Pilpres 2024
Sejarah di Balik 'Subianto' Nama Belakang Prabowo: Dari Pertempuran Lengkong hingga 3 Kali Capres
Dengan kiprah militernya sampai berpangkat Letnan Jenderal dan karir politik sebagai pemimpin partai terbesar kedua di Indonesia, nama besar Prabowo s
TRIBUNJAKARTA.COM - Dengan karir militer dan politiknya yang panjang, Prabowo Subianto telah menjadi tokoh nasional.
Hari ini, Ketua Umum Gerindra sekaligus Menteri Pertahanan itu, untuk ketiga kalinya mengikuti Pilpres sebagai calon presiden (capres).
Pada 2014, Prabowo maju kontestasi politik bersama Hatta Rajasa.
Kalah, Prabowo maju kembali sebagai capres pada Pilpres 2019 bersama Sandiaga Uno.
Prabowo kalah lagi dengan musuh yang sama, Jokowi.
Namun usai Pilpres 2019, rekonsiliasi besar terjadi, Jokowi mengajak Prabowo masuk ke dalam kabinetnya.
Dua sosok yan menjadi musuh besar di Pilpres 2019 pun bersatu di dalam pemerintahan yang sama.
Kini Prabowo maju Pilpres 2024 menggandeng putra Jokowi, Gibran Rakabuming.
Prabowo-Gibran mendaftarkan diri ke KPU dengan dukungan koalisi gemuk yang terdiri dari Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, PBB, Gelora, Garuda dan Prima, hari ini, Rabu (25/10/2023).
Dengan kiprah militernya sampai berpangkat Letnan Jenderal dan karir politik sebagai pemimpin partai terbesar kedua di Indonesia, nama besar Prabowo sudah sangat dikenal masyarakat.
Namun tidak banyak yang mengetahui sejarah di balik nama belakang Subianto yang disematkan pada nama Prabowo.
Pada buku Prabowo Subianto: Jalan Terjal Seorang Jenderal (2014) yang ditulis Ade Ma'ruf, dituliskan bahwa nama Subianto memiliki cerita berdarah hingga akhirnya menjadi nama panjang Prabowo.
Prabowo Subianto lahir di Jakarta pada 17 Oktober 1951, dari pasangan seorang ekonom terkemuka, sekaligus Menteri Keuangan era Suharto, Soemitro Djojohadikoesoemo dan Dora Sigar, wanita yang memiliki latar pendidikan Jurusan Ilmu Perawatan Pasca-Bedah di Utrecht, Belanda.

Soemitro merupakan putra pertama dari seorang ekonom besar, pendiri Bank Negara Indonesia (BNI), pejuang kemerdekaan Indonesia, Margono Djojohadikoesoemo (16 Mei 1894 – 25 Juli 1978).
Margono yang menikahi Siti Katoemi Wirodihardjo memiliki anak pertama pada 29 Mei 1917. Dia adalah Soemitro.
tahun-tahun berikutnya, lahir adik Soemitro, yaitu Sukartini, Miniati, Subianto dan Sujono.
Subianto ini yang kemudian namanya diabadikan di belakang nama Prabowo.
Pertempuran Lengkong
Pada 25 januari 1946, Margono mendapat telepon dari Sekretaris Negara, AG Pringgodigdo.
Dua putranya, Suabainto dan Sujono dikabarkan gugur pada sebuah pertempuran melawan serdadu Jepang di Lengkong Wetan, Serpong, Tangerang (kini Tangerang Selatan).
Pertempuran setelah kemerdekaan itu kemudian dikenal dengan nama Pertempuran Lengkong.
Letnan Subianto Djojohadikoesoemo (22) dan adiknya, Sujono Djojohadikoesoemo (17) yang tergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) itu gugur.
Letnan Subianto dan Sujono di bawah pimpinan Mayor Daan Mogot berangkat ke markas Jepang yang tersisa di Lengkong Wetan.
Total sekitar 60 prajurit menaiki tiga truk dan satu Jip hasil rampasan dari Inggris tiba di Lengkong pukul 16.00 WIB.
Misi melucuti tentara Jepang di Indonesia yang sudah merdeka itu berubah berdarah.

Mayor Daan Mogot dan dua tentara lainnya masuk ke markas Jepang untuk menyampaikan maksud kedatangannya.
Sementara puluhan pasukan lainnya di luar diserahkan kepada Letnan Subianto dan Letnan Soetopo.
Mereka mulai melucuti senjata para tentara Jepang di luar.
Saat perundingan berjalan di dalam, tiba-tiba tembakan meletus di luar, tanpa diketahui dari mana arahnya.
Pasukan TKR pun terjebak hingga senjata yang sudah dilucuti kembali direbut tentara Jepang. Pertempuran pun pecah.
Mayor Daan Mogot yang keluar berusaha menghentikan pertempuran gagal.
Dengan jumlah yang tidak imbang, jauh lebih sedikit, banyak pasukan TKR tumbang, termasuk Letnan Subianto, Sujono dan Mayor Daan Mogot.
Total, 36 orang gugur pada peristiwa Lengkong.
Pada 29 Januari 1946 dilaksanakan pemakaman para korban Pertempuran Lengkong di tangerang.
Saat Subianto dan Sujono gugur, Soemiitro tengah berada di Rotterdam, Belanda.

Demi mengenang kedua adiknya, Soemitro menyematkan nama mereka kepada dua putranya: Prabowo Subianto dan Hashim Sujono Djojohadikoesoemo.
Nama Subianto juga membuat Prabowo semakin mendekatkannya pada dunia militer.
Terlebih, sang ayah kerap mengajaknya berziarah ke makam Subianto dan Sujono di Tangerang.
Prabowo pun memutus silsilah ekonom dari ayah dan kakeknya, serta memilih jalan militer sebagai karirnya.
Di militer, Prabowo bersinar hingga pernah memangku jabatan strategis seperti Komandan Jenderal Kopassus dan Panglima Kostrad.
Pangkat terakhirnya pun bintang tiga alias letnan jenderal.
Dari dunia militer, Prabowo dengan nama belakang Subiantonya, merambah dunia politik.
Bukan kaleng-kaleng, Prabowo berkiprah di politik dengan mendirikan Partai Gerindra pada 2008.
Partai tersebut pun besar hingga menjadi partai terbesar nomor dua di Indonesia saat ini.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News
Ada 8 Tantangan, Alumni ITB Minta Prabowo-Gibran Fokus ke Persoalan Ekonomi |
![]() |
---|
Isu Raffi Ahmad Masuk Bursa Menteri Prabowo Tak Dibantah Gerindra, Prabowo Pernah Sebut Sebagai Staf |
![]() |
---|
Eks Dewan Pakar TPN: Parpol Pendukung Ganjar Mahfud Lebih Layak Masuk Pemerintahan Prabowo |
![]() |
---|
Pengamat Sarankan Prabowo Tempatkan Megawati, SBY dan Jokowi di DPA, Bukan Presidential Club |
![]() |
---|
Pengamat Soal Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri ke Prabowo: Tak Semua Perlu Eksplisit |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.