Misteri Kaesang Gabung PSI, Pengamat Lihat Sinyal Jokowi Siap Boyong Keluarganya Tinggalkan PDIP
Misteri Kaesang gabung PSI. Pengamat dari UNAS Selamat Ginting lihat sinyal Jokowi siap boyong keluarga tinggalkan PDIP.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM - Suara pria disinyalir Kaesang Pangarep yang mengaku bernama Mawar masuk ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menimbulkan banyak spekulasi.
Banyak pihak meyakini bergabungnya putra bungsu Presiden Joko Widodo itu ke PSI tinggal menunggu pengumuman resminya saja.
Pengamat politik Universitas Nasional (Unas), Selamat Ginting menyebut bergabungnya Kaesang ke PSI mengindikasikan bahwa Jokowi akan membawa serta keluarganya hengkang dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Dengan kata lain, PSI akan menjadi kendaraan politik baru bagi Jokowi pasca purna tugas sebagai Presiden RI.
“Masuknya Kaesang ke PSI merupakan penetrasi dan sikap politik Jokowi jelang lengser dari kursi kepresidenan pada Oktober 2024 mendatang.
Mungkin Jokowi merasa tidak nyaman jika tetap berada di PDIP,” kata Ginting saat dihubungi, Sabtu (23/9/2023).
Menurut Ginting, kemungkinan tersebut bisa saja terjadi.
Hal itu mengingat Jokowi berbeda dengan dua mantan presiden terdahulu yakni Megawati Soekarnoputri masih mengendalikan PDIP dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang masih mengendalikan partai politik setelah lengser.
“Jokowi bukan siapa-siapa di PDIP setelah dia lengser, karena PDIP praktis masih dikuasai Megawati.
Oleh karena itulah Jokowi perlu sebuah partai politik sebagai tempatnya berlabuh setelah lengser,” ujar Ginting.

Dikemukakan Ginting, pada saat lengser tahun depan, Jokowi masih berusia 63 tahun dan merasa masih bisa beraktivitas sosial dan politik.
Sementara anak dan menantunya juga masih memungkinkan untuk terus berkiprah menjadi kepala daerah.
Langkah politik Jokowi, kata Ginting, bisa dibaca dari upaya pemerintahannya memajukan pelaksanaan pilkada dari November 2024 menjadi September 2024.
Jika pilkada dilaksanakan pada November 2024, Jokowi sudah bukan lagi presiden, sehingga sulit untuk bisa ‘cawe-cawe’ secara politik.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.