Kasat Narkoba Tewas Tertabrak Kereta
Misteri Penyebab Kematian AKBP Buddy: Keluarga Duga Terkait Mafia Narkoba, Kompolnas Beri Instruksi
Kematian Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur AKBP Buddy Alfrits Towoliu menjadi sorotan publik. Penyebab kematian masih menjadi misteri.
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Kematian Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur AKBP Buddy Alfrits Towoliu menjadi sorotan publik.
Penyebab pasti kematian perwira menengah Polri itu masih menjadi misteri.
Pasalnya terdapat beda keterangan antara kepolisian dengan keluarga korban.
Pihak keluarga menduga kematian AKBP Buddy terkait kasus narkoba yang sedang ditangani.
Keluarga menyebut AKBP Buddy berhadapan dengan mafia narkoba saat menangani kasus narkotika.
Sementara, Kepolisian menyebut dugaan sementara AKBP Buddy tewas karena sengaja mengakhiri hidup dengan menabrakkan diri ke kereta yang melintas di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur.
Dugaan Keluarga
Pihak keluarga Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur menduga kematian AKBP Buddy Alfrits Towoliu terkait dengan kasus yang sedang ditangani.
Dugaan ini karena beberapa saat sebelum jasad Buddy ditemukan di perlintasan rel kereta api dekat Stasiun Jatinegara, korban sempat mendapat telepon dari seseorang tidak dikenal.
Baca juga: Keluarga Duga AKBP Buddy Dibunuh Lalu Dibuang ke Rel, Polisi Selidiki Kemungkinan Korban Diracun
Panggilan telepon itu diduga membuat Buddy yang sedang berada di Mapolres Metro Jakarta Timur untuk mendekorasi ruang barunya memilih pergi dengan menggunakan taksi online.
Dalam hal ini pihak keluarga menilai sosok yang menghubungi Buddy sebelum kejadian bukan orang sembarang, karena membuat perwira menengah itu memilih pergi tidak dengan mobil pribadi.
Bahkan pada Sabtu (29/4/2023) sekira pukul 09.00 WIB Buddy dan seorang keponakanya sedang berada di Mapolres Metro Jakarta Timur untuk mendekorasi ruang barunya sebagai Kasat Narkoba.
"Apa karena jabatan baru ini mungkin diduga dia mau sidik (penyidikan). Karena Kasat Narkoba, kalau sidik kan berhadapan dengan mafia," kata Paman Buddy, Cyprus, Sabtu (29/4/2023).

Menurut pihak keluarga ada kemungkinan Buddy sudah meninggal terlebih dahulu sebelum tertabrak kereta api (KA) 320 Tegal Bahari lalu jasadnya dibiarkan di rel untuk menghilangkan barang bukti.
Mereka juga menolak hasil penyelidikan sementara Polda Metro Jaya bahwa Buddy memilih mengakhiri hidup karena semasa hidup tidak memiliki riwayat masalah kejiwaan, maupun ekonomi.
"Kami menduga mungkin sudah ada perbuatan sebelumnya. Dibunuh baru dibuang di tengah rel kereta. Namanya salah satu cara menghilangkan jejak," ujarnya.
Baca juga: Jika Benar AKBP Buddy Dibunuh Jaringan Narkoba, Kompolnas Minta Polisi Gercep Lakukan Ini!
Cyprus meminta kepada publik tidak menduga Buddy bunuh diri karena jajaran Ditreskrimum Polda Metro Jaya dan Satreskrim Polres Metro Jakarta Timur masih melakukan penyelidikan.
Pihak keluarga meyakini penyebab kematian korban baru dapat dipastikan setelah sosok yang menelepon Buddy beberapa saat sebelum meninggal dunia terungkap.
"Siapa yang menelpon yang terakhir itu. Dari menelpon sampai dia berangkat itu enggak sampai satu jam meninggal. Handphonenya sekarang diamankan penyidik sebagai barang bukti," tuturnya.
Dugaan Polisi

Berdasarkan keterangan saksi, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko kesimpulan sementara korban diduga mengakhiri hidup dengan sengaja.
"Sejauh ini ada satu saksi dari pihak masinis dalam hal ini, akan diambil keterangan. Didapatkan untuk sementara hasil dari langkah-langkah yang kita lakukan, ini patut diduga bunuh diri," ujar
Berdasarkan informasi yang dihimpun, kejadian diduga terjadi sekitar pukul 09.30 WIB.
Saat itu masinis kereta api Tegal Bahari yang mengarah dari Jakarta menuju Tegal menginformasikan orang tertabrak kereta.
Informasi disampaikan pada Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) dan disampaikan ke Stasiun Jatinegara.
Baca juga: Keluarga Nilai Janggal AKBP Buddy Naik Taksi Online ke TKP, Berlalu 1 Jam Setelah Ditelepon Tewas
Informasi tersebut kemudian diterima petugas yang kemudian melakukan pengecekan.
Petugas itu menemukan jasad korban di tengah rel dengan kondisi mengenaskan.
Karena menghalangi kereta yang akan lewat, petugas kemudian memindahkan ke sisi rel.
Adapun barang-barang korban yang ditemukan di antaranya iPhone 13, dompet, uang tunai Rp 850 ribu, dan jam tangan.
Instruksi Kompolnas
Komisioner Kompolnas, Poengky Indarti turut berkomentar terkait kematian AKBP Buddy.
"Saat ini Polres Jakarta Timur dan Polda Metro Jaya sedang menyelidiki apakah kematian Kasat Narkoba Polrestro Jakarta Timur akibat bunuh diri atau akibat lainnya.
Mohon ditunggu hasil penyelidikannya," kata Poengky, Minggu (30/4/2023).
Poengky pun menyarankan kepolisian untuk bertindak profesional dalam menangani perkara ini.
Termasuk, jika hasil penyelidikan nanti menyimpulkan jika AKBP Buddy ternyata dibunuh oleh jaringan narkoba seperti kecurigaan pihak keluarga.
"Jika almarhum meninggal karena dibunuh jaringan narkoba seperti yang diduga keluarga almarhum, maka aparat Kepolisian harus segera bergerak melakukan lidik sidik secara profesional berdasarkan scientific crime investigation untuk menemukan pelaku dan memproses hukum pelaku," ujar Poengky.
"Tetapi jika hasil penyelidikan menyatakan almarhum meninggal karena dugaan bunuh diri maka lidik sidik akan dihentikan," sambung dia.
Perhatikan Kesehatan Mental Anggota
Selain soal penyebab kematian, Poengky pun meminta Polri untuk memberikan pendampingan mental kepada para anggotanya untuk mengantisipasi adanya personel yang depresi dan berujung bunuh diri.
Untuk di tahun 2023 saja, ujar Poengky, sudah ada empat kasus polisi diduga bunuh diri yakni di Samosir, Sumatera Utara, Gorontalo, Banten dan terakhir yang dilakukan AKBP Buddy meski dengan motif yang berbeda-beda.
"Kami melihat bahwa polisi juga manusia biasa yang mempunyai beragam masalah dalam kehidupannya.
Oleh karena itu sangat penting bagi pimpinan untuk memperhatikan tidak hanya fisik atau jasmani anggota, melainkan juga perlu merawat mental atau psikis anggota," ujar Poengky.
Menurut Poengky, kesehatan mental prajurit menjadi hal yang harus diperhatikan.
Terlebih selama bekerja, para polisi ini berada dalam tekanan yang cukup tinggi.
"Apalagi bagi mereka yang dalam melakukan tugasnya harus menghadapi tekanan tinggi, misalnya harus menghadapi para pelaku kejahatan.
Penting sekali pemeriksaan rutin fisik dan psikologi, serta menyediakan tempat konseling bagi anggota," tuturnya.
Dia berharap level konseling untuk para personel polri diberikan sampai ke tingkat polres.
Setahu saya Psikolog masih belum ada di level polres.
Mengingat beban kerja dan tingkat stress anggota tinggi, sebaiknya pimpinan polri dapat menyediakan psikolog untuk konseling di tiap Polres," ujarnya.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Keluarga Duga AKBP Buddy Dibunuh Lalu Dibuang ke Rel, Polisi Selidiki Kemungkinan Korban Diracun,
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.