Pedagang Warteg Menjerit Harga Bawang Kian Selangit Setelah Lebaran 2024

Harga bawang merah yang kian melangit sampai seusai Lebaran ini mulai dikeluhkan warga. Pedagang Warteg pun menjerit karena kena dampak.

Istimewa
Warteg milik Takuri di Matraman, Jakarta Timur. Harga bawang merah yang kian melangit sampai seusai Lebaran ini mulai dikeluhkan warga. Pedagang Warteg pun menjerit karena kena dampak. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra

TRIBUNJAKARTA.COM - Harga bawang merah yang kian melangit sampai seusai Lebaran ini mulai dikeluhkan warga.

Terutama mereka yang usahanya di bidang kuliner yang membutuhkan keberadaan bawang dalam dagangannya. Diataranya yakni para pedagang warung tegal alias warteg.

Diketahui, harga bawang merah yang normalnya berkisar Rp35 ribu-Rp40 ribu per kilogram saat ini saja melonjak drastis menjadi Rp70 ribu, bahkan di sejumlah pasar harganya mencapai Rp80 ribu.

Ketua Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara) DKI Jakarta, Izzudin Zidan mengatakan, kenaikan harga bawang merah itu sangat berdampak karena semua bumbu masakan ada bawang merahnya.

"Jadi kalau bawang merahnya mahal tentu dikurangi bawangnya, namun sangat berpengaruh pada rasa masakan itu," kata Zidan saat dihubungi, Jumat (19/4/2024).

Sementara itu, para pedagang Warteg juga tidak mungkin untuk menaikkan harga pada menu makanan disajikan kepada pembeli.

“Para pedagang warteg ga mungkin menaikkan harga makanan karena akan berdampak pada konsumen yang berkurang tentu omset bakal menurun,” kata Zidan.

Sehingga, dia menuturkan, para pedagang Warteg meminta pada pemerintah supaya bisa mengendalikan harga bawang, agar harga bahan pokok lainnya tidak ikut naik.

“Harga beras aja sampai sekarang belum turun, harga cabai masih tinggi, ini bawang malah naik,” tuturnya.

Para pedagang Warteg berharap pemerintah lekas mengambil langkah menurunkan dan menjaga stabilitas harga bawang merah agar dapat terjangkau pelaku usaha.

“Pedagang Warteg mungkin perlu mencari alternatif bahan atau bumbu lain yang lebih murah sebagai pengganti bawang untuk mengurangi biaya produksi,” ujarnya.

Dapatkan Informasi lain dari TribunJakarta.com via saluran Whatsapp di sini

Baca artikel menarik TribunJakarta.com lainnya di Google News

 

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved