rendah. Reaksi dari pemkot Depok selalu sama yaitu denial," ujar Bonar.

Baca juga: SETARA Jawab Bantahan Wali Kota Idris Soal Survei Depok Kota Intoleran

Bonar mengatakan, bagi pihaknya hasil tersebut sedianya adalah masuk bagi Pemerintah Kota Depok.

"Bagi kamiĀ  riset ini hanyalah sebuah titik pandang dan masukan bagi pemkot," ucap Bonar.

"Dengan menggunakan metode dan indikator yang baku dan obyektif. Kalau ada pemkot yang merasa bahwa hasil riset itu tidak tepat atau tidak benar, yah boleh-boleh saja. Biar masyarakat sendiri yang menilai," timpalnya.

Menurutnya, respon DPRD Kota Depok lebih baik dan terbuka terhadap hasil riset pihaknya.

"Fraksi di DPRD Depok lebih terbuka bahkan tahun lalu mengundang tim dari kami untuk membahas hasil riset," beber Bonar.

"Bukan hanya legislatif yang pernah mengundang, beberapa tahun lalu sejumlah tokoh agama dan lintas iman pernah mengundang dialog," pungkasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved