40 Hari Bombardir Palestina Bikin Israel Bergejolak, Tokoh Kuat Oposisi Ini Mau Gulingkan Netanyahu
Selama 40 hari tak henti membombardir Gaza, Palestina, pemerintah Israel justru bergejolak. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mau digulingkan.
TRIBUNJAKARTA.COM - Selama 40 hari tak henti membombardir Gaza, Palestina, pemerintah Israel justru bergejolak. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mau digulingkan tokoh kuat oposisi.
Netanyahu dianggap tidak becus berkonflik dengan Hamas dan tidak memikirkan rakyatnya.
Parlemen Israel kini terbelah. Ketua Partai Yesh Atid, Yair Lapid berbicara lantang bahwa Netanyahu harus turun dari tahtanya sekarang.
Sosok yang kini menjadi pemimpin oposisi di Israel itu menilai Israel harus dipimpin sosok baru.
Yair kini tengah menggalang kekuatan di parlemen untuk membentuk koalisi dengan pemerintahan baru.
Mantan Perdana Menteri Israel pada 2022 itu menyebut masyarakat sudah tidak percaya pada Netanyahu.
“Israel telah kehilangan kepercayaan pada perdana menteri,” kata Lapid kepada jaringan Israel Channel 12, dikutip dari New York Times, Rabu (15/11/2023).
“Kami tidak bisa membiarkan diri kami perang berkepanjangan dengan perdana menteri yang tidak dipercaya oleh masyarakat.”
Netanyahu “Harus pergi sekarang,” tegas Lapid.
Yair meyakini, dari 120 anggota Knesset (parlemen), 90 di antaranya akan mengikuti langkahnya.
Menurut Yair, pengganti Netanyahu harus dari partai Likud.

Likud merupakan partai sayap kanan penghuni mayoritas di parlemen yang dipimpin Netanyahu.
Secara tidak langsung, Yair meminta Likud mengusir pemimpinnya sendiri dari eksekutif.
“Waktunya telah tiba, kita perlu membentuk pemerintahan rekonstruksi nasional. Likud akan memimpinnya, Netanyahu dan ekstremis akan digantikan, lebih dari 90 anggota Knesset akan menjadi mitra dalam koalisi untuk penyembuhan dan penyatuan kembali,” tulis Lapid di media sosial media X, dikutip dari Reuters.
Oposisi politik Israel sangat kritis terhadap kepemimpinan Netanyahu dan banyak yang menyerukan pemecatannya di masa lalu.
Namun setelah serangan teroris pimpinan Hamas yang menurut pemerintah Israel menewaskan lebih dari 1.200 orang pada 7 Oktober 2023, sebagian besar partai oposisi mendukung upaya perang.
Lapid menolak bergabung dengan kabinet perang Netanyahu pada awal perang, meskipun anggota parlemen berhaluan tengah lainnya setuju untuk bergabung dan membantu mengelola konflik.

"Mereka bilang ini bukan wktunya. Kami sudah menunggu 40 hari, tidak ada waktu lagi."
"Yang kami butuhkan sekarang pemerintah yang tidak mementingkan apapun kecuali keamanan dan ekonomi," tegas Yair.
“Kami tidak mampu melakukan siklus pemilu lagi di tahun mendatang karena kesibukan untuk terus berjuang dan terus menjelaskan bahwa pihak lawan adalah bencana," pungkasnya.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan, sampai Senin (13/11/2023), 11.240 orang di Gaza meninggal dunia akibat serangan Israel.
Sebanyak 4.630 di antaranya adalah anak-anak. Angka tersebut terhitung sejak 7 Oktober 2023, ketika Hamas menyerang Israel.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News
Wujud Nyata Dukungan, Gelaran WMSJ 2025 Bakal Sediakan Palestine Corner |
![]() |
---|
Presiden JDF Asia Pasifik Jazuli Juwaini Kecam Keras Aksi Menteri Israel di Masjid Al-Aqsa |
![]() |
---|
Terima Kunjungan Dubes Palestina untuk Tunisia, Dubes Zuhairi Berikan Buku Api Islam Bung Karno |
![]() |
---|
Bawa Alat Masak, Massa Gelar Aksi Damai di Jakarta Atas Diamnya Dunia Terhadap Kondisi Gaza |
![]() |
---|
Presiden JDF Asia Pasifik Jazuli Juwaini: Gaza Alami Kelaparan Akibat Israel, Dunia Hilang Nurani |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.