Bikin Geger, Kenapa Siswa SMAN 114 yang Prank Teror Bom Mal di Koja Tidak Dikeluarkan dari Sekolah?
Tingkah 6 siswa SMAN 114 Jakarta membuat heboh masyarakat Indonesia. Tapi kenapa tidak dikeluarkan dari sekolah?
Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Tingkah 6 siswa SMAN 114 Jakarta membuat heboh masyarakat Indonesia.
Bagaimana tidak? Mereka mengirim pesan teror bom palsu ke pengelola Koja Trade Mall di Jakarta Utara pada Kamis (2/11/2023).
Mendapatkan pesan ancaman bom tersebut, pengelola langsung melapor ke Kepolisian Sektor (Polsek) Koja.
Setelah kepolisian menyisir lokasi itu, polisi memastikan bahwa teror bom itu palsu.
Tak lama waktu berselang, kepolisian menangkap enam pelajar.
Keenam pelajar tersebut diamankan dari sekolah mereka di Cilincing dan langsung digiring ke Mapolsek Koja.
Pantauan TribunJakarta.com, keenam pelajar ini diamankan saat masih mengenakan seragam sekolah.
Berseragam putih abu-abu, para pelajar ini dibariskan polisi untuk berjalan beriringan memasuki ruang pemeriksaan.
Dari keenam anak SMA itu, tampak salah satunya adalah pelajar wanita yang juga memakai seragam dan kerudung di kepalanya.
Mereka hanya bisa tertunduk malu saat dituntun polisi berjalan menuju ruang pemeriksaan.
Dari enam pelajar yang diamankan, lima di antaranya terlibat dalam aksi prank ini, masing-masing berinisial FA, H, RF, KH, dan seorang pelajar wanita berinisial SAL.
Kapolsek Koja Kompol M. Syahroni mengatakan, keenam pelajar tersebut ditangkap dari sekolah mereka di Cilincing.
"Kami melakukan koordinasi dengan pihak sekolah, kami melakukan penjemputan di sekolah, di sekolah kami dapati ada enam orang, yang satu wanita," ucap Kapolsek Koja Kompol M. Syahroni.
Kenapa Tidak Dikeluarkan dari Sekolah?
Kepala Sekolah SMAN 114 Jakarta, Dwi Priyo Eko Santoso, mengatakan, pihak sekolah tidak akan mengeluarkan siswanya yang terlibat prank teror bom.
Dwi juga mengaku belum memikirkan sanksi apa yang akan diberikan pihak sekolah terhadap siswanya itu.
"Kita pertimbangkan hal itu, ya kita pertimbangkan," ucap Dwi.
Di sisi lain, Dwi mengklaim bahwa selama ini dalam kegiatan belajar mengajar para guru sudah memberikan pembinaan kepada para siswanya.
Ia juga mengakui sudah memberikan peringatan kepada para pelajar di SMAN 114 Jakarta untuk bijak dalam beraktivitas di media sosial.
"Jadi kami selalu memberikan arah-arahan untuk pendidikan anak-anak kami itu ya," ucapnya.
Ngaku Jadi Nurdin M Top
Kejadian itu berawal saat FA, membuat akun WhatsApp dengan foto profil bergambar wajah Noordin M. Top, salah satu pelaku gembong teroris yang telah mati ditembak pada 2009 silam.
Ia lalu mengerjai kawan sekelasnya H dengan mengirim pesan yang berisi akan ada pengeboman di Koja Trade Mall.
"Kami akan melakukan pengeboman di daerah Koja Trade Mall, jika kamu peduli dengan Noordin M. Top, kamu harus mengikuti acara pengeboman," tulis FA dalam pesan singkatnya kepada H.

Namun, prank alias bercandaan FA itu ternyata dianggap betulan oleh H.
H kemudian meneruskan pesan itu ke akun Instagram Koja Trade Mall.
Sementara RF, KH dan SAL turut ditangkap, karena ikut tergabung dalam satu grup WhatsApp yang sama dengan FA.
Motif pelaku
Pesan ancaman bom tersebut nyatanya hanyalah prank alias bercandaan antar kawan sekelas.
"Motif mereka berdasarkan pengakuan daripada saudara FA dan saudara H mereka ingin apa bahasa anak-anak sekarang tuh, nge-prank ya, mereka ini nge-prank," ucap Kapolsek Koja Kompol M. Syahroni dalam konferensi pers di Mapolsek Koja, Kamis malam.
Empat pelajar SMAN 114 tersebut hendak melakukan prank terhadap H lantaran dianggap cupu.
"Karena menurut mereka H ini cupu, atau lemah gemulai ya," ucap Kapolsek.
Para pelajar tersebut belum ditetapkan sebagai tersangka hingga saat ini.
Mereka masih diperiksa dan akan dibina lebih lanjut terkait kelakuannya menjadikan teror bom sebagai lelucon.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.