Siswa SMA Jalan Kaki Pingsan

Pengamat Samakan Viky Siswa SMA Viral dengan PPSU yang Bohong THR Dibegal, Ternyata Ini Alasannya

Pengamat media sosial Hariqo Satria menyamakan Viky siswa yang viral dengan petugas PPSU bernama Ray Prama Abdulla (28). Apa alasannya?

Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Yogi Jakarta
Kolase Tribun Jakarta
Pengamat media sosial Hariqo Satria menyamakan Viky siswa yang viral dengan petugas PPSU bernama Ray Prama Abdullah (28). Pada April 2022, Ray Prama Abdulla mengaku uang donasinya dibegal hingga mengundang simpati dari masyarakat. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Pengamat media sosial Hariqo Satria menyamakan Viky siswa yang viral dengan petugas PPSU bernama Ray Prama Abdullah (28).

Pada April 2022, Ray Prama Abdullah mengaku uang donasinya dibegal hingga mengundang simpati dari masyarakat.

Padahal pada kenyataanya, Ray Prama Abdullah menggunakan uang THRnya untuk bermain judi online.

TONTON JUGA

Hariqo menjelaskan dengan narasi Viky yang tidak sesuai fakta demi mengaduk emosi penonton videonya, ada kerugian secara moril dari masyarakat.

Terlebih terkait donasi yang diterima Viky, menurut Hariqo, harusnya donasi itu bisa diberikan kepada orang yang lebih tepat, lebih membutuhkan.

Sekedar informasi Viky mengaku berjalan kaki selama dua tahun dari rumahnya di Ciputat menuju ke sekolahnya di SMK Daarun Nima Bojongsari Lama.

Faktanya Viky baru setahun bersekolah di sana.

Guru dan teman-teman sekolah Viky, juga mengaku tak pernah melihat remaja tersebut bejalan kaki.

Baca juga: Terkuak Fakta di Balik Video Viral Viky, Pengamat Desak Ada Sanksi Sosial: DO dari Sekolah

"Mereka tidak memahami karena itu kan orang sudah rugi secara materil, menggugah emosi orang, orang rugi secara moril, materi orang terkuras." ucap Hariqo kepada TribunJakarta.com.

"Kemudian secara materi seharusnya seumpama uang itu diberikan kepada yang tepat, ini malah ke yang tidak tepat," ujar dia.

Bagi Hariqo, pelaku penipuan online harus mendapat sanksi agar jera dan kejadian serupa tidak terulang.

Selain Viky, akun media sosial yang membuat konten video Viky pun turut harus mendapat sanksi.

Petugas PPSU Mangga Dua Selatan, Ray mencium tangan istrinya di Polsek Sawah Besar pada Jumat (29/4/2022). Ia mengaku menyesal dan malu telah membuat laporan palsu di kantor polisi.
Petugas PPSU Mangga Dua Selatan, Ray mencium tangan istrinya di Polsek Sawah Besar pada Jumat (29/4/2022). Ia mengaku menyesal dan malu telah membuat laporan palsu di kantor polisi. (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Baca juga: Teman Tongkrongan Saksi Masa Jaya Bisnis Keluarga Viky, Langganan Beli Umpan Ikan Sebelum Bangkrut

"Kalau harusnya seperti apa, harusnya ada tindakan-tindakan yang diambil dari pihak medsos."

"Misalnya ini orang ini sudah melakukan penipuan publik, dia tidak boleh bermedia sosial lagi selama dua tahun atau tiga tahun atas nama akun itu."

"Atau tidak bisa lagi bikin akun media sosial dengan nomor itu atau email itu," papar Direktur Eksekutif Komunikonten itu.

Hariqo kemudian menjelaskan saat ini banyak orang-orang yang melakukan modus seperti Viky dan Ray Prama Abdullah untuk mendapatkan keuntungan.

Pasalnya masyarakat Indonesia memang mudah tersentuh dan gemar berdonasi.

Baca juga: Pesan Menohok Teman Tongkrongan untuk Viky hingga Kecewanya Guru Baik: Dikasih Hati Minta Jantung

"Iya (marak) kalau risetnya banyak ya," ucap Hariqo.

"Sebenarnya bukan riset perilaku medsos, tapi riset tentang perilaku orang Indonesia secara keseluruhan itu memang kalau kita lihat penelitian dari charity foundation itu kan menyebutkan kalau orang Indonesia itu paling suka berdonasi,"

"Mungkin orang tertarik menyumbang itu karena senang berdonasi,"

"Kalau orang luar berpikir ngapain berdonasi, kan fakir miskin urusan negara. Kan bayar pajak,"

"Nah di sini kompleks masalahnya, kalau saya gak berdonasi mati nih orang, gitu," imbuhnya.

Hariqo kemudian menyamakan Viky dengan Ray Prama Abdullah.

Guru Viky di SMK Daarun Nimah, di Kelurahan Bojongsari Lama, Kecamatan Bojongsari, Depok tertawa saat mendengar berita yang menyebut remaja tersebut berjalan kaki ke sekolah.
Guru Viky di SMK Daarun Nimah, di Kelurahan Bojongsari Lama, Kecamatan Bojongsari, Depok tertawa saat mendengar berita yang menyebut remaja tersebut berjalan kaki ke sekolah. (TribunJakarta/Jaisy)

Baca juga: Teman Tongkrongan Sebut Viky Sering Main Game di Warnet hingga Pagi, Ucapan Guru Baik Terbukti?

Bahkan menurut Hariqo, kasus Viky jauh lebih parah dibanding dengan petugas PPSU tersebut.

"Ada juga sih kejadian petugas bersih-bersih di Jakarta Barat itu. Kalau itu agak susah mendeteksinya. Kalau ini terlalu vulgar, dia markir, jalan, apa segala macam," ucap Hariqo.

Hariqo lalu menilai Viky seharusnya mendapatkan sanksi sosial.

Pasalnya, pengakuan Viky yang membuat geger dan menimbulkan banyak simpati masyarakat bahkan sampai ada yang memberi donasi itu terbukti tak benar alias bohong.

Pihak sekolah Viky diminta untuk mengeluarkan atau drop out Viky.

Sekolah sebagai institusi pendidikan moral Viky memiliki otoritas memberi sanksi karena perlakuan yang dibuatnya.

"Solusinya menurut saya dia di-DO dari sekolahnya."

"Harus ada sanksi. Harus di-DO."

"Harus masuk dalam kode etik sekolah, siapa yang membuat hoaks, siapa yang menipu gitu kan," kata Hariqo.


Cerita Viky Tak Sesuai Fakta

Cerita Viky, siswa SMA yang viral karena mengaku jalan kaki 16 kilometer untuk pergi pulang sekolah selama dua tahun akhirnya satu per satu terbantahkan.

Selain jalan kaki, narasi menjadi juru parkir selama delapan tahun demi membiayai hidup keluarga juga terbukti tak benar adanya.

Viky membuat teman-temannya mencibir dirinya dan memberi nasihat agar berbicara jujur.

Terlebih, aksi Viky yang ditonton jutaan kali dan mengundang ramai simpati masyarakat juga membuat kecewa gurunya.

Guru yang disebut-sebut Viky sebagai sosok guru baik karena telah menyelamatkannya dari putus sekolah justru malah dikhianati.


Pesan Kawan

Viky mengaku menjadi juru parkir selama delapan tahun sejak kelas 5 SD ketika sang ayah jatuh sakit.

Ia menyebut hasil markir di minimarket itu untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

"Dari kelas V SD, buat jajan saya. Saya terkadang juga buat orang tua juga," kata Viky pada program Di program Podcast Kode Kompas TV, Minggu (28/5/2023).

"Saya sejam, kalau ramai ya bisa 20 lebih, kalau sepi ya 10."

"15 ribu harus mengidupi ayah ibu dan adik tiga, Alhamdulillah cukup," kata Viky.

Pernyataan Viky dibantah teman tongkrongannya sendiri yang juga biasa markir.

Remaja di sekitar rumah Viky di bilangan Cipayung, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel) memang bergiliran markir di minimarket Alfamart RE Martadinata.

Pihak Karang Taruna setempat yang mengatur jadwal markir di situ.

Ambon (15), teman tongkrongan Viky mengatakan, Viky memang pernah menjadi juru parkir di Alfamart tersebut, namun hanya sesekali, tidak rutin selama delapan tahun seperti cerita yang diumbar-umbar.

"Kalau markir gimana ya Bang, jarang sih. Keitung jari."

"Terakhir (Viky markir), pas saya masih nongkrong sama dia itu. 2019-an itu. Enggak rutin," ujar Ambon kepada TribunJakarta.com, Jumat (2/6/2023).

Sebagai kawan, Ambon pun berpesan kepada Viky agar tidak berbohong kepada orang banyak.

"Kalau emang gak sesuai fakta, jangan diomongin," kata Ambon

Viky juga dinasihati teman tongkrongan lain yang juga kerap markir di Alfamart RE Martadinata, Dila (20).

Dila juga mengungkap bahwa Viky sangat jarang markir, tidak seperti yang dikatakannya di banyak kesempatan.

"Ya kalau ngomong yang benar dah. Banyak juga orang susah di luar sana yang lebih-lebih dari dia gitu yang harus ditolong," kata Dila.

 

 

 

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved