Terungkap 2 Alasan Gibran Berpotensi Jadi Ketum Golkar: Berkaca Preseden JK dan Tawa Putra Jokowi

Nama Calon Wakil Presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka dikaitkan dengan posisi Ketua Umum Partai Golkar.

Tribunnews.com/Jeprima
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menyerahkan surat dukungan kepada Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka sebagai Calon Wakil Presiden 2024 didampingi Sekretaris Jenderal Partai Golkar Lodewijk Freidrich Paulus disela-sela acara Rapimnas Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Sabtu (21/10/2023). Nama Calon Wakil Presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka dikaitkan dengan posisi Ketua Umum Partai Golkar. 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Nama Calon Wakil Presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka dikaitkan dengan posisi Ketua Umum Partai Golkar.

Meskipun hingga kini, Gibran Rakabuming Raka belum tercatat sebagai kader partai berlambang pohon beringin.

Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari pun memiliki sejumlah alasan Gibran berpotensi menjadi Ketum Golkar. Satu diantaranya preseden Jusuf Kalla.

Mengenai potensi menjadi Ketum Golkar, putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka sempat tertawa saat merespon kabar tersebut.

Diketahui, Partai Golkar direncanakan menggelar Musyawarah Nasional (Munas) pada Desember 2024.

Sejumlah nama muncul jelang kontestasi pucuk pimpinan di Partai Golkar. Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo menyebut sejumlah nama yang muncul menjadi kandidat Golkar 1.

Diantaranya, Airlangga Hartarto, Bambang Soesatyo, Bahlil Lahadalia, dan Agus Gumiwang Kertasasmita. Nama Presiden Jokowi juga dikaitkan dengan kursi Ketua Umum Golkar.

Tetapi, Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menilai Gibran Rakabuming Raka yang berpotensi memimpin Golkar.

Qodari memiliki pandangan berbeda terkait kabar Jokowi menduduki kursi Golkar 1.

“Sebagai partai besar tentu Golkar partai yang sangat menarik untuk dibahas dan didiskusikan dan karena itu kemudian dikaitkan dengan Pak Jokowi sebagai calon potensial untuk menjadi ketua umum Golkar ke depan,” kata Qodari dikutip dari Tribunnews.com.

Qodari memprediksi Jokowi tidak akan menjadi kader Partai Golkar dan menjabat sebagai ketua umum.

"Beliau akan tetap menjadi tokoh yang berada di atas semua partai politik,” sambung Qodari.

2 Alasan Gibran Potensial

Kolase foto Presiden Jokowi dengan putranya, cawapres Gibran Rakabuming.
Kolase foto Presiden Jokowi dengan putranya, cawapres Gibran Rakabuming. (Tribun Jakarta)

Ia lantas mengungkap dua alasan nama putra Jokowi, Gibran pantas menjadi Ketua Umum Golkar.

Pertama, Gibran tidak lama lagi menduduki jabatan posisi strategis sebagai orang nomor dua di Indonesia pada saat dilantik menjadi wakil presiden secara resmi pada Oktober 2024.

Dijelaskan Qodari, selama ini karakteristik Partai Golkar memiliki kecenderungan sebagai partai yang melekat sebagai bagian dari pemerintahan tentunya linear dengan Gibran sebagai wapres sekaligus ketua umum Partai Golkar.

“Kita tahu bahwa Partai Golkar punya kecenderungan yang sangat kuat untuk memiliki kaki, memiliki akses di pemerintahan bukan hanya menteri tetapi juga atau bahkan wakil presiden karena Golkar adalah partai yang ideologinya karya dan kekaryaan dan selalu berorientasi untuk menjadi bagian dari pemerintahan,” ucap dia.

Qodari melihat pengalaman itu terjadi pada wakil presiden (wapres) ke-10 dan 12 Jusuf Kalla saat menjabat pertama kali pada periode 2004-2009.

Pada saat yang sama, JK juga berhasil menduduki ketua umum Golkar.

“Dan kita sudah melihat presedennya dengan sangat kuat pada saat Pak Jusuf Kalla menjadi Ketua Umum Partai Golkar tahun 2004-2009 ketika beliau terpilih menjadi wakil presiden bagi Pak Susilo Bambang Yudhoyono,” ujarnya.

“Jadi saya kira pengalaman Pak JK itu menjadi sebuah pertanda suasana kebatinan yang sangat kuat di Partai Golkar untuk memiliki kaki atau akses di pemerintahan,” imbuhnya.

Alasan kedua, kata Qodari, Partai Golkar ke depan harus berorientasi terhadap anak muda karena pemilih terbanyak berasal dari kalangan muda. Oleh karena itu, tantangan Partai Golkar harus diisi oleh banyak anak muda.

Pasalnya, ia mengatakan Golkar merupakan partai besar dan tua.

"Kalau kita bicara mengenai pemilih pada hari ini dan pemilih di masa yang akan datang, saya kira Partai Golkar mengalami tantangan bagaimana agar partai ini bisa menjadi partai yang punya orientasi kepada anak muda dan punya tokoh yang juga berasal dari anak muda,” katanya.

“Hal ini sebetulnya sudah sangat disadari oleh Partai Golkar, kita lihat adanya regenerasi generasi kedua dan generasi ketiga dari pengurus Golkar kepada anak-anak mereka, misalnya begitu banyak sekali anak-anak muda di Golkar yang merupakan penerus dari orang tuanya yang sudah berkiprah lama di Partai Golkar,” lanjutnya.

Qodari menambahkan, akan sangat menarik jika Golkar memiliki tradisi baru yaitu dipimpin oleh anak muda dalam hal ini Gibran Rakabuming Raka, bukan lagi dari politisi senior sebagai pucuk pimpinannya.

“Dan kita lihat juga iklan media iklan politik, iklan pemilunya Partai Golkar juga ada satu versi khusus yang ditujukan kepada anak muda. Nah tentunya akan sangat menarik bagi Partai Golkar apabila Partai Golkar ini masuk kepada sebuah tradisi baru di mana ketua umumnya betul-betul anak muda dalam hal ini Gibran Rakabuming Raka setelah bertahun-tahun sebelumnya orientasinya selalu kepada tokoh yang berusia senior atau berusia lanjut,” ucap dia.

Dengan dipimpin anak muda, Qodari menilai peluang partai Golkar secara elektoral naik signifikan di masa depan akan terbuka lebar, melihat pengalaman Pilpres 2024 di mana pasangan Prabowo-Gibran juga begitu dominan di kalangan muda.

“Kita lihat dari berbagai survei dan exit poll bahwa memang pemilih Prabowo-Gibran itu mayoritas di semua kelompok usia tetapi khusus untuk generasi milenial dan generasi Z proporsinya jauh lebih tebal dibandingkan dengan generasi baby boomers atau generasi X, jadi itu satu indikasi menurut saya bahwa Gibran memiliki daya tarik yang sangat kuat pada anak-anak muda," kata Qodari.

Tawa Gibran

Sembari tertawa, Gibran Rakabuming Raka bersuara mengenai kabar menjadi Ketua Umum Golkar.

Gibran mempersilakan tokoh yang lebih senior untuk duduk di kursi ketum Partai Golkar.

Ia menilai banyak tokoh senior yang lebih mampu memimpin partai berlambang pohon beringin tersebut.

“Enggaklah. Ya biar yang senior atau yang lebih berpengalaman,” ujar Gibran, dikutip dari TribunSolo.com, Rabu (13/3/2024).

Tak hanya itu, Gibran juga sempat melontarkan candaan di hadapan awak media.

Ia sesumbar saat ini kerap ketinggalan berita, termasuk soal isu pencalonan dirinya sebagai ketum Partai Golkar.

“Aku ketinggalan berita banyak banget. Aneh-aneh sekarang ya berita-berita,” terangnya.

Sebagai mantan kader PDIP, Gibran mengaku tidak mengetahui proses pemilihan ketum di Partai Golkar.

Saat ini, Gibran memilih fokus menyelesaikan pekerjaan sebagai wali kota Solo.

Ia belum berpikir untuk masuk ke partai mana pun.

“Biar yang berpengalaman ya untuk jadi ketua atau pengurus. Untuk saat ini kami masih fokus dengan pekerjaan yang ada di Solo,” imbuhnya.

“Saya kan nggak tahu ya prosesnya di Partai Golkar untuk pemilihan ketua umum. Ya pasti terjalin terus dengan Pak Airlangga dengan partai mana pun."


Baca artikel menarik TribunJakarta.com lainnya di Google News

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Gibran Diusulkan Jadi Ketua Umum Golkar

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved