Cerita Kriminal

Siasat Ustaz Gadungan di Garut Rudapaksa Belasan Anak Laki-laki, Korban Paling Muda Usia 8 Tahun

Korban rudapaksa Aep merupakan murid yang sehari-hari diajar olehnya. Terkuak Aep merupakan ustaz gadungan.

Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Yogi Jakarta
TribunJabar
Seorang pria bernama Aep Saepudin alias AS (50) nekat melakukan aksi rudapaksa kepada 17 anak laki-laki. 

Aep ustaz gadungan

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Garut mengutuk keras aksi kekerasan seksual yang dilakukan oleh oknum guru ngaji.

Aep rupanya merupakan ustaz abal-abal lantaran tak memiliki riwayat yang jelas tentang keilmuannya sebagai ustaz.

Hal tersebut diketahui saat Ketua MUI Garut KH Sirojul Munir melakukan komunikasi langsung dengan Aep di Polres Garut.

"Tidak punya guru agama yang benar, mungkin dia mengenal agama ini dari Google (atau) dari siapa saya tidak tahu ya. Yang jelas (dia) tidak ada sanad keilmuan," ungkapnya.

KH Munir menjelaskan, tersangka juga tidak mengenalinya sebagai seorang ketua MUI di Kabupaten Garut.

Bahkan, menurutnya, tersangka juga telah berbohong soal lokasi pesantren yang disebut jadi tempat tersangka menimba ilmu.

Hal tersebut yang membuatnya yakin bahwa tersangka memang bukan orang terpelajar.

"Kesimpulan saya, dia ini bukan ustaz, tapi ustaz abal-abal yang mengaku ustaz begitu, jadi oknum masyarakat yang mengaku ustaz," ujarnya.

Baca juga: AG Laporkan Mario soal Pencabulan, Kuasa Hukum David: Terbukti Korban Tak Lakukan Pelecehan

Ia menyebut pernyataannya itu bisa dipertanggungjawabkan karena berdasar pada keilmuan.

KH Munir mengimbau masyarakat agar lebih selektif dalam menitipkan anaknya untuk belajar mengaji.

"Jangan salah menitipkan anak untuk diberi pelajaran kepada ustaz yang abal-abal, nantinya bahaya seperti yang terjadi saat ini, jadi harus selektif," ungkapnya.

Seorang pria bernama Aep Saepudin alias AS (50) nekat melakukan aksi rudapaksa kepada 17 anak laki-laki.
Seorang pria bernama Aep Saepudin alias AS (50) nekat melakukan aksi rudapaksa kepada 17 anak laki-laki. (TribunJabar)

"Jadi ini yang perlu dijelaskan menurut saya, pernyataan saya ini bisa dipertanggungjawabkan dengan dasar-dasar keilmuan," lanjutnya.

KH Munir mengimbau masyarakat agar lebih selektif dalam menitipkan anaknya untuk belajar mengaji.

Ia berharap kejadian seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari, dengan catatan para orang tua harus rajin melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar anak.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved