Capres PDIP di Pemilu 2024
Prabowo Dinilai Tak Mau Jadi Cawapres, Pengamat Nantikan Duel Sengit Anies dengan Ganjar
Prabowo Subiantp dinilai kecil kemungkinan mendampingi Ganjar Pranowo maju di Pilpres 2024. Ini penjelasan pengamat politi Jamiluddin Ritonga.
Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Nama Prabowo Subianto disebut-sebut sebagai salah satu sosok yang bisa mendampingi Ganjar Pranowo maju di Pilpres 2024 mendatang.
Hal ini diungkapkan langsung oleh Presiden Joko Widodo saat ditanya sosok yang pas menjadi bakal calon wakil presiden pendamping Ganjar Pranowo.
Terkait hal ini, pengamat politik Jamiluddin Ritonga menilai, kecil kemungkinan Prabowo mau jadi cawapres Ganjar.
Penolakan terhadap ajakan untuk maju sebagai cawapres ini pun sempat diutarakan Prabowo usai sowan ke kediaman Presiden Joko Widodo di Solo, Jawa Tengah.
Kala itu, Prabowo sempat menyinggung posisi Gerindra yang sukses mendulang 12,57 persen suara dalam Pemilu 2019 lalu.
Baca juga: Megawati Umumkan Ganjar Capres 2024, Ketua DPRD DKI Berapi-api: Siap Bikin PDIP Hattrick!
Perolehan suara ini pun menempatkan Gerindra di posisi kedua di bawah PDIP yang memperoleh 19,33 persen suara nasional.
“Prabowo menolak secara halus saat ditawarkan menjadi cawapres Ganjar Pranowo. Lewat pernyataannya itu, Prabowo menegaskan posisinya sudah dicapreskan Gerindra dan partainya kini sudah kuat,” ucapnya saat dikonfirmasi, Senin (24/4/2023).

Lewat pernyataannya itu, Jamiluddin menilai, Prabowo ingin menunjukkan bahwa dirinya ada di level capres.
Begitu juga dengan partainya yang dinilai Prabowo masih cukup kompetitif untuk bersaing dengan PDIP di Pemilu 2024 mendatang.
“Pernyataan Prabowo ini tamparan bagi pihak-pihak yang ingin mendegradasikan dirinya menjadi cawapres,” ujarnya.
Baca juga: Beda Reaksi Mahfud MD Disebut Cocok Jadi Cawapres Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo
“Tawaran dirinya untuk menjadi cawapresnya Ganjar dapat dinilai sebagai penghinaan. Hal itu tidak hanya pada dirinya, tapi juga kepada partainya,” sambungnya.
Hal ini dikatakan Jamiluddin bukan tanpa alasan, elektabilitas Prabowo pun selama ini masih cukup tinggi.
Dalam beberapa jajak pendapat, elektabilitas Prabowo selalu masuk tiga besar bersama Anies dan Ganjar.
Oleh sebab itu, pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul ini menilai tak mungkin Prabowo mau menerima posisi cawapres pendamping Ganjar.
“Prabowo bersama Ganjar dan Anies Baswedan sama-sama layak menjadi capres karena mereka punya elektabilitas yang sama-sama tinggi,” tuturnya.
“Tiga sosok ini layak dipilih rakyat. Biarkan rakyat menentukan siapa diantara tiga sosok itu uang paling layak memimpin negeri ini,” sambungnya.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.