Siswa Korban Bully Kehilangan Kaki
Curhat Pilu Fatir Buat Hati Ibunda Hancur: Aku Normal Saja Kena Bullying Apalagi Tak Punya Kaki
Curhat pilu Fatir yang membuat hati ibundanya hancur. Ia curhat saat kondisi normal terkena bullying apalagi bila tak punya kaki.
Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan wartawan TribunJakarta.com Yusuf Bachtiar
TRIBUNJAKARTA.COM, TAMBUN SELATAN - Fatir (12), siswa diduga korban bullying atau perundungan sempat mencurahkan isi hati ke ibunya Diana Novitasari (40) sebelum kakinya diamputasi.
Hal ini diceritakan kuasa hukum keluarga korban Mila Ayu Dewata Sari, Fatir mengutarakan kerisauan terkait masa depannya kelak.
"Inikan masa depan Fatir abu-abu, dia adalah harapan ibu dan keluarganya di kemudian hari," kata Mila.
Fatir telah menjalani operasi amputasi kaki kiri di RS Kanker Dharmais Jakarta, dia didiagnosa mengidap kanker tulang.
Operasi telah berjalan tetapi kondisi Fatir masih harus menjalani perawatan dan pemulihan di rumah sakit.
Hari-hari terakhir sebelum diamputasi, Fatir sempat berbincang dengan ibunya yang setia menemani di rumah sakit.
Saat itu, bocah berusia 12 tahun tersebut mengutarakan berbagai pertanyaan ke ibunya mengenai masa depan ketika tak lagi memiliki fisik yang sempurna.
"Dia bilang ke mamahnya 'kemarin waktu kondisi aku masih normal, aku di bully terus apalagi sekarang enggak punya kaki mah, aku enggak mau sekolah' itulah yang bikin hati saya hancur sebagai tim kuasa hukum," ucap Mila menceritakan.
Khawatirkan Masa Depan Ibu dan Adiknya

Fatir merupakan anak pertama dari dua bersaudara, ibunya Diana Novitasari merupakan sosok orang tua tunggal setelah perceraian dengan suaminya tujuh tahun silam.
Sebagai anak pertama, Fatir memiliki pemikiran yang sangat dewasa. Dia sempat mengkhawatirkan ibunya ketika dia tak lagi mampu membantu perekonomian keluarga.
"Kemarin dia mengatakan ke mamahnya sebelum operasi 'mamah nanti kalau misalnya aku gak punya kaki mamah harus kerja dong seumur hidup untuk biayai aku,'" kata Mila.
Dia juga mengkhawatirkan adiknya, jika mamahnya harus menjadi tulang punggung keluarga seumur hidup sang adik akan kehilangan waktu untuk mendapat belaian seorang ibu.
"Karena Fatir pikirannya dewasa, sampai menyampaikan 'terus kalau mama kerja terus sampe tua gimana masa depan adik' bayangkan anak sekecil itu sudah berfikir seperti itu," terang Mila.
Diana Berjuang Sendiri
Diana Novitasari ibunda Fatir berjuang sendiri membesarkan anak-anaknya, dia selama ini berperan sebagai orang tua tunggal sekaligus tulang punggung keluarga.
Mila mengatakan, Diana sebelum merupakan seorang wanita karir. Dia pernah bekerja di perusahaan swasta sebagai staf administrasi.
"Ibu Diana adalah seorang single parent yang membesarkan dua anaknya sendirian, sejak bercerai dengan suaminya sejak tujuh tahun yang lalu," ungkap Mila.
Selain bekerja, Diana juga sempat membuka usaha online menjual kue untuk meningkatkan penghasilan keluarga.
Kini semua telah usai, karirnya diperusahaan swasta harus pupus begitu juga usaha jualan kue online yang dia rintis.
Semenjak Fatir menderita sakit kronis, Diana terpaksa keluar dari pekerjaan karena harus mengantar bolak-balik putranya ke rumah sakit.
"Ibu Diana sekarang tidak sama sekali (bekerja) jadi untuk biaya menjaga Fatir mengandalkan bantuan dari beberapa teman dan saudara, tetapi kan tidak mungkin seperti ini terus," terangnya.
Kasus Sempat Mandek
Penanganan kasus bully atau perundungan siswa SDN Jatimulya 09 Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi sempat mandek.
Hal ini dikatakan kuasa hukum keluarga korban Mila Ayu Dewata Sari, laporan dilayangkan orang tua korban ke Polres Metro Bekasi sejak 17 April 2023.
"Sampai empat hari yang lalu masih mandek, namun sejak, kasus ini viral, pihak polres sudah melakukan gelar perkara agar kasus ini bisa naik ke tahap penyidikan," kata Mila, Kamis (2/11/2023).
Pihaknya telah mendatangi Polres Metro Bekasi untuk meminta perkembangan penanganan perkara.
"Penyidik polres berjanji dalam waktu satu minggu sudah ada tersangka," ucapnya.
Mila menambahkan, kasus ini melibatkan terlapor dan korban yang sama-sama anak di bawah umur sehingga kepolisian perlu melibatkan banyak pihak.
"Karena lokusnya di lingkungan sekolah, maka harus dilibatkan Mendikbud, dinas dan pihak lain, kepolisian tidak bisa serta merta memutuskan karena banyak pihak yang harus andil," terangnya.
Tujuan perkara ini perlu diusut tuntas lanjut dia, agar menjadi pembelajaran bagi semua pihak terutama dunia pendidikan tentang bahaya bully.
"Kami ingin mensosialisasikan ini kepada masyarakat bahwa perundungan itu harus dihentikan, cukup sampai di Fatir saja, jangan sampai ada fatir-fatir yang lain," tegas dia.
Sebelumnya diberitakan, siswa berinisial FAA (12) terpaksa kehilangan kaki kirinya usai menjalani operasi kanker tulang di RS Kanker Dharmais, Jakarta.
Sang ibu bernama Diana Novitasari mengatakan, kondisi kesehatan anaknya menurun sejak Februari 2023 lalu.
FAA awalnya mengeluh sakit pada kaki kirinya, sang ibu berusaha bertanya penyebab sakit yang dirasakan putranya.
Namun, FAA sempat enggan menceritakan penyebab sakit yang dia rasakan. Setelah dibujuk, bocah berusia 12 tahun itu akhirnya mau bicara.
Penyebab kakinya sakit diduga disliding atau diselengkat temannya, waktu itu dia sedang jajan bersama kelima temannya.
Bukannya ditolong, teman-teman FAA justru menertawakan korban yang saat itu menahan sakit. Tiga hari setelah kejadian itu, kondisi kesehatannya menurun.
Pada Agustus 2023, FAA didiagnosa menderita kanker tulang. Dokter terpaksa melakukan operasi amputasi pada kaki kiri siswa yang saat ini duduk di bangku kelas 7 sekolah menengah pertama.
Baca artikel menarik TribunJakarta.com lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.