Edisi Tunisia
Piagam Tunis, Ikhtiar Pelajar Indonesia di Timur Tengah Gelorakan Moderasi Beragama Berbasis Ilmu
"Piagam Tunis mendorong para mahasiswa yang belajar di Timur Tengah agar berorientasi pada ilmu pengetahuan, moderat dalam beragama"
TRIBUNJAKARTA.COM, TUNIS — Perhelatan akbar Simposium Pelajar Indonesia Dunia Kawasan (PPIDK) Timur Tengah dan Afrika selama 17 sampai 21 Juli di Hotel Afrika, Kota Tunis, Tunisia, melahirkan Piagam Tunis.
Piagam Tunis ini berisi manifesto moderasi beragama, gerakan bersama, dan rekomendasi yang lahir dari konsensus dan kesadaran bersama mahasiswa Indonesia di Timur Tengah dan Afrika bagaimana Indonesia ke depan punya potensi besar menginspirasi dunia.
"Piagam Tunis mendorong para mahasiswa yang belajar di Timur Tengah agar berorientasi pada ilmu pengetahuan, moderat dalam beragama dan kelak berkontribusi bagi bangsa dan negara," ucap Ahmad Hashif, Ketua Simposium PPIDK Timur Tengah dan Afrika pada 22 Juli 2023.
Sesuai dengan tema utama Simposium, yaitu Poros Global Moderasi Beragama Indonesia - Timur Tengah, moderasi beragama menjadi konsentrasi bahasan para pemateri,
Bahasan moderasi beragama ini bertujuan untuk kembali mengingatkan mahasiswa Indonesia di Timur Tengah dan Afrika ketika pulang ke Indonesia tidak membawa paham lain.
Jika menarik sejarahnya, bagaimana dulu Walisongo saat menyebarkan Islam di Nusantara membawa blueprint yang diterima masyarakat lokal, belajar dari sejarah-sejarah terdahulu.
Tak dipungkiri saat ini isu radikalisme dan terorisme atas nama agama masih terus berlangsung, bahkan Indonesia menjadi sasaran para pelakunya yang ingin mengubah sistem beragama dan bernegara.
Bukan hanya di Indonesia, isu radikalisme dan terorisme menjadi penyakit akut yang mewabah di belahan dunia lain. Sementara Indonesia sudah sejak lama tidak pernah mempermasalahkan soal beragama dan bernegara.
Fenomena in membuat para mahasiswa Indonesia merasa khawatir. Harapannya dengan 'Piagam Tunis' ini menjadi panduan yang mengantarkan para mahasiswa Indonesia di Timur Tengah mampu memperkokoh wawasan kebangsaan dan kemanusiaan.
Mahasiswa Indonesia di Timur Tengah saat ini berjumlah lebih dari 20 ribu. Piagam Tunis ini juga mendorong para mahasiswa ke depan menjadi anasir penting membangun Indonesia Emas 2045 berbasis pengetahuan.
"Kita punya bonus demografi. Para mahasiswa harus menyambut potensi besar ini. Indonesia emas 2045 nanti harus dibangun dengan ilmu. Dunia ke depan harus dibangun dengan ilmu," kata Hashif.
Ia juga menegaskan para pelajar Indonesia di Timur Tengah akan bekerjasama dengan pemerintah dan berbagai pihak guna mewujudkan visi dan cita-cita besar ini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.