Rektor Univ Pancasila Dipolisikan

Heran Dipolisikan, Rektor Nonaktif Edie Klaim Tahu Karakteristik Karyawan UP: Saya Tahu yang Culas

Heran dilaporkan polisi, Rektor Universitas Pancasila nonaktif Edie Toet Hendratno klaim paham karakteristik karyawannya.

TribunJakarta.com
Rektor Universitas Pancasila nonaktif ETH bantah kasus dugaan pelecehan seksual 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Annas Furqon Hakim

TRIBUNJAKARTA.COM, SETIABUDI - Rektor Universitas Pancasila nonaktif Edie Toet Hendratno mengaku heran atas laporan yang dilayangkan terhadap dirinya terkait kasus dugaan pelecehan seksual.

Bantah telah melakukan hal tersebut, Edie menilai laporan itu tidak berdasar.

Bahkan, ia mengklaim memahami karakteristik orang-orang yang bekerja di kampus tersebut.

Sebab, Edie mengaku dirinya sudah belasan tahun jadi rektor di Universitas Pancasila.

"Saya tahu setiap orang di Universitas Pancasila. Saya tahu siapa yang hebat-hebat, siapa yang pintar, tapi juga (tahu) siapa yang culas," kata Edie dalam jumpa pers di Hotel Artotel, Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (29/2/2024).

Edie menyebut, pemahaman soal karakter setiap bawahan merupakan salah satu pengetahuan yang harus dimiliki bagi seorang pemimpin.

Oleh sebab itu Edie mengklaim, tahu sosok yang berbuat curang.

Ia pun tak menyangka bisa dipolisikan terkait kasus pelecehan seksual hingga dinonaktifkan sebagai rektor di Universitas Pancasila.

Diketahui, Edie dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh staf Universitas Pancasila berinisial RZ dan DF.

Kedua staf itu menyebut, pernah dilecehkan oleh Edie saat masih aktif menjabat.

Berdasar keterangan RZ, dugaan pelecehan seksual yang menimpa dirinya terjadi pada Februari 2023.

Saat itu ia diminta untuk datang ke ruangan terkait dengan pekerjaan.

Namun saat di ruangan itu, ia mengaku pipinya secara tiba-tiba dicium oleh terduga pelaku.

Selain itu, terduga pelaku juga disebut menyentuh area sensitifnya.

Saat peristiwa ini terjadi, pelaku mengaku sempat lapor ke pihak kampus.

Namun usai laporan itu, RZ malah mendapat surat mutasi sehingga baru melaporkan kejadian itu sekarang.

Sekadar informasi, sejak kasus ini pertama kali mencuat, Edie membantah telah melakukan hal tersebut.

Lewat kuasa hukumnya, Edie menilai ada yang janggal dari laporan yang diyangkan.

Sebab, laporan itu bertepatan dengan pemilihan rektor baru yang sedang berlangsung di Universitas Pancasila.

Tim kuasa hukum Edie juga mempertanyakan laporan yang baru dilayangkan sementara peristiwa itu disebut terjadi pada Februari 2023.

Saat ini, polisi sudah memeriksa beberapa saksi untuk mendalami kasus tersebut.

Edie merasa kasus ini telah membuatnya berada di titik nadir.

Diakuinya, nama baiknya kini hancur dan prestasinya yang sudah bertahun-tahun diraih seolah lenyap.

"Mungkin bapak dan ibu nggak bisa menggambarkan kesedihan saya, malu saya, dan sedih saya. Karena apa? Selama saya mengabdi di dunia pendidikan baru sekali ini saya dihina, dijadikan korban character assasination, pembunuhan karakter," ucap Edie.

"Padahal, seorang dosen atau guru, saya orang yang betul menjaga etika dan budi. Saya sangat malu di depan semua orang. Makanya saya pakai topi," imbuh dia.

Kuasa hukum Edie, Faizal Hafied mengatakan tidak ada bukti terkait tuduhan pelecehan seksual tersebut.

"Apa yang dituduhkan tadi sudah kami sampaikan bahwa penjelasan keterangan dan segala macamnya bahwa itu hanya asumsi-asumsi orang-orang pribadi yang tidak ada bukti sama sekali," kata Faizal di Polda Metro Jaya, Kamis (29/2/2024).

Hingga saat ini, kasus dugaan pelecehan yang menyeret nama rektor nonaktif Universitas Pancasila itu masih dalam penyelidikan.

 

Baca artikel menarik lainnya di Google News.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved