Viral di Media Sosial
Bombom Pria Obesitas 210 Kg di Bali Meninggal, Teringat Kasus Fajri Berbobot 300 Kg di Tangerang
Pria obesitas ekstrem berbobot 210 kg asal Gianyar, Bali, Putu Bagus Trisna Hadibrata meninggal pada Sabtu (3/1/2024) sekitar pukul 22.16 WIB.
TRIBUNJAKARTA.COM - Pria obesitas ekstrem berbobot 210 kg asal Banjar Serongga Tengah, Desa Serongga, Gianyar, Bali, I Putu Bagus Trisna Hadibrata, meninggal pada Sabtu (3/1/2024) sekitar pukul 22.16 WIB.
Pria yang akrab disapa Bombom itu berpulang di RSUD Sanjiwani Gianyar.
Bombom, sempat dilarikan ke rumah sakit menggunakan mobil pikap.
Kondisinya saat dibawa ke rumah sakit sudah dalam keadaan pingsan.
Pihak rumah sakit mengatakan Bombom mengalami gagal nafas saat tiba di sana.
Meski sudah diberikan tindakan kejut jantung, kondisi tubuh Bombom tidak merespons.
Bombom pun dinyatakan meninggal dunia.
"Jenazah masih dititip di kamar jenazah," kata Wadir Umum RSUD Sanjiwani Gianyar, Putu Awan Saputra,
Dikutip dari Tribun Bali, Bombom mengalami kegemukan ekstrem sejak duduk di sekolah dasar.
Saat itu, beratnya sudah mencapai 100 kg.
Berat badannya kain berangsur naik saat remaja.
Nafsu makannya tidak terkontrol. Bahkan, berat badannya sampai mencapai 228 kg.
Bombom sempat berubah ketika menikah dengan Pariati.
Ia pernah menjalani program penurunan berat badan.
Bombom pun sempat berhasil menurunkan berat badannya beberapa kilo.
Kasus serupa di Tangerang
Kasus obesitas ekstrem ini juga sempat dialami oleh pria bernama Muhammad Fajri (26) beberapa bulan yang lalu di Tangerang.
Berita itu pun sempat menyita perhatian banyak orang.
Bobot Fajri pun lebih besar ketimbang Bombom.
Fajri yang berbobot 300 kilogram tersebut sempat mengalami kondisi yang terus menurun selama perawatan dan diperparah dengan kondisi kakinya yang infeksi.
Ia meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Salemba, Jakarta Pusat pada Kamis (22/6/2023) sekitar pukul 01.25 WIB.
Saat dilarikan ke RSCM, kondisi Fajri memang sudah tidak baik.
Fajri mengalami penurunan kemampuan bernafas dan pembuluh darah dalam bekerja (kardiorespirasi).
Infeksi di kaki kanan dan parunya kian parah sehingga membuat kondisi Fajri terus menurun.
Sebelum meninggal, Fajri mulai merasa sesak dan kesulitan bernafas.
Infeksi di kakinya juga memengaruhi fungsi organ lain.
Fungsi pembuluh darah dan ginjal Fajri semakin buruk atau disebut sebagai keadaan syok septik.
"Akibat infeksi menyebabkan kegagalan organ lainnya atau multi organ disfunction syndrome. Pada akhirnya, kami tidak bisa mempertahankan kondisi beliau lagi," ujar Dokter Spesialis Anestesi RSCM, Sidharta Kusuma Manggala.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News
| Jawaban Menkeu Purbaya Soal Kritikan Hasan Nasbi, Ungkap Sosok Penting yang Buatnya Bergaya 'Koboi' |
|
|---|
| Setelah Aksinya Viral, Dua Pencuri Kabel di Jalan KS Tubun Jakbar Diciduk Tak Jauh dari TKP |
|
|---|
| Setelah Kasus Starbucks, Pegawai Kemenkeu Kembali Disorot: Diduga Nongkrong di Kafe Saat Jam Kerja |
|
|---|
| Tragedi Mobil Lexus Tertimpa Pohon di Pondok Indah, Lokasi Ini Pernah Telan Korban Jiwa pada 2021 |
|
|---|
| Kereta Purwojaya Anjlok di Kedunggede: Penumpang Awalnya Tenang, Lalu Tersadar Ada yang Tak Beres |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.