Identik dengan Hari Valentine, Ini Makna Mawar Merah yang Kerap jadi Simbol Kasih Sayang

Mawar merah kerap menjadi pilihan untuk mengungkapkan perasaan terhadap orang terkasih saat Valentine, ternyata ini makna sebenarnya.

Editor: Muji Lestari
youtube.com
Buket Bunga Mawar. Ketahui makna sebenarnya dari mawar merah yang kerap jadi simbol kasih sayang saat Valentine 

TRIBUNJAKARTA.COM - Bunga kerap menjadi hadiah yang penuh makna dalam merayakan hari kasih sayang atau Hari Valentine.

Bunga mawar, khususnya mawar merah kerap menjadi pilihan untuk mengungkapkan perasaan terhadap orang terkasih.

Mawar merah seolah menjadi barang wajib yang harus ada setiap perayaan Valentine 14 Februari.

Lantas, bagaimana asal usul hubungan mawar merah dengan Valentine?

Kaitan Mawar Merah dengan Valentine

Melansir laman Martha Stewart, tanaman mawar mulai masuk Eropa sekitar akhir tahun 1700-an.

Hubungan bunga dengan hari Valentine sebenarnya sudah ada sejak abad ke-19.

Pada waktu itu, masyarakat yang hidup pada zaman Victoria menggunakan karangan bunga untuk menyampaikan pesan kepada orang yang dicintai.

"Sistem ini disebut 'floriografi' dan secara resmi mengukuhkan status romantis mawar merah," kata penulis The Language of Flowers, Kate Greenway.

Di sisi lain, folklorist dan salah satu pendiri Carterhaugh School of Folklore and the Fantastic, Sara Cleto, PhD mengatakan, tradisi memberikan mawar pada hari Valentine juga berakar dari mitologi Yunani.

Menurutnya, beberapa cerita menarasikan, mawar merah pertama kali tercipta saat dewi Yunani Aphrodite tergores oleh duri mawar putih, yang kemudian menyebabkan mawar tersebut berubah menjadi merah.

"Ada juga yang mengatakan mawar merah pertama tumbuh di tanah tempat Adonis, kekasih Aphrodite, meninggal dan air mata sang dewi menetes," ucap Cleto, dikutip dari Reader's Digest.

Valentine's Day.
Valentine's Day. (net)

Ia melanjutkan, salah satu tokoh yang dikaitkan dengan bunga mawar dan romantisme adalah Lady Mary Wortley Montagu, istri seorang duta besar Inggris untuk Turkiye tahun 1700-an.

"Lady Montagu menulis surat ke rumah dengan penuh semangat tentang versi 'bahasa bunga' Turkiye, atau proses pemberian makna simbolis tertentu pada bunga-bunga tertentu," ucap Cleto.

"Tetapi, ia tampaknya salah mengartikan kebiasaan lokal ini, yang lebih berkaitan dengan kata-kata berima daripada makna bunga itu sendiri," imbuhnya.

Namun, Cleto menambahkan, konsep 'bahasa bunga' tetap menarik perhatian, terutama di Inggris pada abad ke-19.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved